20.

1733 Kata
“Ck ada apa dengan kalian bertiga sebenarnya? Apa kalian tidak ingin menjelaskan apa yang terjadi padaku huh?!” protes Sebastian yang lama-lama merasa kesal juga dengan respon mereka bertiga.   “Khekhekhe bukan begitu Tian. Kami sendiri sebenarnya juga tidak mengerti apa yang terjadi. Tapi melihat tingkah Leon saat ini, membuat kami merasa lucu sendiri. Coba dengar, Leon menemukan seorang balita di dalam hutan, dan akan dijadikan cadangan makanan. Tapi setelah balita itu sakit, bukannya langsung dimakan saja, tapi Leon justru membawanya ke sini untuk diperiksakan pada Riyu. Apa kau pikir itu akan masuk akal huh?” jelas Phobos yang kembali menggebu-gebu menceritakan apa yang terjadi pada pria vampire itu.   “Kau yakin?! Leon?” pekik Sebastian dengan mata membulat mendengar penjelasan itu. Sontak ketiga teman iblisnya itu menganggukan kepala dengan mantap secara bersamaan.   “Ya, ini Leon.”   “Dan yang lebih menggelikan lagi, Leon bersikeras tidak berpikir lebih mengenai balita itu. Harusnya kau lihat bagaimana pria kucing itu terlihat marah karena godaan kami, Tian khekhekhe,” lanjut Riyu dengan kekehannya.   Sebastian menyandarkan tubuhnya kembali setelah mendengar penjelasan tersebut. Wajahnya nampak takjub mendengar hal itu. Ya, tentu saja siapa pun yang mengenal Leon akan merasa takjub mendengar cerita itu.   Meski Sebastian masih belum paham dengan apa yang terjadi lebih jelas, tapi mendengar Leon tidak langsung memakan cadangan makanannya saja sudah membuat pria vampire itu merasa takjub bukan main. Ini adalah Leon yang tengah mereka perbincangkan.   Seorang siluman buas yang selalu haus akan darah dan daging segar, dan makhluk itu justru menolong cadangan makanannnya yang merupakan seorang manusia. Nampaknya akan terjadi bencana, pikir Sebastian dengan takjub. Sebastian meraih bungkus stok makanannya yang lain dan menyeruputnya dengan pelan.   “Wahh itu luar biasa sekali. Aku jadi ingin melihat bagaimana rupa balita itu.”   “Lihat saja. Dia makhluk yang menggemaskan sekali, kau tahu!” seru Jimmy yang nampak semangat membicarakan balita itu. Terlihat bahwa pria serigala itu sudah jatuh cinta dengan makhluk kecil yang dibawa Leon tersebut.  “Jadi, kenapa kau tumben bangun pagi, Tian?”   “Ah, bukan apa-apa. Aku hanya merasa cuaca hari ini cukup mendung. Membuatku ingin keluar dari tempat persembunyian hehe.”   “Kau tidak pulang malam ini?” tanya Riyu yang kini menoleh ke arah Sebastian. Terlihat pria vampire itu menghiraukan pertanyaan itu sejenak dengan menyeruput panjang isi dalam bungkus makanannya. Jimmy dan Phobos juga ikut melirik ke arah Sebastian dalam diam. Pandangan mata Sebastian nampak menerawang jauh ke depan, hingga seruputan terakhir kemudian barulah pria vampire itu menghela napas pelan. Diletakkannya bungkus kosong itu di atas meja sembari menjawab pertanyaan Riyu.   “Hm, tidak,” jawab singkat padat dan jelas dari pria vampire itu.   “Lagi pula aku juga ingin melihat bayi Leon sebelum pria itu menghabisinya khekhe,” lanjut Sebastian dengan senyuman lebar berlesung pipitnya yang manis ke arah mereka semua. Mendengar itu, ketiga temannya mengangguk mengerti kemudian.   "Leon, Leon! Kau di mana, Nak?" Terdengar panggilan dengan suara begitu merdu di telinga Leon, seorang pemuda tampan dengan kulit putih pucat dan berambut pirang, yang masih berumur 13 tahun. Pria berwajah tampan dengan senyuman semanis gula itu menoleh ke arah asal suara yang memanggil namanya tersebut. Mata sipitnya yang menunjukkan tatapan tajam terarah pada seorang wanita cantik berwajah lembut yang baru saja muncul di balik semak-semak belukar yang tinggi. "Mom!" seru Leon dengan senyuman lebar menyambut sang ibu yang tiba menghampiri dirinya. Pemuda itu melambaikan tangan kecilnya penuh antusias ke arah wanita tersebut. "Leon, apa yang kau lakukan di sini, Nak? Kau di sungai sendirian, itu sangat berbahaya kau tahu?" tegur ibu Leon dengan wajah khawatirnya melihat Leon yang masuk ke dalam sungai dengan ketinggian sepaha anak itu. Semakin ke depan, pasti airnya akan jauh semakin dalam, dan itu akan sangat berbahaya bagi anak seumuran Leon. Kedua tangannya melambai menyuruh Leon keluar dari air sungai yang tersebut. Dan anak itu langsung menurut permintaan ibunya. Dengan hati-hati Leon melangkah ke pinggir dan keluar dari sungai. "Aku hanya sedang mencari ikan, Mom. Coba lihat, aku sudah mendapatkan beberapa ikan untuk lauk kita nanti malam! Mereka terlihat lezat bukan?! Hehe," seru Leon yang lalu tersenyum lebar sembari menunjuk keranjang berisi beberapa ikan hasil tangkapannya sedari tadi. Sang ibu ikut menoleh ke arah keranjang berisi ikan tersebut, dan lalu tersenyum lembut. "Kau hebat sekali Sayang. Kita bisa makan banyak malam ini," balas sang ibu sembari mengusap dengan penuh sayang kepala pria yang memiliki gummy smile menggemaskan tersebut. Leon semakin tersenyum bangga mendengar pujian itu. Dan sang Ibu kemudian menambahkan ucapannya lagi dengan menatap lekat anak semata wayangnya itu. "Tapi ingat, yang kau datangi ini adalah sungai besar Leon. Ini adalah sungai Jule di mana terdapat seorang penunggu sungai yang mungkin saja tengah mengintai dirimu sedari tadi. Selain itu, banyak makhluk berbahaya yang ada di dalam air sungai juga. Jadi, Mom berharap kau tidak mendatangi tempat ini lagi, apalagi sendirian, oke? Kau masih kecil Nak. Mom takut kau kenapa-napa nanti, mengerti bukan?" pesan ibunya itu dengan hati-hati pada Leon. Membuat pria itu tertegun menatap kedua mata ibunya yang sarat akan permohonan itu. "Ya Mom. Maafkan aku. Aku tidak akan datang ke sini lagi, apalagi sendirian," balas Leon kemudian. "Bagus, Sayang. Sekarang, mari kita pulang. Bawa keranjang ikan dan tombak panjangmu itu. Setelah ini bantu Mom membersikan semua ikan-ikan itu. Daddy sudah menunggu kita di rumah." "Eum!" jawab Leon dengan patuh dan menganggukkan kepalanya menuruti perintah ibu kandungnya itu. Setelah membereskan segala peralatan yang dibawanya, pemuda tampan itu melangkah beriringan bersama ibunya dengan hati riang. Sang ibu melingkarkan sebelah tangannya pada pundak kurus anak semata wayangnya, dan sesekali melempar tawa satu sama lain. Mereka berdua nampak begitu akur sebagai sebuah keluarga bahagia. "HUAAANNGG!" Tangisan kencang yang terdengar memekikkan telinga harimau Leon membuat pria itu tersentak kaget dari alam tidurnya. Mata tajam pria harimau itu langsung terbuka lebar, dan menoleh ke arah balita yang kini duduk sembari menangis tepat di depan wajahnya. Untuk sesaat Leon tertegun di tempat memerhatikan balita itu dengan pikiran yang masih tertuju pada mimpi yang baru saja dialaminya barusan. Pria harimau itu menghela napas lelah kemudian. Leon menggosokkan wajahnya pada kaki depannya dengan frustasi. Pria harimau itu merasa gelisah dan bercampur aduk setelah kembali bermimpi akan masa lalunya. Entah kenapa akhir-akhir ini Leon sering kali bermimpi mengenai masa lalunya, dan itu membuat Leon tidak bisa tenang. "Hiks hiks huwanggg!" Tangis balita itu masih terdengar kencang di telinga Leon, membuat pria harimau itu merasa pening seketika. "Ugh, diamlah!" gertak Leon ke arah balita tersebut. Semua mata tajam itu menoleh serempak dan lekat ke arah satu titik yang tengah bergerak dengan menggemaskan di antara mereka semua saat ini.   “Wah lihatlah makhluk kecil ini! Sehat sekali dia,” ucap Sebastian dengan ekspresi wajah takjubnya melihat balita di depannya yang kini tengah duduk dengan manis di atas karpet berbulu lembut, dengan sebuah botol kecil berisi s**u yang tengah dinikmatinya sendiri.   Sore ini, balita menggemaskan milik Leon itu akhirnya benar-benar terbangun dari tidurnya dan merasa lapar. Balita itu menangis kencang tepat di telinga Leon dan berhasil membuat pria harimau itu merasa sangat terganggu. Sehingga membuat Leon terpaksa membawa balita itu turun ke lantai dasar, dan menyuruh Phobos membuatkan s**u kembali untuknya.   Sedangkan Jimmy sendiri hanya bisa terkikik geli mendengar gerutuan Phobos yang merasa kesal karena harus membuatkan s**u lagi untuk balita itu. Jimmy membawa balita itu mendekati mereka dan menurunkannya di atas karpet, sehingga mereka semua bisa melihat dengan jelas betapa menggemaskannya balita perempuan itu. .   Tubuh kecilnya nampak padat dan sehat. Senyuman lebarnya begitu indah dengan mata bulat lebar nan jernih yang dibingkai bulu mata lebat, memancarkan kepolosan dan kecerdasan di dalamnya. Sedang Leon sendiri hanya membiarkan saja teman-temannya itu memerhatikan dengan lekat balita yang dibawanya itu.   Mereka semua terlihat seperti tengah melihat pertunjukan sirkus saat ini. Duduk melingkar mengelilingi balita tersebut dengan penuh antusiasnya. Sedangkan Leon sendiri tengah asik menyamankan diri berbaring di atas sofa panjang. Ekor harimaunya sesekali mengibas-ibas ke udara dengan santai.   Kini balita tersebut nampak bingung dengan banyaknya orang di sekitar yang memerhatikan dirinya. Mata bulatnya menatap dengan lekat satu per satu tiap orang di sekitarnya. Bibir kecilnya melongo lebar dan meneteskan air liurnya yang justru nampak menggemaskan di mata Jimmy.   Pria serigala itu dengan telaten mengusap air liur balita itu dan membenarkan baju yang dikenakan balita tersebut. Hingga kemudian Phobos selesai membuatkan s**u untuk balita itu. Jimmy membantu meminumkan s**u tersebut yang langsung dilahap dengan rakus oleh balita itu.   Nampak sekali makhluk kecil itu benar-benar kelaparan saat ini. Riyu menyuruh pelayan mereka untuk membuat makanan balita itu. Sesekali mereka akan mengajak balita itu bermain bersama sembari menghabiskan s**u dalam botolnya itu. "Hei Leon, jadi siapa nama balita ini?" tanya Sebastian kemudian yang tengah memerhatikan Phobos menoel-noel pipi chubby balita itu. Mendengar pertanyaan itu sontak menarik perhatian semua orang. "Benar juga. Bukankah balita ini juga membutuhkan nama?" "Untuk apa sebuah nama, jika nantinya akan kumakan juga," balas Leon dengan sikap masa bodohnya. "Cih seperti kau akan benar memakannya saja!" sindir Phobos dengan ekspresi wajah meledeknya yang lalu mendapat pelototan tajam dari pria harimau itu. Sementara teman-temannya yang lain hanya bisa terkikik geli mendengar ucapannya. "Kenapa kau tidak memberinya nama saja untuk sementara waktu, Leon?" usul Riyu kemudian. "Atau kau mau usulan nama dariku hm?" tawar Phobos dengan antusias. Pria iblis itu mulai terlihat berpikir dalam mencarikan sebuah nama untuk balita Leon. "Hm coba lihat. Bagaimana kalau ..." "Hentikan! Biar aku saja yang memberikan namanya," sahut Leon kemudian yang lalu menegakkan setengah tubuhnya untuk menoleh ke arah mereka. "Huh? Bukannya kau tadi tidak mau memberikannya nama?" tanya Phobos dengan wajah heran. "Aku lebih tidak mau lagi jika kau yang memberikannya nama, Phobos. Pasti akan terdengar menggelikan nama yang kau berikan itu," ledek Leon dengan wajah datarnya. Phobos mengumpat seketika mendengar ucapan pria harimau itu. Sementara yang lain lagi-lagi hanya tertawa dengan bahagia mendengar perdebatan di antara mereka berdua. "Khekhekhe, jadi apa nama yang kau berikan itu Leon?" tanya Jimmy sembari menahan tawa gelinya. Leon menoleh ke arah balita itu. Dipandanginya dengan lekat balita yang baru saja mengalihkan pandang ke arahnya dari s**u botol kosong dalam genggamannya. Mata bulat balita itu menatap dengan polos ke arah Leon yang tengah memandanginya. Lalu tanpa diduga balita itu melempar senyuman lebar yang nampak begitu menggemaskan ke arah Leon. Seketika Leon tertegun menatapnya. Sekali lagi ada gelenyar aneh dalam diri Leon yang seakan mengagumi kelucuan balita tersebut. Perlu beberapa saat untuk Leon memikirkan nama yang tepat untuk balita itu. Hingga kemudian pria harimau itu membuka suaranya kembali. "Baby. Namanya ... Baby G," ucap Leon dengan mantap.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN