Say Sorry

1002 Kata
Randy tak berkata apapun seraya memberhentikan mobilnya secara tiba-tiba yang sontak mengejutkan Tania. Randy lepaskan sheatbelt yang terpasang pada tubuh Tania seraya memintanya untuk segera pergi dari hadapannya. "Keluar lo dari mobil gue sekarang juga! Keluar!" pekik Randy cukup lantang. "Ran Please! Apa salah gue? Kenapa tiba-tiba sikap lo kembali sekeras ini sama gue? Apa salah gue Ran? Dimana coba letak kesalahan gue!" tanya Tania yang cukup menekan. Randy condongkan dirinya dan kini wajah mereka begitu dekat bagai tak ada halangan satu apapun. "Lo gak tahu apa lo pura-pura gak tahu dimana letak kesalahan lo hah?" "I swear I don't know what is that!" bantah Tania. "Gue tahu lo emang marah sama gue karena kejadian semalam. Atau bahkan lo benci banget sama gue karena gue minta sama lo untuk rapihkan semua pakaian juga barang-barang gue! Tapi gak sepantasnya lo balas dendam ke gue dengan cara seperti tadi Tan! "Gue paling gak suka kalau harga diri gue direndahkan! Apa lagi sama seorang wanita yang gak bermoral macam lo! Dan lo ngerendahin gue didepan Mommy sama Daddy yang dengan susah payah gue selalu berusaha meyakinkan mereka kalau gue mampu menjadi baik! "Dengan bangganya mereka bilang kalau lo perempuan hebat yang mampu bimbing gue. Padahal kenyataannya nol besar. Lo gak ada bagus-bagusnya dibanding sama perempuan yang hampir aja gue nikahi!" maki Randy panjang lebar. Yang membuat Tania tak mampu berkata apapun itu. Dan kini hanya airmata yang mulai mengalir membasahi pipinya sebab lukanya yang terasa begitu menganga juga menyakitkan. "Lo jahat Ran! Lo salah besar! Okkay emang gue marah dan benci sama lo! Tapi gue bukan perempuan yang gak bermoral! Gue gak serendah itu dan gue gak pernah punya pikiran sepicik itu ke lo. Gue bicara semua itu didepan kedua orangtua lo semata-mata hanya ingin kita gak sekantor. Gue bukan lo yang kalau benci harus selalu balas dendam! "Lo boleh hina gue sesuka hati lo Ran! Lo boleh maki-maki gue tanpa ada rasa bersalah sedikit pun dibenak lo! Tapi satu hal yang harus lo tau. Kalau gue paling benci yang namanya dibandingkan dengan siapapun itu! Karena setiap manusia punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing yang gak akan pernah bisa disamakan sampai kapanpun itu!" ungkap Tania panjang lebar dengan derai airmata seraya mulai memuruni mobil Randy. Karena rasa emosinya Randy mulai menancap gas mobilnya tanpa memikirkan harus naik apa Tania nantinya. Namun jika ia renungi, setiap ungkapan Tania yang memang berasal dari hatinya. Membuat Randy tersadar jika setiap tuduhannya memang sudah keterlaluan. Juga Tania yang memang tak sepenuhnya bersalah. Sebab selama ini memang kedua orangtuanya yang tak pernah bisa menganggap jika dirinya adalah seorang pemimpin yang baik. Laju Randy sudah semakin jauh dari keberadaan Tania saat ini. Tangis Tania belum terhenti karena luka di hatinya yang masih terus membekas. Teringat setiap tuduhan Randy kepadanya yang begitu menyayat hati. Walau sebenarnya kini ia telah berusaha keras untuk dapat bekerja sama dengan baik bersama Randy hingga kontrak pernikahan mereka selesai nanti. "Kenapa sih lo tega banget sama gue Ran! Hiks..hiks.. kenapa lo selalu aja nilai gue seburuk itu dimata lo! Hiks..hiks.. kita berdua yang udah buat kesalahan diawal Ran! Bukan cuma gue.. hiks..hiks.. Gue harus kemana sekarang? "Ketemu lagi sama lo cuma akan bikin hati gue semakin sakit! Karena gak mungkin juga lo bersedia minta maaf! Pulang ke Mama juga gak mungkin karena gue gak mau bikin mereka sedih! Hiks..hiks.. tolong hamba Ya Allah.. hamba mohon tolonglah hamba.. hiks..hiks.." Tania terus saja terisak meratapi nasibnya. Randy pun mulai teringat jika akan sulit bagi Tania menemukan taksi yang lewat didaerah sana. Hal itu membuat ia merasa takut jika terjadi suatu hal yang buruk kepada Tania. Dan ia tak ingin disalahkan banyak orang hanya karena kecerobohan juga emosi sesaatnya. Kondisi cuaca saat ini di california pun sedang begitu ekstreem sebab teriknya matahari yang begitu panas bagai membakar tubuh disiang hari. Randy pun memilih untuk memutar balik. Ia mulai menyusuri jalanan seraya melihat kearah kanan juga kiri jalan. Hingga ia menemukan Tania yang masih saja terisak seraya berjalan pelan. Membuat Randy semakin merasa bersalah sebab ia adalah seorang lelaki yang paling tak tega melihat wanita tersakiti. Terlebih saat ini Tania tengah merasa begitu tersakiti oleh karenanya. Tanpa berfikir panjang kini Randy mulai menuruni mobilnya seraya menyebrangi jalan untuk segera menghampiri Tania. Baru setengah jalan Randy melihat Tania yang berjalan begitu mendekati bahu jalan dan ada sebuah mobil yang melaju kencang semakin mendekatinya. Dengan segera Randy mempercepat langkahnya seraya meraih lengan Tania dan memeluknya begitu erat. Hingga kini telinga Tania yang begitu menempel didada Randy dapat mendengarkan degup jantung Randy yang berpacu kencang saat ini. Perlahan Randy melepaskan pelukannya dan mulai merengkuh bahu Tania dengan kedua tangannya. "Lo gak apa-apa kan Tan?" tanya Randy cemas. Tania pun menggeleng seraya tersenyum. Sebab ia tak menyangka jika Randy akan sepeduli itu juga meminta maaf padanya. "Gue gak apa-apa kok Ran. Thanks ya," Randy tak menjawabnya seraya kembali memeluk hangat tubuh Tania. "Gue minta maaf ya Tan. Gue bener-bener minta maaf sama lo. Gue bener-bener gak sadar kalau setiap kata-kata gue udah nyakitin lo. Please maafin gue," Tania pun mulai mengangguk seraya membalas pelukan Randy. "Gue juga minta maaf Ran. Gak seharusnya tadi gue sok pintar begitu. Sampai lo minder gara-gara gue, hiks..hiks.." Dengan cepat Randy melepaskan pelukannya seraya kembali merengkuh kedua bahu Tania. "No Tan. Please don't say it again. Gue ngerti kok kalau tadi lo emang hanya sedang berusaha melakulan yang terbaik buat kita. Karena emang gak akan nyaman buat kita kalau kita harus selalu akting dikantor juga. Thanks ya," Tania mengangguk pasti seraya tersenyum. "Iya Ran sama-sama," "Please cheer up. Jangan nangis lagi dong," ucap Randy tak enak hati. "Okkay I'm not crying again. Nih gue senyum sekarang," jawab Tania seraya menyeka airmatanya dan mulai tersenyum lebar. Randy pun kembali menggandeng jemari Tania menuju mobilnya dan mereka segera kembali pulang. Sedangkan Tania tengah memandangi Randy secara diam-diam karena mulai terkagum oleh sikap dewasa Randy. Sebab ia tak menyangka jika lelaki congkak yang keras kepala juga menang sendiri ini juga memiliki hati yang baik serta bertanggung jawab atas segala kesalahan yang telah ia perbuat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN