Saran dari Nayla

1042 Kata
"Alhamdulillah le kalau tidak ada apa-apa, agak lama juga kamu di kampung. Ma'e seneng Le! selama ini kamu kalau pulang kampung kan tidak pernah lama, paling lama cuma 3 hari...!"ungkap Mak Supinah merasa bahagia karena putranya menginap sedikit lama dari biasanya. "Suprapto, Ningrum, Widodo dan juga Suparti ke mana Mak? kok nggak kelihatan?"tanya Junaedi mempertanyakan keberadaan keempat adiknya. "Mereka sudah pergi ke masjid le, kebetulan di masjid mengadakan Haul kyai Ageng Selo (Wali yang terkenal karena bisa menangkap petir di salah satu desa di Jawa Tengah)!" jawab Mak Supinah. "Rame ya Mak pasti nanti malam?"Tanya Junaedi kepada emaknya. "Yo mesti rame to le, Lawong Haul nya kyai terkenal og...! kamu itu lagi mujur le, kamu datang di saat yang tepat, pas ada perayaan memperingati Haul seperti ini...!"kata Mak supinah kepada Junaedi. "Nanti malam kita datang ke pengajian yo le? Kamu lama kan nggak ke pengajian? kebetulan adik-adikmu juga jadi panitianya le, mereka kan termasuk karang taruna desa..!"kata Mak Supinah menjelaskan. "Walaaaahhh... ternyata adik-adikku sudah besar ya Mak? Sudah jadi karang taruna desa..!" Kata Junaedi yang memang tak merasa jika adik-adiknya sudah beranjak besar. "Lah iya, masak jadi anak kecil terus? Lha wong Suparti saja sudah kelas 3 SMP lho Le, tahun depan dia sudah masuk SMA...!"jawab Mak Supinah. "Wis ben, nanti malam kita kasih kejutan buat mereka! Suprapto bagaimana Mak kuliahnya?" Tanya Junaedi tentang adiknya yang paling besar. "Lancar le, dia memilih menjadi guru saja katanya...! makanya dia memilih kuliah di desa ini saja. kebetulan ada perguruan tinggi baru di desa Le, meskipun masih baru tapi kualitasnya tidak diragukan kok, udah banyak lho yang kuliah di sini...!"jelas Mak Supinah. "Alhamdulillah kalau gitu, ternyata Suprapto tidak meninggalkan Ma'e jauh...!"ucap Junaedi penuh rasa syukur. "Kamu itu keberatan nggak tole membiayai biaya sekolah adik-adikmu semua?"Tanya Mak Supinah takut jika anak sulungnya itu merasa keberatan atas beban yang dipikul. "Enggak sama sekali Mak, Alhamdulillah gaji Junaidi cukup untuk semua itu...!"Junaedi menjawab dengan tersenyum. "Berkat doa Ma'e, Junaedi menjadi orang sukses di kota...!"jawab Junaedi sambil menggenggam erat tangan mamaknya. "tapi adik-adikmu nggak ada yang mau mengikuti jejakmu eg Le, piye?"Tanya Mak Supinah. "Mereka lebih senang tinggal di kampung, adikmu yang paling bontot Suparti setelah lulus ini mau mondok katanya, Dia pengen hafalan Qur'an. boleh nggak Le? Kamu masih kuat membiayai kan?"Tanya Mak Supinah. "Ya nggak apa-apa toh Mak, apapun cita-cita adik adik, Junaedi mendukung saja, menjadi seorang Tahfiz itu mulia mak, biarlah Junaedi yang menyediakan biayanya Mak, Junaedi ikhlas kok...!"jawab Junaedi. "Sementara Ningrum dia juga minta mondok, Ma'e Ini nggak Tegel le, soalnya Ningrum itu minta mondok tapi minta didaftarke sebagai ndalem...!" jelas Mak Supinah lagi. "Alasannya apa Mak? Kok minta ndalem?"Tanya Junaidi merasa kebingungan. Padahal jika Ningrum minta mondok pun Junaidi mampu membiayainya tanpa harus mendaftarkan diri sebagian ndalem. "Katanya kalau ndalem itu nanti Ilmunya lebih nyerep! begitu sih alasannya, Ningrum juga pengen hafalan sama kayak suparti...!" Mak Supinah menjelaskan. "Ya wes loh Mak, biarkan saja...! Asal cita-citanya jelas, kita dukung saja Mak! Kalau uang yang Junaedi kasih ke Mak kurang, ma'e ngomong saja ke Junaidi!" Kata Junaidi yang mencoba menenangkan orang tuanya. *** Malam itu Nayla sangat takut menghadapi tamu pertamanya. "Junaedi...!" kata laki-laki yang ada di hadapan Nayla mengulurkan tangannya memperkenalkan diri. "Nayla mas, maaf saya baru di sini, ada yang bisa saya bantu mas?"tanya Nayla. "Kita ngobrol saja Mbak Nayla, Saya membutuhkan teman curhat...!"jawab Junaidi dengan tersenyum ramah kepada wanita yang ada di hadapannya. "Baiklah akan saya dengarkan...!"jawab Nayla. Kemudian mengalirlah cerita Junaedi tentang rumah tangganya bersama Salsabila. Rupanya persoalan yang dialami oleh laki-laki yang ada di hadapan Nayla tersebut sangatlah runyam, selama pernikahan mereka, ternyata Junaedi sama sekali belum pernah menyentuh istrinya. Alasan demi alasan diutarakan saat Junaedi ingin meminta haknya sebagai suami. Yang lebih parahnya lagi Salsabila selalu merendahkan Junaedi yang terlahir dari keluarga miskin. Salsabila selalu mengatakan kalau Junaedi menumpang hidup kepadanya dan juga papanya. Kata-kata yang mengatakan bahwa Junaedi tak ada apa-apanya tanpa dia dan papanya benar-benar sangat melukai harga diri seorang Junaedi. Namun meskipun begitu, Junaedi pun tak bisa berbuat apa-apa, dia sudah berjanji kepada mertuanya untuk menjaga dan merubah sikap manja Sang Putri. Bukan tidak mengetahui bahwa Salsabila masih berhubungan dengan Raditya, tapi Junaedi tak tahu harus berbuat apa. Pernah suatu hari Junaedi menawarkan sebuah perceraian , Junaedi benar-benar tidak bisa mempermainkan sebuah pernikahan, di mana di dalamnya dia tidak bisa mengendalikan istrinya sama sekali. Salsabila dengan tegas menolak perceraian itu, karena Salsabila tahu bahwa aset perusahaan akan diwariskan kepada Junaedi. "Apaan pisah? Enak di kamu dong! kamu akan menjadi konglomerat sementara aku jadi orang melarat...!"kata Salsabila kala itu. "Tidak..! Aku tidak mau...!"tolak Salsabila tegas. Nayla hanya menyimak apa yang dituturkan oleh Junaedi, dalam hati dia berkata. "Kasihan mas Junaedi, berat sekali ujian hidupnya!!" Batinnya dalam hati. "Boleh saya memberikan saran mas?"Tanya Nayla memberanikan diri. Junaedi pun mengangguk dan mempersilahkan untuk Nayla mengutarakan pendapatnya. "Sebenarnya di sini masalahnya sangatlah simple, coba sampeyan buang jauh dulu rasa nggak enak tentang Budi kepada Pak Daniel mertua sampeyan...!"dengan sangat hati-hati Nayla mengatakan hal itu. "Sampean itu harus tegas ke Mbak salsa, tak seharusnya sampean itu diam saat istri Mas masih ada hubungan dengan lelaki lain, itu berarti dengan sengaja sampai membiarkan istri mas memasuki pintu neraka, dan itu dosa loh Mas..!"kata Nayla kemudian. "Sebenarnya di sini yang memegang kendali penuh itu adalah sampeyan, mungkin mertuanya sampeyan itu sengaja memberikan semua aset atas nama sampeyan dengan tujuan agar Mbak salsa tidak semena-mena dengan sampeyan...!"lanjutnya menjelaskan. Entah mengapa saat Nayla menjelaskan semua itu, semuanya langsung masuk ke kepala dan otak seorang Junaidi. dengan seksama dia mendengarkan apa yang dituturkan oleh wanita yang ada di hadapannya tersebut. "Poin pentingnya di sini adalah, Pak Daniel sangat mempercayai sampeyan, terbukti dari Dia yang mempercayakan semua asetnya kepada sampeyan...!"kata Nayla yang semakin membuat pemikiran Junaedi terbuka. "Kalau sampeyan bisa tegas kepada Mbak salsa, ada kemungkinan Mbak salsa nanti tidak bisa berkutik...!"lanjut Nayla lagi. "Misalnya nih ya Mas, coba sampeyan mengambil tindakan tegas dengan menjatuhkan talak 1 jika seandainya Mbak salsa masih melanjutkan hubungan dengan pacarnya...!'kata Nayla yang membuat Junaedi memicingkan matanya. Dari pandangannya Junaedi meminta penjelasan atas maksud yang diucapkan oleh Nayla. "Jangan salah paham dulu mas, itu hanya bentuk salah satu efek jera saja...! ancam saja dulu dan jangan langsung menjatuhkan talak...! itu maksud saya...!"setelah paham dengan apa yang dimaksudkan oleh Nayla Junaedi pun manggut-manggut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN