Loto membersihkan tubuhnya dan meregangkan badannya yang sedikit kesakitan karena telah terjatuh secara tiba-tiba tanpa persiapan. "Astaga, tubuhku jadi sakit-sakit begini. Tak kusangka bangunan diatas sana begitu rapuh." Ucap Loto masih membersihkan dirinya. Matanya kemudian menatap ke arah dua orang pencuri setengah mabuk yang sedang terkejut karena kedatangannya yang tiba-tiba. "Haa, kalian." Tunjuk Loto. "Aku akan mengambil kembali kudaku yang telah kalian curi. Dasar pencuri bedevah!"
"Jadi itu kudamu? Kalau kami tidak mengembalikan kudamu, kau mau apa hah!?" tanya Harry.
"Kembalikan saja, aku tak tahu apa yang bisa kuperbuat pada kalian." Jawab Loto. "Jujur saja, suasana hatiku sedang tidak baik akhir-akhir ini. Kalian bisa saja menjadi pelampiasanku."
"Enak saja kau bilang kembalikan," ucap Harry, pria berkepala setengah botak sembari langsung menodongkan sebuah pistol ke arah Loto. Pria yang satunya bernama Bart pun juga ikut mengeluarkan senjata miliknya dan langsung menodongkannya ke arah Loto. Sekarang Loto sedang ditodong oleh dua moncong revolver sekaligus.
"Kau pikir siapa dirimu? Datang kemari seenaknya dengan berkata 'kembalikan kudaku', kau pikir kami hanya pencuri biasa hah, anak muda? Kau sangat tidak beruntung sekali hari ini. Berani-beraninya datang kemari dan mengancam kami. Kami tidak segan-segan membunuhmu. Apalagi sekarang kau sudah tahu identitas kami. Takkan kami biarkan kau lolos begitu saja."
"Benar, harusnya kau relakan saja kudamu. Seberapa mahal kuda itu sehingga lebih penting dari nyawamu sendiri?" Ucap Bart dengan wajah yang agak bod0h. "Kami adalah Sphinack bersaudara yang berbahaya dan ditakuti di seluruh kawasan Ritoz ini. Aku adalah Bart Sphinack, dan dia adalah kakakku Harry Sphinack. Kami merupakan saudara satu ibu beda ayah. Ayahku berasal dari Montana, dan ayahnya dari Colorado. Sementara ibu kami dari Mississippi."
Harry Sphinack nampak menekuk wajahnya melihat kelakukan b0doh adiknya yang malah memperkenalkan diri mereka secara lengkap kepada Loto.
"Bart!" tegur Harry, "orang ini takkan peduli dengan latar belakang kita. Tidak usah kau menjelaskan semua itu. Kau ini ... begitu bod0h dan semakin bod0h ketika mabuk."
Loto benar-benar nampak waspada saat ini. Dia terdiam sembari menatap keduanya dengan tajam. Ini untuk pertama kalinya ia ditodong oleh senjat4, dua senjat4 sekaligus. Di situasi biasa, Loto mungkin saja akan takut dan berpikir dirinya dalam masalah besar. Tapi tidak di situasi sekarang ini. Sejak dirinya meninggalkan kediaman Nihima dengan niat mencari dan menemukan para pembunuh ayahnya, Loto telah sepenuhnya siap untuk menghabisi dan melenyapkan mereka minimal bisa menjebloskan mereka semua ke penjara. Apalagi setelah Loto mengetahui identitas kelompok pembunuh ayahnya adalah MagniSeven yang terkenal dimana-mana. Loto sudah memikirkan segala skenario terburuk dan apa yang akan dia hadapi ketika dirinya memburu mereka yang disebut sebagai The MagniSeven.
"Kalian pikir bisa menakutiku dengan hanya todongan pistol itu?" gumam Loto, masih menatap keduanya dengan tajam. "Aku sudah siap mati. Aku sudah siap dengan segala rintangan jenis apapun yang bahkan bisa mendorongku ke jurang kematian. Dengan tekad kuat untuk bisa memburu mereka, maka aku sudah siap dengan segala resikonya. Mencari selimut itu pasti akan membawaku pada perburuan terhadap mereka. Itulah yang kuinginkan."
Kedua orang pencuri itu saling tatap, tidak tahu apa yang sedang Loto bicarakan.
"Apa yang kau katakan? Yang mabuk disini kami, kenapa kau yang malah meracau." Ucap Harry.
"Intinya adalah, aku tak ingin berurusan dengan kalian, tetapi jika kalian berdua yang memaksa, maka aku siap." Tegas Loto.
"Halah, bacot!" sahut salah satu pencuri yang langsung menarik pelatuk pistolnya dan menembakkannya tepat ke arah Loto.
Loto tersentak setelah mengetahui pria itu serius dan benar-benar melayangkan sebuah tembakan padanya. Tapi mata sebelah kiri Loto kembali bereaksi. Loto kembali mendapat penglihatan dari mata kirinya. Peluru yang melesat ke arah Loto berjalan sangat lambat, membuat Loto mampu menghindarinya. Peluru itu melesat cepat menembus sebuah karung.
Harry Sphinack terkejut, bagaimana bisa Loto menghindari tembakannya? Loto kembali melihat pria satunya Bart yang kini bergantian menembaknya. Loto dapat melihat dirinya menghindar lalu langsung menghampiri keduanya hingga berada di tengah kedua pencuri tersebut. Loto memutar sedikit tubuhnya dan menghantam salah satu pencuri dengan tinjuan tangan yang keras. Sementara itu Loto putar tubuhnya hingga tangannya melesat berbalik menampar Bart Sphinack yang ada di sebelah dengan hantaman keras dari punggung telapak tangan.
Sphinack bersaudara itu kesakitan, Loto langsung menendang tangan kedua pencuri yang sedang memegang pistol itu hingga mereka menjatuhkan pistol-pistol yang mereka pegang. Loto seketika merebahkan diri ke bawah, mengambil kedua pistol milik keduanya sebelum sempat menyentuh tanah dan balik menodongkannya ke arah mereka berdua. Sambil berbaring, Loto menodongkan dua buah pistol di kedua tangannya ke arah Harry dan Bart.
Ternyata semua itu hanya kilas kejadian yang dilihat Loto melalui penglihatan matanya.
"Halah bacot!" Harry Sphinack langsung menembak ke arah Loto, sama persis seperti yang Loto baru saja lihat. Loto menghindar dengan cara yang sama dan melakukan rentetan tindakan yang sama. Tubuh Loto refleks menyesuaikan terhadap gerakan Harry dan Bart yang pernah dilihat olehnya sebelumnya lewat penglihatan mata kirinya. Kejadian serupa pun terjadi. Loto memukul dan menghantam keduanya hingga merebut pistol mereka.
Dengan berbaring, Loto tetap menodongkan kedua moncong pistol ke arah keduanya. Kedua orang pencuri itu terperanjat saat Loto mengambil alih senjat4 mereka dengan cepat. Kini keadaan berbalik, Loto yang berhasil mendesak kedua pencuri tersebut. "Sekarang biarkan aku membawa kudaku. Kalau tidak, aku akan melubangi kepala kalian berdua dengan ini." Loto menembak satu kali dengan pistol di tangan kanannya ke arah samping atas. Loto ingin membuktikan kepada mereka bahwa gertakannya bukanlah gertakan kosong belaka.
Keduanya nampak ketakutan dan waspada. "Maa-maafkan kami. Seperti yang kau lihat, itu kudamu disana. Ambillah, dan lepaskan kami." Ucap Bart.
"Berani-beraninya kalian mencuri kuda kesayanganku. Tindakan kalian ini benar-benar menyusahkanku, apa kalian tahu!? Sekarang aku sedikit lebih terlambat ke tempat itu. Semoga saja aku masih sempat kesana." Loto berdiri, masih menodongkan pistol ke arah kedua pria itu. Loto memutari mereka sembari berjalan ke arah dimana El-Doramu diikat.
"Angkat kedua tangan kalian ke atas," perintah Loto. "Cepat!"
Harry Sphinack mengangkat kedua tangannya dimana Bart sudah sedari tadi mengangkat tangan karena terkejut ditodong oleh Loto. Mereka berdua meletakkannya diatas kepala sesuai perintah Loto, semetara Loto masih menodongkan kedua pistol di tangannya sambil berjalan ke arah kudanya El-Doramu yang diikat di salah tiang kayu Urik besar di sebelah kiri gudang.
"Kenapa dia bisa mengalahkan kita dengan cepat Kakak?" bisik Bart Sphinack kepada saudaranya Harry. "Gerak refleksnya sungguh tak bisa kupercaya. Seakan dia mengetahui setiap gerakan yang tadi akan kita lakukan padanya. Dia bahkan bisa membaca kemana arah peluru yang kecepatannya sebenarnya sangat cepat lalu malah menghindarinya. Dia bukan manusia."
"Tentu saja dia manusia, bod0h." Sahut Harry. "Aku tidak yakin, tapi aku pernah melihat sendiri hal yang seperti ini." Gumam Harry si pria setengah botak. "Dulu sekali ... aku pernah melihat mata yang sama seperti yang dimiliki oleh pemuda aneh itu di mata kirinya. Mata yang berkilau saat melakukan duel ataupun adu tembak. Ya, aku tahu aku pernah melihatnya. Mata yang dimiliki oleh legenda Koboy terhebat di pesisir barat."
"Koboy terhebat? Siapa Kakak? Ayahmu atau Ayahku?" tanya Bart.
"Aku tidak sedang membicarakan ayah kita, yang bahkan bukan seorang Koboy."
"Koboy terhebat?" gumam Bart berpikir. "Oh, maksud kakak dia?"
"Siapa lagi? Iya dia, The Wildest Django yang mahsyur." Jawab Harry menggelengkan kepala melihat tingkah bod0h saudaranya. "Bart, sewaktu aku masih muda, aku pernah beberapa kali melihat langsung bagaimana The Wildest Django yang hebat itu beraksi. Kedua matanya persis seperti mata kiri anak muda itu tiap kali Django melakukan aksinya. Itulah yang membuatnya tak terkalahkan dalam setiap duel. Django menjadi Koboy paling ditakuti. Kau tahu kenapa Bart? Orang bilang matanya bisa melihat masa depan. Django seolah dapat membaca setiap gerakan dan bagaimana pertarung4n itu berjalan, persis seperti yang dilakukan pemuda itu tadi kepada kita. Mata Angelo kalau tidak salah. Itulah sebutan yang terkenal tentang mata yang dimiliki oleh Koboy terhebat wilayah barat, The Wildest Django."
"Tapi Django kan sudah lama mati Kak. Apa pemuda itu ada hubungannya dengan Django?"
"Entahlah, mana aku tahu! Aku hanya mengatakan kalau mereka memiliki mata yang sama."
Kedua pria itu melihat Loto sedang melepaskan ikatan kudanya. Karena merasa Loto sedang lengah, duo Sphinack pencuri itu hendak berniat lari dan bergegas kabur dari Loto. Dengan isyarat mata dari Harry keduanya mencoba untuk lari namun satu kali lagi tembakan Loto layangkan tepat ke dekat kaki dari keduanya. Hampir saja kaki mereka tertembak. Sphinack bersaudara itu seketika menghentikan lari mereka.
"Jangan kabur! Urusan kita disini belum selesai." Tegas Loto berjalan membawa kudanya dimana tangan kanannya masih erat memegang pistol. "Enak saja kalian mau lari setelah mencuri kudaku. Tidak, kalian tidak boleh kabur. Angkat kembali tangan kalian ke atas kepala!"
Keduanya menurut. Tanpa menjawab Harry dan Bart kembali mengangkat tangan mereka ke atas kepala. "Aku mau bertanya padamu sesuatu, anak muda." Ucap Harry Sphinack.
"Bertanya padaku? Baiklah, apa itu? Apa yang mau kau tanyakan?"
"Mata di sebelah kirimu itu ...."
Sontak Loto terperanjat saat pria itu menyinggung tentang matanya.
"Kau ... siapanya Wildest Django?" lanjut Harry bertanya dengan serius.
"Wildest Django? Koboy terhebat itu? Aku bukan siapa-siapanya Django." Jawab Loto. "Kenapa kau bertanya seperti itu? Ada apa dengan mataku?" tanya Loto. "Aku juga pernah mendengar tentang Koboy itu, The Wildest Django. Tetapi aku tak pernah bertemu dengan sosoknya. Kudengar dia sudah lama mati. Kenapa kau malah menanyakan Django padaku? Apa kau hanya mencoba basa-basi untuk mengulur waktuku saja? Agar kalian bisa mencari cara untuk lolos kembali dariku? Aku takkan bisa ditipu semudah itu. Cara kalian ini takkan berhasil."
"Hah," dengus Harry. "Aneh sekali, apa kau tidak mengetahui apa-apa tentang matamu itu? Entah apakah benar kau tidak memiliki hubungan dengan The Wildest Django, tapi mata kirimu itu, sangat persis dengan kedua mata Django." Tegas Harry tersenyum kecut. "Kau bisa melihat apa yang manusia lain tidak bisa lihat, 'kan? Apa benar begitu?"
Loto terdiam dan seketika terkejut. Darimana pria ini tahu bagaimana caranya aku melihat dengan mataku? Gumam Loto dalam benaknya. Pikiran Loto saat ini menjadi bingung. Pria itu juga tiba-tiba membahas The Wildest Django dengannya, seakan matanya dan Django ada kaitannya. Pria itu bilang The Wildest Django juga memiliki mata yang sama dengan Loto.
"Kau pernah melihat sosok Django?" tanya Loto.
"Tentu saja anak muda. Aku jauh lebih tua darimu. Banyak yang sudah aku lihat termasuk juga sosok legenda hidup The Wildest Django." Jawab Harry dengan bangga.
"Tadi kau bilang matanya sama dengan mataku?"
"Tidak! Bukan matanya yang sama dengan matamu, tapi matamu ... yang sama dengan mata yang dimiliki Django. Kau jauh lebih muda dari Django, jadi matamu lah yang persis dengan mata miliknya, bukan malah sebaliknya."
Loto kembali terdiam dengan fakta yang didengarnya. Mata kirinya sama dengan mata milik The Wildest Django yang terkenal itu? Mana mungkin itu terjadi. Apa The Wildest Django juga memiliki kemampuan yang sama dengan yang kumiliki? Gumam Loto dalam benaknya saat ini.
"Anyway, itu bukan urusanku. Aku tak ada kaitan dengan Django. Urusanku saat ini adalah dengan kalian." Ucap Loto menggoyangkan pistolnya dan menunjuk ke sebuah gentong kayu bundar besar tempat menyimpan ekstraksi wine anggur. "Kalian berdua, masuklah ke dalamnya." Pinta Loto.
Loto ingin kedua pencuri itu masuk ke dalam gentong kayu besar tersebut.