Bad Dinner

1023 Kata
Setelah menemani Renata berbelanja, Tania berlarian kekamarnya dan kembali mengunci dirinya. Sebab ia merasa begitu takut jika benar ia telah melakukan hal sejauh itu dengan Randy. Terlebih sikap Randy yang begitu menyebalkan juga menjijikkan membuatnya semakin benci kepada dirinya. Tania pandangi perut ratanya dengan tatapan frustrasi sebab ia benar-benar mulai merasa muak dengan dirinya sendiri. "Gimana coba kalau gue beneran hamil! Apa harus gue nikah sama lelaki congkak yang dinginnya macam es itu!" umpat Tania. Tok..tok..tok.. "Tania, buka pintunya Nak," panggil Mama. "Iya Ma sebentar," jawab Tania seraya berjalan membukakan pintunya. Terlihat sang Mama yang kini tengah berdiri dengan sebuah paper bag ditangannya. "Apa itu Ma?" tanya Tania. "Ini dress untuk kamu Nak. Papamu yang belikan. Dandan yang cantik ya sayang, nanti jam tujuh malam kita akan ada makan malam keluarga," jelas Mama seraya memberikan paper bag nya kepada Tania. "Makan malam keluarga kenapa harus pakai dress dan dandan segala Ma? Sebenarnya ada apa sih?" "Sudah kamu tenang saja Nak. Gak ada apa-apa kok. Sekarang mending kamu siap-siap dulu ya, kamu gak akan bantah kami kan?" Tania pun hanya mengangguk patuh seraya memaksakan untuk tersenyum. Karena sungguh ia tak pernah tahu apa maksud dari kedua orangtuanya. Kini waktu menunjukkan pukul enam sore, ada waktu satu jam untuk Tania bersiap. Kini Tania mulai membuka isi dari paper bag nya. Yang ternyata berisi sebuah gaun selutut berwarna peach yang begitu indah dengan lace bunga tulip diseluruh permukaannya. Gaun itu bermodel coctail dress off shoulder yang akan membuat Tania tampil memukau malam ini. Tania rias wajahnya sedemikian cantik dengan make up natural dan lipstick yang bewarna senada dengan gaunnya, peach. Tania juga mengenakan high heels dan anting bewarna senada, sehingga membuat Tania semakin terlihat paripurna. Kini Tania mulai menuruni anak tangga rumahnya dengan anggunnya, keluarganya pun telah menunggunya disana. Penampilan Tania kali ini membuat semua mata tertuju padanya karena terpana. Sebab memang Tania yang tak biasa memakai baju bewarna cerah karena warna favoritnya adalah hitam dan putih. "Kenapa Ma, Pa, Kak penampilanku aneh banget ya?" Tanya Tania. "No honey. You are so beautiful," jawab Mama. "Aaaah Mama thank you," ucap Tania. Dan mereka segera berangkat ketempat tujuan. *** Setibanya disana, sudah ada sebuah keluarga yang ternyata telah menunggu kedatangan mereka. Dan entah mengapa, jantung Tania berdegup begitu kencang saat melihat sesosok laki-laki yang kini posisinya masih membelakanginya. Bahkan hal itu sempat membuat Tania menghentikan langkahnya. "Tania kamu kenapa? Yok, kita sudah ditunggu lho dari tadi sama mereka," ucap Renata. "Oh iya Kak ayok," jawab Tania seraya tersenyum. Ketika sampai dimeja itu, keluarga yang telah menunggu kedatangan keluarga Tania pun kini membalikkan badannya kearah mereka. "Good Night, Assalamu'alaikum," salam Papa Tania. "Wa'alaikumussalam, eh yang ditunggu-tunggu sudah datang rupanya. Ayo mari-mari silahkan duduk," ucap seorang laki-laki yang tak lain adalah rekan kerja dari Papa Tania. Jantung Tania kembali seakan tertombak saat ia dapati siapa laki-laki yang kini berada dihadapannya. Sebab ternyata Randy lah yang kini tengah menatapnya dengan begitu terkejut. Begitupun dengan Tania yang tengah membulatkan kedua bola matanya dengan mulut yang menganga. "Tania, Randy, ayo kembali duduk. Kok kalian masih berdiri saja," ucap Mommy dan keduanya pun mulai menduduki kursi mereka masing-masing. Jantung Tania semakin berdegup begitu kencang dikala saat ini harus berada tepat dihadapan Randy. Bahkan ia hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa sekalipun menyuapkan kedalam mulutnya. Begitupun dengan Randy yang hingga kini masih terdiam seribu bahasa dan sesekali ia curi-curi pandang kearah Tania. "Tania, ayo dimakan makanannya. Hormati mereka dong Nak," desis Mama Tania. "Oh iya Ma," jawab Tania seraya mulai menyuap makanannya. Begitu pun dengan Randy yan kini mulai ikut memakan makanannya. Kedua orangtua mereka pun mulai berbincang soal bisnis. Begitu pun dengan Tristan yang mulai mengajak Randy bicara masalah yang sama. Jujur, hal itu membuat Tania semakin jengah dan rasanya ia ingin dapat menghilang dari tempat itu saat ini juga. Dan akhirnya Tania memilih untuk ijin pergi ke kamar kecil. Dan tanpa Tania sadari ternyata Randy pun mengekorinya. Tania benar-benar merasa muak juga marah saat ini. Sebab disaat ia masih begitu tak ingin kembali bertemu dengan seorang Randy. Justru kedua orangtua mereka mempertemukannya saat ini juga. Tania pandangi wajahnya yang terlihat sedang menahan airmatanya agar tak tumpah, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik lengannya dengan begitu kasar. Dan hal itu membuat Tania seketika memekik. Saat Tania mulai mengeahui siapa yang menariknya pun ia kembali membulatkan kedua bola matanya. Bahkan karena rasa kesalnya ia injak kaki lelaki itu dengan keras. Sssh Aww sakit! ucap Randy yang mengaduh kesakitan. "Heh lo gila ya! Dimana etika lo? Main masuk aja ke toilet wanita!" bentak Tania. "Ssssssst!! Gak usah banyak ngomong deh lo ya!" ucap Randy seraya menaruh telunjuknya dibibir Tania. Namun dengan segera Tania menepisnya. "Mau apa lagi lo hah?" "Lo sengaja kan ngerencanain semua ini? Lo kepengin gue nikahin lo kan?" "Heh lo jangan asal ngomong ya! Gue gak butuh tanggungjawab lo dalam bentuk apapun. Apalagi menikah sama laki-laki sombong macam lo!" "Jaga ya bicara lo! Jangan..." "Hey Tania, Randy kalian disini rupanya, udah yok kita balik. Ada yang ingin orangtua kita bicarakan katanya. Penting, yok ah.." ucapan Randy tersendat sebab ucapan Renata. Dan Tania pun segera mengiyakannya seraya mengekori Renata. Begitupun dengan Randy yang ikut berjalan berdampingan dengan Tania dan keduanya saling menatap tajam kearah wajah mereka. "Wah, sepertinya ada yang sudah saling dekat ini Pak Deri, hehehehe" ledek Daddy Randy. "Iya ya Pak Bimo. Ngobrolnya sampai dibelakang segala hehehehe," imbuh Papa Tania. "Hehehe, ya gak apa-apa dong Dad, bagus kalau mereka sudah saling cocok," ucap Mommy Randy. "Hehe iya Pa benar, jadi mereka berdua bisa saling bahagia," imbuh Mama Tania. Tania dan Randy semakin tak mengerti dengan arah pembicaraan kedua orangtua mereka. Bahkan kini keduanya pun sudah saling membuang muka dengan tatapan yang penuh kekesalan kesembarang arah. Renata dan Tristan yang mengetahuinya pun mencoba untuk menenagkan Tania. Begitu pun dengan Mommy yang berusaha untuk meyakinkan Randy dengan keputusan yang akan mereka ambil nantinya. Namun Tania dan Randy tak sedikit pun mengindahkan mereka dan tetap menatap dengan penuh amarah. 'Ya Tuhaaaan! Apa-apaan ini! Apa yang sebenarnya sedang mereka bicarakan! Aku gak sudi jika harus menjadi seorang istri dari seorang lelaki sombong yang gak punya hati seperti dia!' umpat Tania dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN