112

2317 Kata

"Nad...," panggil Aurel kepada Nadia dengan suaranya yang lemah. "Berisik! Jangan ngomong dulu sebelum kita sampai!" jawab Nadia mendelik dengan nafas yang ngos-ngosan. Saat ini, dia tengah menggendong Aurel di punggungnya dan meletakkan tas ransel miliknya di depan. Setelah obrolan mereka tadi, tidak banyak kata yang terlontar dari mulut keduanya. Aurel dan Nadia sama-sama diam dengan pikirannya masing-masing. Hingga pada akhirnya. Setelah hujan mulai mereda, Nadia pun memutuskan untuk menjadi orang pertama yang membuka suara dan menawarkan punggungnya kepada Aurel untuk dia tunggangi karna gadis itu sudah tidak mampu lagi berjalan. Tubuhnya terasa lemah, letih dan lesu. Sehingga, jangankan untuk berjalan, berdiri saja pun Aurel tidak mampu. Aurel tersenyum lembut ketika Nadia menawa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN