Love|Part.13

2343 Kata
Sesuai yang dikatakan Akhtar, Kalina dan Akhtar bersiap untuk mengunjungi rumah kakak Akhtar yang berada di Ubud Bali hampir memakan waktu sejam mereka tiba disalah satu rumah yang Kalina lihat tidak besar dan tidak bisa dibilang kecil juga, rumah mbak Arisa banyak dikelilingi bunga dan tumbuh tumbuhan yang membuat rumahnya lebih terlihat asri, Kalina masuk disambut oleh kedua ponakan Akhtar yang langsung berlari kedalam pelukan Akhtar. "Berdua aja?" tanya mbak Arisa kepada Akhtar. Akhtar dan Kalina masuk lalu duduk di ruang tamu Arisa. "Iya Mbak, kalau rame rame namanya piknik." jawab Akhtar sembari mencium keponakannya. "Ya maksud Mbak, mana tau ada temen yang lain." jawab Arisa sedikit kesal mendengar jawaban dari adik laki- lakinya. "Gak ada Mbak, orang rencananya cuma tiga hari di Bali." ucap Akhtar menjelaskan yang sebenarnya. "Kenapa cepet banget sih, jadi kalian balik kapan nih?" Kalina tampak melirik bosnya menunggu jawaban Akhtar. Arisa mengikuti tatapan Kalina, ia memandang adiknya yang tampak sibuk dengan putra- putrinya. "Besok pagi balik Mbak." jawab Akhtar akhirnya. "Kok gak lebih lama lagi si Tar?" Kalina tersenyum canggung mendengar pertanyaan dari kakak Akhtar. "Gak bisa la Mbak kerjaan juga uda numpuk di kantor." Kalina tersenyum kearah Arisa mendengar ucapan Akhtar. "Ya udah terserah kamu aja, hari ini mau kemana? Kalian udah pada sarapan?" Mengingat Kalina dan Akhtar tiba pada saat masih pagi hari. "Kami udah sarapan Mbak, tadi nyempetin sarapan pas di hotel." jawab Kalina. "Oke, kalau gitu Mbak ambil minum dulu ya?" Kalina mengangguk melihat Arisa berlalu dan kembali membawa nampan berisi jus dan cemilan. "Mas Andi dimana Mbak?" "Mas mu lagi ada kerjaan di belakang." jawab Arisa kepada adiknya. "Mbak sendiri kok gak ke toko?" "Kalian kan mau mampir masak Mbak tinggalin kerja," Akhtar terkekeh sambil terus menggoda ponakannya. "Udah cocok kamu punya anak, Giana kenapa belum juga hamil?" ucap Arisa memandang kearah adiknya. "Belum waktunya Mbak." "Usahanya di kencengin, digiatin." "Doain aja Mbak." jawab Akhtar membuat Arisa hanya menggeleng geleng kepalanya. "Aku kebelakang dulu." pamit Akhtar meninggalkan dua wanita itu. Arisa memandang Akhtar dengan raut sedih yang tak luput dari pandangan Kalina. "Menurut kamu seperti apa Akhtar itu?" tanya Arisa masih memandang kearah hilangnya Akhtar bersama kedua buah hatinya. "Pak Akhtar baik Mbak." jawab Kalina jujur. "Kalau menilai seseorang hanya berkata dia baik, semua orang bisa masuk dalam kategori itu Kalina." Arisa mendesah kesal ia menatap Kalina yang tersenyum canggung kepadanya. "Lalu, menurut Mbak aku harus menilai seperti apa?" "Nilai dia sebagai pria bukan atasan kamu dikantor." Kalina terdiam berpikir kalau ia memandang Akhtar sebagai seorang pria bukan atasan maka jawabannya. "Dia pria yang manis, baik, pengertian, dan sayang dengan keluarga, terutama Pak Akhtar selalu bisa menghargai wanita." ucap Kalina sambil tersenyum malu malu, Arisa membalas senyuman itu. "Dia juga penyayang, meskipun ia tidak banyak bicara tapi ketahuilah Akhtar selalu memperhatikan orang orang disekitarnya, dan dia adik laki lakiku yang baik hati, tapi semenjak menikah ia jarang main kerumah Mama." "Ke..kenapa??" tanya Kalina ragu. Arisa mengangkat bahunya tanda tak mengerti. "Terkadang Mbak mencoba mencari tahu, mendekatinya, mengajaknya berbicara, tapi ia selalu mencoba mengalihkan pembicaraan jika mengarah pada pernikahannya." Kalina hanya terdiam mendengar Arisa berbicara ia hanya memperhatikan raut wajah Arisa yang berubah menjadi sendu. "Ahh, baiklah kita kenapa malah bahas yang sedih sedih, sebaiknya kita jalan jalan kamu mau kemana?" Arisa menatap gadis disampingnya yang tengah menikmati jusnya. "Sebenernya mau cari oleh oleh sih Mbak, disini dimana ya Mbak?" "Tenang, ntar Mbak temenin cari oleh oleh nya." Kalina dan Arisa berjalan ke halaman belakang rumahnya yang ia buat menjadi sebuah ruang kerja suaminya yang memiliki profesi sebagai seniman. Mereka memutuskan untuk jalan jalan sambil kulineran mencari tempat makan siang bersama, Kalina bahkan tak canggung lagi ia mulai terbiasa bersikap seadanya didepan bos dan keluarga Akhtar. "Kamu mau pesan apa Lin?" tanya Arisa kepada Kalina yang sibuk menyuapi anak anak Arisa yang sedang menikmati ice cream di pendopo yang terletak dibibir pantai, Akhtar sendiri tengah bersantai berbaring mencoba memejamkan matanya merasakan semilir angin membelai kulitnya, dengan kaca mata hitam yang masih bertengger di hidung mancungnya tersebut. "Samain aja Mbak, aku lagi pingin makan berat nih soalnya laper banget." "Makan berat itu seperti nelen batu, ngunyah batu gitu maksud kamu Lin?" tanya Akhtar mencoba menggoda Kalina sambil mengangkat kaca matanya menatap kearah Kalina yang cemberut. sedangkan Arisa dan suaminya tersenyum mendengar penuturan Akhtar. "Ihh, Bapak ini ada ada aja, ya enggak la Pak." "Loh siapa tau kan, soalnya makanan ringan itu kerupuk, keripik, sudah jelas ringan banget." Akhtar terduduk mengucapkan hal itu sambil menatap Kalina yang juga menatapnya. Dalam sehari rasa canggung antara bos dan bawahan itu menjadi seperti seorang teman. "Ya udah terserah Bapak aja mau bilang apa, saya mau makan nasi Pak bukan batu." jawab Kalina membuat Akhtar dan kedua orang dewasa disana ikut terkekeh. "Nah gitu baru bener ngomongnya." ucap Akhtar membuat orang dewasa disana tertawa bersama. Setelah makan siang Kalina serta Akhtar dan keponakannya bermain dibibir pantai berlari, membuat istana pasir, dan bermain air tampak seperti keluarga bahagia, sedangkan Arisa dan suami hanya menjadi fotografer saat Kalina memintanya untuk memotret gadis tersebut, bahkan Kalina dan Akhtar tidak menyadari saat berfose Kalina memeluk gadis kecil anak pertama Arisa dan Akhtar menggendong balita laki-laki berdiri bersisian, sambil tertawa lepas dalam jepretan Arisa, membuat siapapun melihatnya pasti menilai mereka adalah keluarga bahagia. mereka mengakhiri acara makan makan dan bermain itu karena waktu sudah beranjak sore Kalina memilih kembali ke hotel setelah seharian cukup bermain di pantai bersama keluarga Akhtar, dalam perjalanan Kalina dan Akhtar, mereka menyempatkan untuk berhenti disalah satu pusat perbelanjaan oleh oleh di kota Bali. "Bapak gak ikut turun?" Akhtar memandang ke arah Kalina yang bertanya padanya. "Saya tidak berminat, Saya tunggu disini saja." ucap Akhtar menunjuk tempat parkir dimana mobil mereka berada. "Bapak gak cari oleh oleh buat istri?" Akhtar terdiam, apa istrinya mau ia belikan barang barang seperti ini, tentu saja Giana menolak, ia lebih suka di beri tas bermerek, atau sepatu, dan parfum jika ingin mencari oleh oleh untuknya. "Tidak, dia tidak menyukainya jadi saya tidak perlu membawa oleh oleh untuknya!" Kalina melongo mendengar ucapan Akhtar mengapa ia mendengar bosnya seperti orang yang tidak perduli terhadap istrinya. "Oke, baiklah, tapi ehmm_" "Apa?" Akhtar bertanya karena ucapan Kalina menggantung. "Bisakah Bapak temani saya, saya gak enak belanja sendirian Pak." Jawab Kalina sambil tersenyum ke arah Akhtar merasa sungkan telah merepotkan bosnya. Akhtar terdiam lalu membuka pintu mobil begitu saja, keluar meninggalkan Kalina yang terdiam memandang kearah bos nya dan menyusul keluar. "Bapak mau kemana?" "Tapi tadi barusan kamu minta saya temenin." "Bapak gak keberatan?" "Udah cepetan jangan banyak tanya, saya capek, nanti keburu saya berubah pikiran!" ucap Akhtar lebih seperti ancaman. Sedangkan Kalina tersenyum kearah pria yang tengah menggunakan kaos putih dan celana jins itu serta jaket berbahan denim yang menatap kearahnya demi apapun pria ini terlihat lebih tampan dan seperti pria di usia dua puluhan, jika orang melihatnya. Mereka berjalan bersisian masuk kedalam pusat perbelanjaan itu, banyak barang yang di jual disana bukan hanya sekedar makanan, disana juga banyak terdapat aksesoris seperti gelang, anting, topi, serta kain dan baju pantai tak lupa juga berbagai bikini, mengingat banyak para turis dan warga lokal yang juga banyak menggunakannya jika berada di Bali. Akhtar dan Kalina berjalan mengitari bagian oleh oleh makanan, jika orang melihat, mereka bahkan seperti pasangan kekasih yang tengah berbelanja oleh oleh bersama, bedanya Kalina mendorong trolinya sendiri dengan Akhtar yang mengikutinya dibelakang juga turut melihat lihat. "Bapak gak beli oleh oleh buat Rayyan dan orang tua Bapak?" tanya Kalina memecah keheningan. "Saya bukan liburan Kalina, saya sedang bekerja, jadi jika saya pulang dari London sekali pun, dan tidak membawa oleh oleh mereka tidak masalah." ucap Akhtar. "Jadi menurut Bapak saya termasuk salah belanja oleh oleh saat bekerja?" ucap Kalina sambil berbalik spontan membuat Akhtar yang berada dibelakangnya membentur tubuh Kalina. Yang langsung reflek memeluk tubuh Kalina yang hendak luruh kebawah. "Maaf Pak saya tidak tahu Bapak berada dibelakang saya." ucap Kalina merasa tidak enak. "Tidak apa apa, saya juga salah terlalu dekat tadi." ucap Akhtar salah tingkah. ia menjaga jarak pada Kalina lalu berjalan disisi Kalina. "Tidak salah sih kalau kamu mau berbelanja, kalau saya karena tidak memiliki waktu untuk itu jadi saya tidak pernah melakukannya." Akhtar menjawab ucapan Kalina yang sempat tertunda, sambil berjalan bersisian dengan Kalina agar tak terjadi seperti kejadian yang lalu. Kalina hanya mengangguk mengerti, mereka menyudahi acara berbelanja itu dan melanjutkan perjalanan kembali ke hotel saat sudah hampir tiba Akhtar memberhentikan mobilnya disalah satu pinggir jalan, membuat Kalina merasa bingung. "Kok berenti Pak??" "Saya haus, kita berenti sebentar disana." tunjuk Akhtar kepada penjual kelapa muda di pinggir jalan. Mereka duduk di kursi atom yang sudah ditata rapi untuk para pembeli menikmati minuman kelapa muda disana. Akhtar memesan dua gelas untuknya dan Kalina, Kalina hanya mengikuti bosnya saja. "Tidak apa apa kan kalau duduk disini sebentar?" ucap Akhtar memandang Kalina. Gadis itu mengalihkan pandangannya kearah Akhtar lalu tersenyum. "Gak apa apa kok Pak, Saya kan hanya bawahan jadi harus ikut kemana bos pergi!!" ucap Kalina sambil tersenyum. "Terimakasih." "Untuk?" "Untuk hari ini." "Ahh, Bapak tidak perlu terimakasih, orang saya juga suka kok sambil jalan jalan." ungkap Kalina jujur. "Kamu ini kok polos sekali sih, pasti gak pernah bohong ya?" tanya Akhtar. "Ya pernah la pak, manusia gak bohong itu bukan manusia namanya." Akhtar mengerutkan dahinya mendengar ucapan Kalina. "Kenapa bisa begitu?" "Ya bisa, orang kita manusia." jawab Kalina sekenanya sambil menyedot minuman kelapa muda dihadapannya. "Kamu ini ngomong apa sih di tanya malah muter muter jawabnya." Akhtar menggelengkan kepalanya lalu merogoh saku celana nya mengambil benda pipih itu melihat chatting percakapannya dengan sang istri saat sebelum naik pesawat empat hari lalu, Akhtar menghela nafas melihat chat nya hanya dibaca oleh Giana saat sudah tiba di Bali, bahkan hampir empat hari Akhtar di Bali Giana tak kunjung mengangkat telponnya, bahkan percakapan terakhirnya hanya di hari pertama saat ia tiba di Bali. Ia mengalihkan pandangannya saat terganggu oleh kekehan sekertarisnya yang asik memainkan ponsel ditangannya. "Kenapa kamu tertawa sendiri?" tanya Akhtar akhirnya. "Hahh, kenapa Pak?" Kalina mengerjabkan matanya mendapatkan pertanyaan dari bosnya. "Kenapa kamu tertawa sendiri?" ucap Akhtar memperjelas pertanyaannya. "Saya gak tertawa sendiri Pak, Saya sedang membaca chat dari Kayra." Akhtar mengangguk mengerti. Kalina melanjutkan chatting nya dengan sahabatnya tersebut, sedangkan Akhtar masih memandang kearah Kalina, gadis dihadapannya ini benar benar gadis yang baik, meskipun berhari hari ia bersama Akhtar ia tetap menjadi sekertaris Akhtar, tidak menggodanya seperti wanita kebanyakan meskipun mereka tahu Akhtar sudah memiliki seorang istri, tapi Kalina, gadis ini begitu polos dan apa adanya, Akhtar terus memandangi wajah cantik tanpa make up dihadapannya ini ia ikut tersenyum saat Kalina tersenyum, ia ikut terkekeh saat Kalina tertawa, apa Akhtar sudah gila kenapa ia malah memandangi sekertarisnya seperti itu, ia menggeleng gelengkan kepalanya kenapa seharian menghabiskan waktu bersama Kalina membuatnya bisa melupakan masalahnya, ia merasa nyaman disamping gadis sederhana ini, "Pak lihat deh foto ini." ucap Kalina menyodorkan ponselnya kepada Akhtar. membuat keduanya duduk semangkin dekat dan mengikis jarak. "Ini bagus." ucap Akhtar berkomentar sambil menunjuk ke arah foto yang ada di ponsel Kalina. "Iya, Mbak Arisa pinter ngambil angel nya." Akhtar mengangguk setuju dan terus menggulir ponsel tersebut melihat foto Kalina yang lebih banyak berfoto dengan keponakan Akhtar hingga sebuah foto menunjukkan Akhtar, Kalina serta dua keponakan Akhtar yang menunjukkan seperti keluarga kecil. Akhtar terdiam memperhatikan foto tersebut, ia tak sadar tertawa lepas di dalam foto tersebut. "Lihat Bapak sudah tampak cocok sekali memiliki anak." ucap Kalina karena tak melihat kembali Akhtar menggeser foto tersebut. Membuat Akhtar menoleh ke arah Kalina yang juga memandang ke arahnya karena jarak mereka yang cukup dekat membuat hidung Akhtar dan Kalina bersentuhan. Akhtar terdiam menikmati wajah mungil dihadapannya ini, ia bisa menghirup wangi tubuh Kalina entah itu wangi rambutnya atau karena parfum yang jelas Akhtar menyukainya seperti wangi bunga segar, sedangkan Kalina yang tersadar langsung menjauhkan tubuhnya ia memalingkan wajahnya ke arah lain, karena sudah pasti wajahnya pasti memerah apalagi wangi maskulin dari parfum Akhtar membuatnya tak bisa berpikir jernih. Akhtar melanjutkan kegiatannya menggeser geser foto tersebut ia bahkan tak bergerak dari posisinya, berusaha menunjukkan jika hal barusan tidak mengganggunya, padahal jantung Akhtar seakan berdegup kencang membuatnya seperti salah tingkah, apa ia mulai tertarik dengan wanita lain selain istrinya, ia menghela nafas lalu memberikan ponsel tersebut kepada Kalina yang masih menjaga jarak pada Akhtar. "Mau pulang sekarang?" tanya Akhtar mencoba mencairkan susana. "Terserah Bapak saja." jawab Kalina sambil memainkan handphone nya. Kalina mencoba menetralisir detak jantungnya karena kejadian barusan. Akhtar sendiri bangkit dari duduknya membuat Kalina mengikuti pria tersebut. . . . . . . . . . . . . . . . *** . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Maaf untuk typo dan lain lain.. Jangan lupa Komen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Alamat sss Author.. *Lyerma wati. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Salam sayang dari Author. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN