Hari-hariku sibuk dengan buku. Ujian semester sudah dimulai. Aku bersyukur karena Eyang memberi kabar bahwa Papa sudah sadar. Meskipun kondisinya belum bisa di bilang baik, tapi paling tidak Papa sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa. Aku bisa dengan tenang menjalani ujian, karena biar bagaimanapun aku tetap kepikiran kondisi Papa. Setiap selesai ujian, Hesa akan mengajakku belajar untuk ujian hari berikutnya. Bisa kubilang, hubungan kami membaik sejak kembali dari Bandung. Dia tidak lagi bersikap dingin padaku. Kami mulai banyak ngobrol di sela-sela belajar bersama. Aku juga mulai sering melihatnya tersenyum. Hesa yang sekarang terlihat berbeda. Dia jauh lebih hangat, dan menyenangkan. Berbeda dengan sosok yang pernah ku deklarasikan sebagai musuh waktu itu. Dia juga mulai sering ikut be