Sang Penyelamat

1799 Kata
Di meja kerjanya, Saskia terus merenungi pertanyaan Anggara. Tentang perasaannya terhadap Juan. Ini adalah sandiwara yang semakin ke sini terasa semakin rumit. Saskia tak pernah berpikir bahwa sandiwara ini akan melibatkan perasaannya. Berulang-ulang ia mengusir perasaan aneh yang menyusup dan berulang-ulang juga perasaan aneh itu masuk. Seolah memang begitu adanya dan seolah perasaan Saskia adalah tempat yang pas untuk menyimpannya. Diakui Saskia jika Juan sangat tampan. Hanya saja, Saskia bukanlah seorang lugu yang baru itu kenal pria tampan atau pun dekat pria yang memiliki pesona. Ada banyak pria dengan beragam pesonanya yang mendekati Saskia. Hanya saja Juan memang satu-satunya yang bisa menembus hatinya. Bersama Juan, semua terasa benar-benar baru sekaligus menarik. Ada hal-hal yang ingin sekali ia ulang. Seperti makan bersama Juan, Saskia diam-diam selalu berharap ada makan siang berdua dengan Juan seperti saat ia makan siang di ruang kerja Juan. Ia ingin menikmati Juan sendirian sembari menikmati masakan yang dimasakkan Juan untuknya saja. Tapi, apakah itu cinta? Saskia tak mengenal apa itu cinta. Bagaimana cinta yang sebenarnya pun sulit ia pahami. Saskia butuh seorang pakar untuk membatunya mengenali perasaanya. Jeny. Sahabatnya itu adalah seorang yang lebih fleksibel dalam pergaulan. Sahabatnya itu pasti tahu apa itu cinta. Ditambah, Jeny adalah seorang yang pernah mempelajari psikologi. Saskia memutuskan untuk menelepon Jeny ketika interkomnya menyala. "Bu..., ada Pak Onel datang. Apakah bisa masuk?" Saskia menghela napas. Ingin rasanya Saskia menjawab untuk mengusir Onel saja. Tetapi ia tak ingin ada kehebohan. "Suruh saja masuk." Dan Onel masuk dengan senyum cemerlangnya. Lelaki itu mengenakan pakaian formal serba biru. Tak senada dengan pakaian yang dikenakan Saskia yang berwarna maron. Saskia bergidik geli jika membayangkan ia keluar bersama Onel. Tentu akan seperti parade warna-warni. "Pekerjaanmu sudah selesai, 'kan? Ayo, kita cari kado untuk Tante," ajak Onel tanpa basa-basi. "Saya akan pergi dengan Juan." Onel melongo. Tak menduga akan jawaban Saskia yang tanpa di rem. Tanpa ada rasa sungkan. "Ada saya di sini. Kenapa Juan?" tanya Onel tidak suka. Ketidaksukaan yang tak disembunyikan. "Karena saya dan Juan adalah kekasih." "Saya tunanganmu, Sas. Harusnya kamu malu bicara begitu." "Tunangan yang bagaimana? Kita hanya melakukan ritual yang disebut pertunangan, tetapi sebenarnya kita asing." "Asing bagaimana? Dua tahun lho kita bersama. Bagaimana bisa kamu menganggap hubungan kita ini asing?" "Kita itu bersama dengan status pertunangan. Tapi, kita gak pernah benar-benar bersama, Nel. Ayolah, gak usah munafik. Kamu sendiri tak pernah benar-benar menyukai saya, 'kan? Kamu pikir saya ini buta? Kamu tidur dengan wanita lain, bukan hanya kemarin saja, Nel." Onel gelisah. Menyadari jika ternyata Saskia tahu banyak. Masalahnya, seberapa banyak Saskia tahu kalau ia suka  main wanita? Onel tidak khawatir pada hubungannnya dengan wanita lain, Onel lebih mengkhawatirkan hubungannya dengan Julia juga diketahui Saskia. "Yang kemarin itu hanya staf marekting, Sas. Dan di dalam sana kami tidak berdua. Kami sedang...." Onel tak melanjutkan kalimatnya karena Saskia mengibaskan tangannya dengan malas. "Kamu jangan membodohi sayalah, Nel. Salah orang kamunya." "Lalu saya harus membuktikannya bagaimana?" "Gak usah. Saya juga gak peduli. Seberapa kamu punya wanita, saya benar-benar gak peduli." "Lalu? Lalu kalau kamu tidak peduli, kenapa ini jadi berimbas pada pertunangan kita?" "Ini bukan imbas. Sejak awal saya memang tidak menyetujui pertunangan ini. Kalian yang memaksa. Kamu dan Julia!" bentak Saskia. "Kalian menjebak saya pada situasi yang rumit. Yang membuat saya terpaksa menerima pertunangan ini!" Saskia begitu marahnya jika mengingat itu. Saat itu, Julia mengatakan jika keluarga Onel mengundang mereka untuk makan malam bersama. Saskia awalnya menolak, tetapi ibunya yang juga tidak tahu rencana Julia, dengan lugunya meminta Saskia ikut demi menghormati keluarga yang mengundang. Betapa terkejutnya Saskia, di sana sudah hadir banyak orang. Ia mulai curiga ini bukanlah makan malam biasa. Dan kecurigaannya benar adanya. Secara tak terduga, MC mengumumkan kedatangannya sekaligus menyampaikan acara apa yang akan berlanngsung. Pertunangan antara dirinya dan Onel. Saskia tak bisa berkutik. Ibunya hanya bisa meremas jemarinya. Anggaralah yang meminta Saskia menahan emosinya. Memikirkan dengan matang perihal membuat keributan. Ayah Onel adalah rekan bisnis ayah Saskia. Membuat keributan maka akan berimbas pada bisnis kedua belah pihak. Dan pertunangan pun terjadi dengan amat sangat terpaksa. "Tapi itu kan hanyalah awal, Sas. Saya minta maaf untuk itu. Saya benar-benar mencintaimu dan saya melakukan itu karena saya mencintaimu dengan sangat. Kita sudah dua tahun bersama Sas. Akui saja bahwa cinta itu sudah ada di antara kita meskipun kecil." "Sinting kamu." "Sas..., saya mungkin tidak sempurna selama menjadi tunanganmu. Tapi bukan berarti saya tidak bisa merubahnya seperti yang kamu mau. Saya bersedia melakukan apa saja demi kamu, Sas. Saya juga bisa melupakan perselingkuhanmu dengan Juan." Sontak darah Saskia menggelegak menjadi amarah. Bisa-bisanya Onel membalikkan situasi seolah-olah dirinyalah si pendosa. "Keluar kamu...!" desis Saskia penuh angkara. "Keluar atau saya yang keluar!" Saskia memasukkan posnelnya ke dalam atas. Ia mulai berkemas. Onel tak bisa diusir begitu saja. Ia akan mencoba meluluhkan Saskia. Ia memutari meja dan mendekati Saskia. "Sas. Jangan beginilah. Kita harus bisa bicara dengan tenang. Saya kan sudah minta maaf. Dan saya sudah memaafkan kamu." Saskia semakin panas. Ia ditempatkan juga dalam posisi bersalah. Padahal jelas-jelas Onel yang berkhianat. Ini membuat Saskia meradang dan berteriak. "Keluar! Keluar! Keluar sekarang juga!" *** Juan mendekati meja sekretaris dengan kening mengernyit. Tingkah si sekretaris terlihat gelisah. Bahkan sekretaris Saskia tidak duduk di mejanya, melainkan berdiri mondar mandir di depan pintu ruang kerja Saskia. Seketika perasaan Juan menjadi tidak enak sekaligus bertanya-tanya apa yangs ednag terjadi. Juan meperlebar langkahnya. "Ada apa di dalam?" tanya Juan yang langsung membuat sekretaris Saskia terlonjak karena terkejut. Segera si