Menyembunyikan

1030 Kata
Kini Tania sudah mengemudikan mobilnya sendiri. Ia merasa tak tahu arah sebab tak punya tujuan untuk kembali pulang. Memang hari ini hari libur kantor namun apa yang harus ia katakan kepada Mama juga Papanya sebab semalam ia tak pulang kerumah. Terlebih saat Tania ketahui bahwa banyak misscall dari sang Mama di ponselnya. Hingga akhirnya ia berhentikan mobilnya dipersimpangan jalan seraya kembali menangis disana. "Aku harus kemana sekarang! Apa yang harus aku lakukan. Hiks.. hiks.." monolog Tania seraya meletakkan kepalanya diatas stir mobilnya. Kriiiiiing...kriiiiing..kriiiiiing..kriiiiing.. Dering ponsel Tania berbunyi. Yang ternyata berasal dari sang Mama. Tania merasa begitu bingung saat ini. Ia tak tahu apakah ia harus membiarkannya saja atau mengangkatnya. Sebab jika Tania mengangkatnya ia harus menjelaskan kepada sang Mama apa yang sebenarnya terjadi padanya. Hingga kini dering ponselnya mulai berhenti. Baru saja Tania kembali menyalakan mobilnya, dering ponselnya sudah kembali berbunyi. Tania menarik bapasnya panjang seraya mulai mengangkatnya. "Halo Ma," ucap Tania. "Hallo Honey. Where are you Hon? Where are you going? Kenapa gak ada kabar sama sekali ke Mama? Mama khawatir sayang?" Tanya Mama bertubi-tubi yang nembuat Tania tak mampu menahan airmatanya. "Tania kamu ada disana kan? Halo Tania?" tanya sang Mama namun Tania masih saja terdiam seribu bahasa. "Tania ada apa Nak? Kamu kenapa?" tanya Mamanya lagi dengan sedikit menekan sehingga membuat Tania berusaha untuk membuat suatu alasan. "Hallo Ma. Iya Ma Tania disini. Tania gak apa-apa kok Ma. Semalam Tania menginap dirumah teman kantor Tania. Tapi Tania lupa untuk kasih kabar ke Mama. Maaf ya Ma," jelas Tania. "Kamu ini buat Mama sama Papamu khawatir lho Nak. Yasudah segera pulang ya sayang. Kami sudah menunggu kamu. Becarefull Honey," "Of course Mom." Jawab Tania seraya memutuskan sambungan telponnya. Dengan segera Tania lajukan mobilnya menuju rumah. Tania tetap berusaha untuk biasa saja juga tak lagi menangis. Sebab ia tak mau jika kedua orangtuanya nanti akan mencurigainya. Jalanan kota Loss Angeles saat ini memang sedang begitu licin. Sebab sedang turun salju begitu lebat disana. Dan mungkin karena hal itu kedua orangtua Tania begitu mengkhawatirkan dirinya. Karena memang Tania yang sedikit alergi dengan cuaca yang dingin. Selang beberapa menit Tania sudah tiba didepan rumahnya. Ada rasa takut juga bimbang sebab memang ia tak siap jika akan ada banyak pertanyaan dari Mama dan Papanya nantinya. Dengan pelan Tania melangkah menuju rumahnya. Dengan perasaan gugup pula ia mulai mengetuk pintu rumahnya sebelum asisten dirumahnya membukakannya. Disana sudah terlihat sang Mama yang menyambutnya dengan senyuman yang ramah seperti biasa. Sedangkan sang Papa terus saja memasang wajah sinis tanpa memandangnya sedikit pun. "Assalamu'alaikum," salam Tania. "Wa'alaikumussalam," jawab keduanya dan dengan segera Tania menyalaminya takzim punggung tangan keduanya. "Duduk Tania, ada yang ingin Papa tanyakan sama kamu," ucap Papa dengan begitu sinis. "Sabar dulu Pa. Biarkan putri kita mengganti pakaiannya dulu. Tania, kamu mandi dan ganti pakaianmu dulu ya, setelah itu kembali kesini." Suruh Mama dan Tania pun mengangguk patuh seraya menaiki anak tangga menuju kamarnya. Selama kakinya terus berjalan menaiki tangga, Tania sudah menerka-nerka sebab ia begitu mengkhawatirkan jika orangtuanya sudah lebih dulu mengetahui mengenai hal memalukan itu. Sebab Tania tahu betul jika Papanya memiliki banyak pasang mata untuk selalu menjadi pengawasnya. Tania hempaskan tubuhnya keatas ranjangnya seraya menghela nafas secara kasar. "Ya Tuhan aku mohon, semoga saja dugaanku salah. Semoga saja mereka tak pernah tahu apa yang sebenarnya telah terjadi kepadaku." Monolog Tania seraya kembali bangkit dan mengganti pakaiannya. *** Saat Tania kembali, Mama dan Papanya masih setia menunggunya diruang keluarga. Bahkan kini ditambah lagi dengan Kakak laki-lakinya yang baru saja menikah turut memandanginya dengan tatapan yang begitu sinis juga seakan sedang menahan amarahnya yang hendak meledak. Tania kembali berjalan menghampiri ketiganya dengan degup jantung yang begitu kencang. Bahkan kini keringat dingin mulai bercucuran dari pelipis kepalanya. Sebelum ia ambil posisi duduknya, Tania salami takzim punggung tangan sang Kakak yang hingga kini masih saja menatapnya tajam. Dan sungguh hal itu membuat Nasya semakin takut karenanya. Namun Tania masih tetap berusaha untuk bersikap sewajarnya dan menganggap jika tidak pernah terjadi apa-apa didalam hidupnya. "Ma, Pa, Kak, ada apa sih? Kenapa jadi pada diam saja begini?" tanya Tania memberanikan diri. "Ada apa kamu bilang? Kamu sudah bikin kita semua berantakan mengerti!" Bentak Tristan seraya menggebrak mejanya. "Tristan cukup. Kamu gak berhak membentak adikmu. Biarkan Papa yang menanyakan semuanya!" bentak Papa seraya menatap tajam kearah Tania. Tania pun semakin merasakan ketakutan yang mendera dirinya. Namun sang Mama mencoba untuk menenangkannya dengan mengelus lembut punggung Tania. "Tania, Papa tanya sama kamu apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Papa dengan wajah yang begitu serius. Tania tak sanggup berkata dan hanya menggelengkan kepalanya. "Tania, Papa tanya sekali lagi sama kamu. Apa yang sebenarnya telah terjadi?!" bentak Papa lagi dengan nada yang tinggi. "Engh.. enggak ada apa-apa Pa. Tania gak kenapa-kenapa," jawab Tania gelagapan. "Apa kamu yakin? Kamu gak kepengin jujur sama Papa?" cecar Papa lagi. Tania pun hanya mengangguk dan kini airmatanya semakin mengalir deras dipipi mulusnya. Tanpa berkata apa-apa Papa Tania meletakkan beberapa helai poto yang membuat d**a Tania terasa begitu sesak. Bahkan tangisnya begitu pecah saat ia dapati beberapa foto dirinya yang tengah bermesraan dengan Randy disebuah club malam hingga pada saat Randy membopong tubuhnya ala bridal style menuju kamar hotel. "Lalu ini apa? Tolong jelaskan semuanya kepada Papa dan Mama!" bentak Papa lagi. Tania merasakan semakin sakit didadanya hingga ia benar-benar tak sanggup lagi untuk berkata. "Jelaskan kepada kami apa maksud dari foto ini!" Bentak Papa lagi. "Iya Pa iya. Okkay Tania akan jelaskan semuanya, karena sebenarnya..." Akhirnya Tania mulai menceritakan segalanya kepada keluarganya. Mulai dari ia yang merasa begitu kecewa dan frustrasi sebab Jack yang ternyata telah memiliki seorang pujaan hati. Sehingga membuatnya pergi ke sebuah club malam dan mabuk berat disana. Dan Tania mulai dipertemukan dengan seorang Randy yang juga tengah mabuk berat malam itu. Hingga menyebabkan hal buruk itu terjadi kepada keduanya. Kini Tania pegang jemari sang Mama juga Papanya. Hati Tania semakin terasa begitu hancur ketika mendapati sang Mama yang tengah menangis sesenggukkan setelah mendengar cerita dari Tania. "Ma, Pa, Tania mohon maafkan Tania. Ampuni Tania Kak. Tania benar-benar gak sengaja melakukan itu semua. Tania benar-benar gak tahu kenapa kejadiannya bisa sampai sefatal ini. Hiks..hiks.." Tania terus saja memohon maaf namun ketiganya masih tak habis pikir dan terdiam seribu bahasa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN