Bingung Sendiri

684 Kata
Berhenti, Juan. Berhenti sekarang atau kamu akan menyesal seumur hidup! Saskia bukan wanita biasa! Perintah tegas dari kepala Juan yang memenuhi seluruh isi d**a Juan, membuat tubuh Juan sedikit menyentak. Juan menarik kepalanya dengan tiba-tiba. Menghempaskanimajinasi liar yang sudah menyelimuti keduanya. Menghempaskan Saskia yang sebagian dari dirinya sudah tak memijak bumi. Juan cepat-cepat menjauh dari Saskia. Berdiri memunggungi gadis itu. Ia menjadi gelisah dan gugup. Juan bagaikan seorang maling yang tiba-tiba ketahuan dan sekarang sedang mencoba untuk bertanggung jawab. Keadaan Saskia menjadi menyedihkan. Bibir basahnya yang masih terbuka seketika sedikit menggelenyar, mencari apa yang sempat disesapnya nikmat. Kelopak matanya yang merapat, berkerut, menandakan ia sedang berpikir serius. Inderanya sudah tak merasakan sebuah kehangatan yang tadi ia rasakan menguasai sekujur tubuhnya. Perlahan, Saskia membuka mata. Mengerjap beberapa kali untuk mengusir kabut yang membuat pandangannya sekejap mengabur. Ia melihat Juan yang tak lagi berdiri dekat dengan dirinya dan juga membelakangi dirinya. Ada perasaan pedih yang menyusup. Ia merasa Juan menjauhinya. Pikiran Saskia pun berkelebat akan prasangka. Jantungnya berpacu cepat tetapi dengan makna yang berbeda. Ada amarah. Saskia merasa kalau dirinya mungkin tak seperti yang Juan inginkan dan Juan langsung berpaling menjauhinya. Membuangnya setelah mencicipi. "Maafkan saya." Juan mengucapkannya tanpa berani menatap pada Saskia. Rasa bersalahnya begitu besar. "Br3ngs3k!" desis Saskia yang langsung melesat keluar dari kamar Juan. Ia membanting pintu kamar Juan dengan air mata yang langsung turun. Saskia melepas sepatu haknya, memegangnya, dan kemduain berlari kencang. Tujuannya adalah sesegeranya masuk ke dalam kamar. Jangan sampai tangisannya menjadi-jadi dan didengar banyak orang, terutama Juan. Laki-laki itu tak boleh mendengar apalagi melihat tangisannya. Juan sendiri hanya bisa tercengang saat melihat punggung Saskia yang keluar kamar dan menutup pintunya tanpa menoleh ke arahnya. Ia masih bisa melihat ada getaran halus di pundak gadis itu. Juan yakin, Saskia menangis. Dengan gemas, Juan meninju udara kosong. Ia sangat marah untuk dirinya sendiri. Ia tak bisa mengontrol keinginannya yang besar terhadap Saskia. Selain itu, Juan menjadi sangat marah untuk dirinya sendiri yang tidak bisa memastikan apa yang ia rasakan terhadap Saskia. Apakah itu sekedar nafsu ataukah karena hal lain yang lebih dalam. "Br3ngs3k! G0bl0k!" Terus Juan memaki sampai ia menghepaskan tubuhnya ke tempat tidur. Juan diam menatap langit-langit kamar yang berwarna putih gading. Pikirannya sedang diusahakan untuk kosong. Berusaha menenangkan dirinya dan mengusir perasaan tak nyaman yang menguasai dirinya. Namun, wajah Saskia justru muncul di pelupuk matanya silih berganti dengan momen yang berbeda-beda. Rambut panjang Saskia ber-layer dengan gelombang besar yang bergerak bak gelombang di pantai di setiap Saskia menggerakanna kepalanya. Poninya di potong dengan model seperti tirai yang digantung, membingkai misterius wajah Saskia, menggoda Juan untuk menyibaknya. "Arghhh! Br3gsek!" Juan bangkit dari tidurannya. Melihat piyama tidur yang sudah disiapkan untuknya. Juan memutuskan mandi. Sedangkan Saskia di kamarnya, langsung menangis dengan tubuh telungkup di atas tempat tidurnya. Ia sangat malu sekaligus sangat marah, untuk dirinya sendiri dan kepada Juan. Saskia benar-benar tak pernah berciuman bibir di usianya yang sudah kepala dua. Ia punya kekasih, meski tak ada yang benar-benar lama karena kemudian Saskia bosan atau tidak suka. Tetapi terhadap mereka, tak pernah ada kedekatan intim. Bahkan pegangan tangan pun tidak. Ini karena Saskia menerima mereka hanya agar tak dianggap sebagai seorang yang mengenaskan atau istilahnya jomlo ngenes. Ini sangat berbeda dengan Juan tadi. Ada keinginan dari dalam dirinya yang memberontak untuk bersikap lebih liar. Ada reaksi dari jiwanya akan sentuhan yang sifatnya romantisme. Sentuhan bibir di rumah sakit, seolah membuka segel di dalam dirinya. Keinginannya sebagai wanita untuk disentuh, membuat Saskia hilang kendali atas dirinya sendiri. "B0d0h! B0d0h! Bisa-bisanya tadi itu ciuman! Kenapa bisa kamu mau dicium Juan?" Bentak Saskia pada dirinya sendiri. Ia memukul keningnya berulang kali. Sampai kemudian ia terdiam. "Juan.... Juan yang mulai mencium. Dia yang mencium duluan. Waktu di rumah sakit juga Juan yang mencium duluan. Saya korban." Saskia mengangguk mantap. Meyakini diri sendiri kalau ia tak sedang melakukan kebodohan atau kesalahn. "Apa pun yang terjadi tadi. Saya adalah korban. Ingat itu Saskia. Saya adalah korban." Saskia turun dari tempat tidurnya. Ia harus mandi. Ia harus membersihkan dirinya sendiri dan pikirannya akan Juan. Saat masuk kamar mandi, Saskia berteriak. "Saya bukan korban! Saya suka, si4l4n!" ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN