Beberapa menit kemudian pesanan Kaif dibuatkan. Bibinya melihat ke arah pria yang tersenyum memandangnya.
“Siapa itu?” bisiknya pada Emilia.
“Abangnya Aydan.”
“Hah? Kok mukanya beda?”
“Entahlah, mungkin satu mirip bapaknya satu mirip mamaknya, bisa aja kali.”
“Oh.” Bibinya tersenyum balik saat arah pandangan Kaif kena padanya.
“Ganteng-ganteng mereka sekeluarga ya,” bisiknya lagi.
“Ya, gennya bagus.”
“Haduuh, kalau kau bisa nikah sama Aydan mukanya kayak orang Korea, kalau ama dia kayak orang Arab.”
Emilia tersenyum. “Bou ada-ada aja.”
Wanita itu memukul keponakannya dengan kain serbet yang sedang dipegangnya. “Berusahalah jadi pada salah satunya.”
“Bou.” Emilia membelalak malu lalu berjalan memberikan pesanan Kaif.
Bibinya melihat dari arah meja ketika keponakannya berbicara d
