Pahlawan

2002 Kata

“Mas.” Panggilan yang begitu lembut tapi sedikit mendayu menggetarkan telinga Juanda. Laki-laki yang sedang memakai jam tangan itu menoleh. Sejenak napasnya seolah berhenti, mata membelalak dan jantung berdenyut seperti orang bermain bola pingpong. “Boleh minta tolong pakaikan cadar untuk saya?” Juanda menggeleng pelan ketika lamunannya buyar. Alma terlalu cantik tanpa bercadar. Dagu terbelah itu membuat Juanda pangling, apalagi bibir m yang diberi gincu nude, terlihat lebih kalem. Mendadak, dia jadi kepikiran bagaimana jika bibir itu diolesi dengan gincu merah? Pasti lebih menantang dan seksi. Rasa egois yang didasari atas kepemilikan mencuat dalam diri Juanda, langsung saja dia mengambil cadar dari tangan Alma kemudian mengikatnya hingga sebagian kecantikan istrinya terlindungi. Ta

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN