4

802 Kata
Satu bulan semenjak Luna digagahi Keenan, dan jika mengingatnya Luna masih saja bersemu merah. Tentu saja ia pernah digagahi sebelumnya, tapi ketika itu ia masih di akhir masa SMA. Ia tidak menganggap hal itu suatu serius, toh Ryan mengenakan kondom dan Ryan melakukannya karena di kelas mereka hanya Luna dan Ryan yang belum pernah melakukan hal itu. Benar-benar tidak berkesan. Lain halnya dengan peristiwa satu bulan lalu. Luna masih ingat ketika mereka berciuman dengan panas. Tangannya bergerak menyusuri rambut coklat milik Keenan yang ternyata lebih panjang dan lebih halus dari perkiraannya. Ia masih ingat ketika Keenan dengan seksinya melepas kacamata baca yang ia kenakan dan menggendong Luna menuju ke dalam kamarnya. Tidak sempat Luna melihat ke sekeliling bagaimana kondisi kamar seorang arsitek sebelum pemilik kamar sudah melucuti pakaian yang Luna kenakan. Dengan sedikit bantuan Luna, Keenan juga melucuti pakaiannya. Tanpa menunggu lama, keduanya sudah sama-sama telanjang di atas ranjang Keenan. Menilai cara Keenan menyetubuhinya dibandingkan dengan Ryan, Luna dapat menilai bahwa pasti telah banyak wanita yang takluk oleh kemampuan ranjang arsitek tampan itu. Setelah melakukan banyak gerakan tangan di beberapa titik rangsangan Luna yang seakan Keenan tahu persis, ia memasukkan penisnya ke dalam lubang v****a Luna. Dan, astaga, Luna masih bisa mengingat sensasi sewaktu p***s besar itu menghujam lubangnya yang masih sempit meski sudah pernah dilewati banyak bayi yang ia lahirkan. Berkali-kali keduanya mencapai titik o*****e, dan tidak sekalipun Keenan menarik keluar penisnya. Disemburkannya semua spermanya ke dalam v****a Luna, berharap satu dari jutaan s****a itu ada yang berhasil menemui sel telur Luna. Kini, satu bulan setelahnya, Luna bingung bagaimana memulai obrolan lagi dengan Keenan. Semenjak adegan di ranjang dan Keenan yang berbaik hati mengantarnya sampai ke apartemen, keduanya sama sekali tidak pernah bertukar kabar. Memang tertulis di kontrak yang sudah sama-sama mereka tanda tangani, bahwa hubungan antara ibu pengganti dengan klien adalah terbatas. Tapi, persetan dengan kontrak itu, Keenan harus tahu kalau di rahim Luna sedang tumbuh anak hasil kegilaan mereka di ranjang. Luna mengirim beberapa pesan untuk Keenan yang semoga saja tidak ganti nomor. Ia menanyakan apakah arsitek itu sibuk, dan apakah ia bisa menemui Luna hari ini di sebuah kedai kopi tidak jauh dari apartemen Luna. Tangan Luna bergerak menyentuh foto profil pemilik nomor tujuan ia mengirim pesan. Muncul foto Keenan dalam balutan seragam proyek lengkap dengan topi proyek, ia tampak begitu serius. Sepertinya itu adalah foto yang diambil seorang teman di lokasi proyek. Sebuah pesan balasan muncul dari Keenan. Ya, pukul 3 tepat, begitu isinya. Sekarang tugas Luna adalah menyiapkan beberapa testpack yang sudah ia coba sebelumnya, hasil tes laboratorium, dan foto USG yang menunjukkan titik kecil di rahimnya. Keenan butuh dan berhak mendapat bukti sevalid mungkin. Pukul 3 sore yang dijanjikan telah tiba. Luna datang terlambat beberapa menit dari waktu yang dijanjikan. Keenan tersenyum dari tempatnya duduk. Ia sudah memesan meja untuk dua orang terlebih dahulu. Luna malu bukan main. Pertama karena ia datang lebih terlambat dibanding Keenan sementara pertemuan ini adalah ide Luna. Kedua karena Keenan datang dulu dan malah tersenyum manis begitu membuat Luna jadi kikuk dan bersemu merah. "Hai," sapa Keenan, masih tersenyum manis. Keenan yang santai di rumah saja sudah cukup tampan, Keenan sepulang kerja seharian jauh lebih tampan. "Maaf, aku terlambat," sahut Luna, cepat-cepat duduk di kursi di hadapan Keenan. "Jadi?" tanya Keenan memiringkan kepalanya, membuat Luna gemas bukan main. Mana ada laki-laki bisa menggabungkan gemas dan panas jadi satu seperti ini? "Aku mengajakmu ke sini hanya untuk memberimu ini," kata Luna. Tangannya menyodorkan sebuah kotak berisi banyak bukti yang akan sangat jelas. Keenan adalah bodoh jika masih bertanya maksudnya apa. Senyum di wajah Keenan makin merekah. Garis tawanya juga makin tegas, dan astaga apakah laki-laki ini punya lesung pipi? "Kamu fertil sekali, ya, Lun?" tanyanya diselingi tawa kecil. Semu merah kembali muncul di pipi Luna. Entah itu pujian berarti baik atau buruk. "Spermamu juga ikut andil," jawab Luna. Astaga, jawaban apa itu tadi? "Karena kamu hamil anakku, mulai detik ini, apa boleh jika aku datang ke tempatmu atau aku meminta kamu datang ke tempatku? Kapanpun aku mau?" tanya Keenan pada Luna. Ini kali pertama Luna mendapat pertanyaan seperti ini dari ayah dari janin yang ia kandung. Sebenarnya di kontrak tidak ada kejelasan intensitas pertemuan, namun dalam batas wajar hubungan ibu pengganti dengan klien hanya ketika kontrol bulanan di rumah sakit. Tapi jika kliennya setampan dan single seperti Keenan, rasanya tidak perlu Luna mengikuti kontraknya. "Tentu. Ini anakmu," jawab Luna. Keenan merasa amat senang. Bukan karena ia akan segera menjadi ayah, tentu ia senang karena itu. Tapi ada lagi yang membuatnya senang. Akhirnya ia menemukan perempuan yang sepertinya akan takluk untuk memenuhi kepuasan pribadinya. Ia tidak sabar melihat perut Luna makin besar dan ia bisa menyalurkan fetish-nya tidak lagi pada video-video ilegal yang ia dapat dari internet. Ia berharap Luna bersedia menandatangani kontrak yang sudah dibuatnya, kontrak yang ditolak banyak teman wanitanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN