Need to be Improve

932 Kata
Maka setelah itu, Alex dengan pedangnya yang masih dilapisi kekuatan perisai, segera berdiri di dekat musuh yang sedang terkapar. Sedangkan sang musuh yang sudah merasa tak berdaya, segera memohon kepada Alex.  "To- tolong ampuni aku."  Lalu Alex berkata. "Hmm, Aku akan mengampunimu."  "Te- terima kasih."  "Tapi dengan cara melenyapkamu."  "A- apa?"  Dan dengan cepat Alex menyayat tubuh si iblis hingga terbelah menjadi dua, sehingga beberapa saat kemudian si iblis pun lenyap, lalu seluruh aura hitam yang menyelimuti tubuh Rudy pun akhirnya lenyap, dan kini yang terlihat hanya tinggal Rudy yang sedang dalam keadaan terkapar di tanah.  Maka secara resmi pertarungan tersebut telah berakhir dengan kemenangan Alex, dan kini yang harus dia lakukan hanyalah berbicara kepada Rudy mengenai segala hal yang telah terjadi.  Singkat cerita, Rudy sudah dalam kondisi tersadar, dan kini dia sedang duduk bersebelahan dengan Alex di area halaman belakang sekolah. Mereka berdua melakukan percakapan ringan disana, mengenai hal mengerikan yang telah menimpa Rudy, terutama mengenai alasan mengapa Rudy bisa sampai memiliki hasrat untuk mencuri makanan dari kantin setiap malam.  Rudy berkata. "A- aku sangat suka makanan kantin ... Tapi aku tidak pernah puas dengan porsi yang kudapatkan setiap siang. Sehingga aku berhasrat untuk mencuri semua makanan yang ada di kantin pada malam hari dan duduk sendirian di meja sambil memakan makanan dalam porsi banyak ... Namun semakin hari, tindakanku itu semakin berlebihan, bahkan dengan kekuatan iblis itu, aku sampai tega menyakiti para penjaga malam."  "Hmm, tidak apa-apa, semua sudah selesai sekarang ... Aku tidak menyalahkan bila kau memiliki obsesi terhadap makanan kantin, karena itu adalah urusan pribadimu, tapi sebaiknya mulai sekarang kau kurangi obsesimu itu, oke."  "Hmm, ba- baiklah ... A- aku berterima kasih, karena kau telah menyelamatkanku dari mahluk mengerikan itu."  "Ya, sama-sama."  "Kalau begitu aku pergi dulu." Rudy pamit kepada Alex.  Dia pergi menginggalkan Alex sendirian disana, karena Rudy harus segera kembali ke kelasnya. Sedangkan Alex merasa lega karena dia telah berhasil menyelamatkan Rudy dari kekuatan iblis jahat, namun beberapa saat kemudian Alex dikagetkan oleh suara yang berbicara kepadanya dari belakang. Suara itu rupanya berasal dari Ryuji yang sedang duduk di atas pagar, dan sepertinya selama ini dia telah memperhatikan pertarungan Alex dari jarak cukup dekat.  "Hari ini pertarunganmu cukup mengesankan." Ucap Ryuji sambil turun lalu berjalan mendekati Alex.  "Oh Ryuji ... Ini kelima kalinya aku membasmi iblis bayangan di lingkungan sekolahku ... Dari mulai yang suka memalak orang, sampai yang suka menjahili orang ... Padahal hasrat mereka masih terbilang remeh, tapi Kenapa para iblis bayangan banyak menargetkan murid-murid di sekolah ini?"  "Hmm, aku sudah mendiskusikan hal ini dengan Billy ... Dia bilang, bahwa keberadaanmu merupakan ancaman yang sangat besar bagi Raja iblis. Oleh karena itu, kemungkinan besar para iblis bayangan itu dikirim oleh Jefirros untuk mencari keberadaanmu, dan mereka menargetkan orang-orang yang berada di lingkunganmu, dengan tujuan khusus untuk melenyapkanmu."  "Hmm, aku harus mulai terbiasa dengan banyaknya orang yang ingin melenyapkanku." Ucap Alex dengan wajah gusar.  "Jangan khawatir, Billy dan yang lainnya sedang berusaha untuk menyelesaikan masalah ini ... Saat kita sudah mendapatkan informasi tentang keberadaan Jefirros, maka kita akan langsung menyerbu tempatnya." Ucap Ryuji menghibur Alex.  "Baiklah, aku mengerti ... tapi ngomong-ngomong, kapan aku bisa mulai membasmi iblis yang bersemayam di tubuh orang dewasa? Aku ingin menyelesaikan masalah yang lebih serius." Tanya Alex.  "Wow, kau masih belum siap untuk hal itu ... Seperti yang Miran katakan, walaupun kekuatan perisaimu sudah berada di level dua, namun kau belum bisa mengontrolnya dengan baik ... bahkan di awal pertarunganmu tadi, perisaimu dengan mudah dapat dipecahkan oleh musuh."  "Hmm, kalau begitu kapan aku bisa mulai latihan lagi dengan Kak Miran?"  "Setelah dia sudah tidak sibuk."  "Lalu bagaimana dengan latihan pedangku?"  "Sabar, aku akan mencarikan guru terbaik bagimu."  "Mencari? Bukankah kau adalah salah satu ras pedang terkuat di kelompok Faksi angin, kenapa tidak kau saja yang mengajariku?"  "Hmm, bukankah sudah kubilang, aku tidak bisa mengajari orang Alex, karena seluruh kemampuan yang kumiliki adalah hasil dari pengalaman pahit dan pertarungan keras yang selama ini telah kulalui."  "Waah, kalau begitu akan lama bagiku untuk bisa berada di levelmu."  "Haha ... Jangan konyol, kau itu lebih kuat daripada yang kau bayangkan, hanya saja kau belum mengetahuinya."  "Hmm." Alex termenung.  "Jam pelajaran sudah dimulai, sebaiknya kau segera masuk ke kelasmu." Suruh Ryuji.  "Oke, baiklah."  Singkat cerita, beralih ke tempat lain. Atau lebih tepatnya di saluran pembuangan air bawah tanah, yang terletak di pinggiran wilayah ibukota. Tempat itu berukuran cukup luas, walaupun gelap dan kumuh. Disana ada 3 orang yang sedang berjalan sambil menyoroti keadaan sekitar dengan menggunakan flashlight di tangan mereka masing-masing. Ketiga orang tersebut adalah Chaterine, Derris, dan Shekai. Setelah 2 bulan berlalu sejak peperangan terakhir antara kelompok Faksi angin melawan Sword of freedom, kini keadaan Chaterine, Derris, dan Shekai sepertinya sudah membaik. Sehingga Luka dan cedera yang mereka dapatkan juga sepertinya sudah sembuh.  Saat ini, mereka terlihat sedang melakukan sebuah pencarian, dan setelah 2 bulan terus berusaha mencari tanpa hasil, akhirnya mereka pun bisa menemukan beberapa petunjuk yang mengarahkan mereka ke saluran pembuangan air tersebut, yakni petunjuk mengenai keberadaan Jefirros dan Razor.  Sambil berjalan, Derris bertanya. "Shekai, Apakah benar disini lokasinya?"  "Ya, menurut informasi yang kudapat, disini pernah terdeteksi aura kegelapan yang sangat pekat, walaupun samar-samar."  "Tapi dari sekian tempat, mengapa Boss Jefirros harus memilih tempat seperti ini? ... Uugghh benar-benar sangat menjijikan."  "Aku setuju, tapi menurutku ini memang merupakan tempat persembunyian yang sempurna untuk menyendiri." Ucap Chaterine.  "Hmm."  Lalu tiba-tiba langkah kaki mereka bertiga terhenti, ketika Shekai mulai merasakan aura hitam pekat yang muncul di depan mereka, sehingga seketika Chaterine dan Derris pun merasa kaget dan bersiap untuk mengantisipasi serangan. Kemudian secara waspada, Shekai berjalan perlahan mendekat ke arah aura hitam tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN