Riyu haya bisa geleng-geleng kepala melihat perdebatan yang tiada habisnya di antara ketiga teman iblisnya itu, terlebih antara Phobos dan Leon yang sering kali adu pendapat. Sementara Jimmy sendiri terlihat begitu asik memperhatikan balita menggemaskan yang tertidur lelap dalam dekapan hangatnya.
Biasanya pria serigala itu akan senang sekali adu pendapat tiada habis dengan kedua temannya itu, namun kali ini Jimmy lebih pendiam dan tidak begitu memedulikan kedua temannya tersebut. Riyu mendekati Jimmy sembari membawa beberapa bahan pakaian di antara kedua tangannya.
“Bagaimana dia?” tanya Riyu sembari memerhatikan balita kecil itu.
“Hm seperti yang kau lihat. Nampaknya dia nyaman dalam pelukanku,” jawab Jimmy tanpa mengalihkan pandangan ke arah lain. Bibir seksinya menyunggingkan senyum tipis dengan lembut. Dan Riyu yang menyadari hal itu ikut tersenyum tipis melihatnya.
“Kenapa? Kau jatuh cinta dengan balita ini hm?”
“Dia menggemaskan sekali Riyu. Aku ingin membuat satu yang seperti ini.” Jimmy meraih tangan kecil balita itu dengan pelan dan memainkannya.
“Khekhekhe buat saja kalau kau mau. Tapi temukan dulu soulmate-mu itu, Jim.”
“Ya. Aku pasti akan menemukannya Riyu. Harus!” gumam Jimmy dengan pandangan mata yang menerawang. Nampaknya pria serigala itu tengah memikirkan sesuatu dengan begitu serius mengenai soulmate yang belum juga ditemukannya sampai saat ini, sehingga membuatnya terpaku untuk beberapa sejenak.
“Hei Jimmy, kalau kau menginginkan balita itu, kenapa kau tidak mengambilnya saja dari Leon. Pasti akan menyenangkan melihat pertarungan antara dua binatang buas di depan mata khekhekhe,” celetuk Phobos dengan seenaknya.
Pria iblis itu tersenyum nakal menggoda kedua temannya untuk melakukan pertarungan besar. Dan Riyu hanya mendengus jengah melhat tingkah teman iblisnya itu. Pria itu selalu senang melihat keributan di depan mata. Salah satu sifat alami dari seorang iblis seperti Phobos.
“Kenapa aku harus melakukan itu? Aku tidak berniat mengambil balita lain. Yang aku inginkan adalah balitaku sendiri. Karena itu, aku akan secepatnya menemukan soulmate-ku, dan lalu membuat anak sebanyak-banyaknya dengan dia. Bukankah itu lebih menyenangkan huh?” balas Jimmy dengan santai. Wajah tampannya menampilkan senyum yang tidak kalah nakalnya dari Phobos.
“Cih, sepertinya itu akan membutuhkan waktu yang lama Jimmy,” ledek pria iblis itu yang langsung membuat Jimmy merasa tidak terima.
“Hei, jangan berkata seperti itu! Aku juga masih berusaha mencarinya sejauh ini.”
“Kau sudah mencari ratusan tahun, dan kau masih belum juga menemukan soulmate-mu itu Jimmy. Aku baru kali ini menemukan seorang serigala sepertimu yang tidak bisa mengenali keberadaan soulmate sendiri. Dasar payah kau!”
“Hei jangan berkata seperti itu. Kalau sampai saat ini Jimmy belum menemukan soulmate, mungkin saja soulmate-mu itu belum lahir khekhekhe,” kali ini Leon juga ikut meledek Jimmy.
“Aish menyebalkan! Apa benar seperti itu? Soulmate-ku belum lahir? Harus berapa lama lagi aku akhirnya bisa menemukannya?” gumam Jimmy yang mulai ikut termakan omongan teman-teman iblisnya itu.
“Khekhekhe Jimmy, tetap bersabarlah saja. Kau tahu? Aku juga telah menunggu hari itu datang selama seribu tahun ini. Kau masih punya banyak waktu,” kekeh Riyu sembari memberi dukungan pada pria serigala itu.
“Kau pikir aku mau menunggu selama itu huh?! Aku bahkan selalu takjub padamu Riyu. Kau masih bisa bertahan menunggu kekasihmu datang sampai ribuan tahun ini lamanya. Kau tidak berminat mencari yang lain huh?”
Riyu tertegun sejenak mendengar pertanyaan itu. Pria rubah itu menundukkan pandangan ke bawah, lalu detik kemudian tersenyum kecil. Riyu menatap kembali Jimmy yang masih memperhatikan dirinya.
“Sepertinya tidak. Aku masih ingin menunggunya, walau harus bertahan seribu tahun lagi. Kau sendiri? Apa kau akan memilih berpaling ke gadis lain Jimmy?” tanya Riyu membalas pertanyaan Jimmy.
Kali ini Jimmy yang tertegun di tempat. Pria itu menghela napas berat sebelum menjawab pertanyaan dari Riyu. “Tidak. Aku ... sepertinya juga tidak bisa Riyu,” bals Jimmy yang lebih terdengar seperti gumaman di bibirnya.
Riyu mengangguk mengerti. Diraihnya tubuh kecil balita dalam dekapan Jimmy itu dengan hati-hati. Dan Jimmy yang merasa hatinya mendung saat ini hanya membiarkan pria rubah itu mengambil alih tubuh balita dalam gendongannya. Untuk beberapa saat suasana di antara mereka terasa memberat dan sendu setelah perbincangan itu.
“Ck, dasar menyedihkan!” ledek Leon yang merasa jengah melihat pembicaraan mengenai soulmate di antara mereka. Sebagai seorang weretiger yang selalu haus akan daging dan darah, pikiran Leon selalu dipenuhi dengan makan, makan, dan makan.
Bagi pria harimau itu, urusan cinta dan t***k bengek lainnya yang selalu diagung-agungkan oleh teman-teman iblisnya itu hanyalah sebuah urusan yang tidak berguna. Suatu hal yang hanya mengundang pertengkaran, p********n, dan kebodohan saja. Lihat saja Phobos dan Deimos.
Dua saudara incubus yang selalu hidup saling bersisihan dengan rukun dan kompak lamanya, kini harus tercerai berai hanya karena sebuah cinta. Hanya karena mereka menyukai gadis yang sama, maka sebuah hubungan dekat akhirnya menjadi hancur dengan mudah.
Bodoh sekali bukan? Kita tidak akan bisa kenyang hanya dengan memakan sebuah cinta, dan itu sudah cukup jelas untuk Leon. Phobos sendiri hanya diam tidak memedulikan ucapan Leon di dekatnya.
Sementara Riyu yang sudah mengambil alih tubuh balita itu, kini meletakkan makhluk kecil tersebut di atas ranjang. Dengan telaten Riyu mulai membantu memakaikan baju pada balita itu. Sebuah baju sederhana yang beruntungnya bisa Riyu dapatkan di dalam lemari ajaib milik Evan, teman ularnya mereka.
Entah bagaimana bisa pria ular itu menyimpan baju balita di dalam lemarinya, sementara pria itu saja tidak pernah memiliki seorang anak. Itu merupakan pertanyaan besar dalam benak Riyu, yang sepertinya juga pertanya besar dalam benak temna-teman iblisnya saat ini.
Mereka semua dengan kompak memerhatikan Riyu yang tengah memakaikan baju untuk balita itu dalam diam. Hingga kemudian sebuah gerakan kecil dari balita itu membuat atensi mereka lebih tertuju ke arahnya. Balita tersebut mulai mengerjap-kerjapkan kedua matanya secara perlahan.
Menampilkan mata bulat nan jernihnya pada dunia. Kedua tangan dan kakinya juga ikut bergerak sesekali, sembari menggosok kedua matanya yang masih terlihat sayu dan mengantuk.
"Hallo makhluk kecil. Apa kau sudah bangun hm?" sapa Riyu dengan senyuman lembut ke arah balita itu. dengan mata bulat nan wajah bingung, balita itu menatap Riyu begitu lekat. dan hal itu mengundang Jimmy ikut mendekat kembali ke arah mereka.
"Wah lihatlah dia! Balita ini benar-benar lucu bukan?! Halo mungil, hihihi," sapa Jimmy juga sembari menoel pipi kenyal balita itu.
"Uh? Hum ... hoam!" Balita itu kembali menguap dengan lebar. Nampaknya dia masih mengantuk saat ini. Dengan mata sayu balita itu menoleh ke sana dan ke mari seakan tengah mencari sesuatu. Dan mata bulatnya lalu menemukan keberadaan Leon yang masih berbaring tidak jauh darinya.
Dengan usaha yang cukup keras, balita itu menggulingkan tubuhnya dan mulai merangkak mendekat ke arah Leon. Jimmy dan Riyu merasa heran melihat tingkah balita itu. Begitu juga dengan Phobos yang kini sampai melongo dan mengangkat kedua alisnya, memerhatikan balita itu merangkak tanpa takut mendekati Leon.
Dengan nyaman balita mungil itu menjatuhkan tubuh kecilnya di atas perut besar Leon, yang lalu membuatnya merosot ke bawah dan jatuh menyelip di antara celah tubuh Leon dan kasur. Dengan malas Leon menggerakkan kaki belakangnya untuk mendorong kepala balita itu menjauh darinya.
Namun balita itu justru kembali merangkak mendekatinya lagi, dan menyamankan diri berbaring memeluk tubuhnya. Balita itu kembali menidurkan diri dengan pulas di sana.
"Uwahh apa dia benar-benar bukan anakmu Leon?!" seru Phobos seketika setelah melihat interaksi yang ditunjukkan balita itu pada Leon. Begitu juga dengan Jimmy dan Riyu yang sempat saling berpandangan satu sama lain.
Mereka berdua juga memiliki pemikiran yang sama dengan Phobos. Dan Leon sendiri sudah lelah dengan pertanyaan itu. Pria harimau itu akhirnya membiarkan saja balita itu berlaku sesukanya. Leon ikut memejamkan kedua matanya dengan rapat kemudian, tidak memedulikan celotehan teman-teman iblisnya lagi.