Arie merasakan sesuatu menggelitik di dadanya. Perlahan laki-laki itu membuka matanya dan hal pertama yang dilihatnya adalah wajah Raline yang hanya berjarak kurang dari lima sentimeter darinya. Arie merasa tubuhnya sangat kaku, tapi ia tidak ingin menggerakkan tubuhnya dan membuat Raline terbangun - mengakhiri kenyamanan di pagi harinya itu. Kening laki-laki itu berkerut, mencoba mengingat bagaimana ia bisa tidur di ranjang dengan Raline berada di pelukannya seperti sekarang. Padahal seingat Arie, ia tidur di sofa tadi malan. Arie juga tidak meminum alkohol, jadi ia tidak mungkin mabuk. Lalu kenapa ia bisa ada di ranjang? Pertanyaan itu seketika menjadi tidak penting ketika Arie menangkap desahan ringan Raline di telinganya. Perempuan itu seperti menggumamkan sesuatu yang tidak jelas d