sekretaris menempelkan jari telunjuk di bibirnya, syarat bagi Juan untuk tidak berisik. Ia kemudian menarik lengan Juan agar menjauh dari pintu masuk ruangan Saskia. Juan menurut meski bingung. "Di dalam ada Pak Onel, Pak," ucap di sekretaris dengan nada setengah berbisik. "Memangnya kenapa dengan Pak Onel? Kok, kamu sampai mondar mandir begitu depan pintu." Si sekretaris terdiam sesaat. Menimbang untuk menyampaikan sesuatu ke Juan. Si sekretaris teringat bagaimana dirinya tadi memuji Juan di depan Saskia. Dengan tawa renyah Saskia berkata, "Dia adalah tunangan saya. Awas kalau kamu berani ambil dia dari saya." Sekretaris yang bingung lalu menanyakan perihal status Onel. Dan Saskia menjawab, "Dia bukan siapa-siapa. Dia terlalu bermimpi untuk menjadi tunangan saya." Ucapan Saskia menjelaskan bagaiman status hubungannya dengan Juan dan Onel. Jelas sekali jika Juanlah lelaki pilihan bosnya itu. Jadi seharusnya tidak masalah jika menyampaikan yang ia dengan pada Juan. Si sekretaris melihat ke sekitar sebelum kemudian menjelaskan apa yang ia dengar siang kemarin. Terutama adalah ucapan Onel yang akan membunuh entah membunuh siapa. Bisa Juan, bisa juga Saskia. Juan terkejut bukan kepalang mendengarnya. Ia tak menduga Onel memiliki kebencian yang sadis. Kebencian yang sangat serupa dengan Julia. Pantas saja keduanya bisa bersama. Juan bergegas mendekati ruangan Saskia. Saat mendekati pintu, ia mendengar Saskia berteriak, "Keluar! Keluar! Keluar sekarang juga!" Cepat-cepat Juan membuka pintu. Ia melihat Onel berdiri di dekat Saskia yang juga dalam posisi berdiri. Onel begitu dekatnya dengan Saskia membuat Juan yang baru mendapat informasi dari sekretaris Saskia, merasa was-was. Bayangannya menjadi sangat buruk bahwa Onel akan mencekik Saskia. Juan bergegas menghampiri Saskia. Tatapannya tak sedikit pun beralih dari Onel. Tatapan bengis yang sebenarnya membuat Onel ciut nyali. Sesampainya di dekat Saskia, Juan langsung memutar tubuh gadis itu agar berhadapan dengannya. Ia memegang kedua lengan Saskia erat sembari menelusuri wajah dan tubuh Saskia. Memastikan gadis itu baik-baik saja tanpa luka. "Kamu gak apa-apa?" tanya Juan khawatir. Kekahawatiran yang Juan sampaikan tidak hanya melalui kata, tetapi siratan matanya, membuat Saskia trenyuh. Ada kelegaan dan kebahagiaan saat pintunya dibuka begitu saja oleh Juan. Ada ketenangan saat Juan berjalan mendekat dan memegangi lengannya. "Saya tidak apa-apa, Juan," jawab lirih Saskia. Juan langsung menarik tubuh Saskia agar berdiri di belakangnya. Memastikan gadis itu baik-baik saja. Saskia menurut dengan suka hati. Ia begitu berbahagia hingga tak peduli jika kemarahan Juan bisa membuat keributan besar dengan Onel. "Telingamu masih baik, 'kan? Kamu masih mendengar permintaan Saskia, bukan?" tanya sinis Juan. "Apa hak kamu masuk-masuk ruangan tunangan saya tanpa mengetuk pintu lebih dulu?" balas Onel tak kalah sengit. "Kamu masih mengharap jadi tunangan Saskia?" Juan memutar setengah tubuhnya dan bertanya pada Saskia, "Kamu masih mau bertunangan dengan dia?" "Tidak," jawab singkat Saskia. "Sudah dengar? Atau perlu Saskia memakai pengeras suara dan ditempelkan ke telingamu agar kamu bisa mendengar?" Onel menjadi geram. Tangannya mengepal keras dan keinginannya terbesar adalah meninju Juan. "Dia hanya sedang marah. Dia salah paham. Dia hanya memanfaatkanmu untuk memanasi saya." "Tidak pedulia dia bagaimana ke kamu, tapi harusnya kamu sebagai laki-laki punya harga diri." Juan memajukan tubuhnya lebih dekat lagi ke Onel. "Dia sudah menolakmu, Bung. Apakah kamu perlu menjadi orang buta tuli untuk mempertahankan Saskia agar tetap menjadi tunanganmu?" "4njing!" Onel yang sudah meradang, melayangkan tinjunya sekuat tenaga ke Juan. Sayangnya, Juan jauh lebih tangkas. Dia menangkap tinju Onel dan menahannya. Di belakang Juan, Saskia menjerit, menutup mata, juga menutup telinganya. "Kamu sudah tidak diterima, Nel. Atau bahkan sebenarnya kamu tidak pernah diterima Saskia. Mundur sebagai lelaki, itu lebih terhormat dari pada menjadi pecundang yang terus bergaya sebagai pemilik." Juan meremas dan sedikit memutar tangan Onel. Membuat Onel meringis kesakitan. Setelahnya Juan mendorong tangan itu, yang seketika membuat Onel terhuyung ke belakang. Juan memutar tubuhnya sekilas dan bersyukur karena Saskia masih menutup mata dan menutup telinganya dengan kuat. Juan mengambil kesempatan itu untuk mendekati Onel lagi. Tanpa banyak bicara, Juan menarik kerah Onel. "Jika terjadi sesuatu dengan Saskia, Saya sendiri yang akan mengejarmu, bahkan jika itu harus ke neraka. Jangan main-main dengan saya, Nel. Saya jauh lebih kejam dari yang bisa kamu duga. Bagaimana kejamnya saya, bisa kamu tanyakan ke Julia." Juan melepaskan kerah Onel dengan sentakan. Membuat tubuh Onel kembali terhuyung ke belakang. "Pergi kamu. Dan keluar sekarang juga! Atau saya yang perlu menyertmu dan mempermalukanmu?" Onel tak bisa berkutik lagi. Ia memilih keluar dengan segera dari pada dipermalukan. Ia akan membicarakan ini semua dengan Julia. Setelah memastikan Onel keluar. Juan mendekati Saskia yang masih dengan posisinya. Dengan lembut, Juan memegang pergelangan tangan Saskia dan membelainya. Perlahan ia melepaskan kedua tangan itu dari telinga Saskia. Juan bisa merasakan tangan Saskia bergetar dan kelopak mata itu terlalu rapat menutup. Gerakan bola mata yang dilindungi kelopak mata, sangat cepat. Saskia benar-benar ketakutan. Juan memeluk tubuh Saskia dan membelai punggung mungil gadis itu. "Sudah tidak apa-apa, Quokka. Kamu aman sekarang. Sudah, tenang, ya." Saskia merasakan ketenangan dan kenyamanan di d**a Juan. Wangi maskulin Juan, membuat Saskia enggan membuka mata. Belaian Juan di punggungnya, seolah menarik semua beban yang menghimpit. Saskia begitu tenang hingga ingin tidur saja. "Saskia.... Kamu tidak apa-apa, 'kan?" Juan menjadi khawatir karena Saskia tak memberikan reaksi apa-apa. Ia melepaskan tubuh Saskia perlahan-lahan dan Saskia langsung melengos, membuat Juan melongo. Saskia melengos bukan karena apa. Ia malu kalau sampai Juan tahu dirinya terlalu menikmati pelukan Juan. "Ayo, pergi cari kado." Saskia menyambar tasnya dan melangkah cepat mendahului Juan. Saskia harus meredam debar jantungnya tanpa harus ada Juan di sisinya. Bisa gawat nanti kalau Juan tahu perasaannya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN