Lalu beralih ke tempat lain, yakni di suatu tempat yang sangat luas, namun disana hanya ada kegelapan sejauh mata memandang. Maka bisa disimpulkan bahwa tempat itu bukanlah di dunia nyata, melainkan di dimensi lain. Dan disana hanya ada secercah cahaya dari seseorang yang sedang berdiri dengan ekspresi wajah kebingungan. Orang itu adalah Alex yang hanya bisa terdiam sambil terus memperhatikan keadaan di sekitarnya, yakni kegelapan tak berujung.
Alex bertanya-tanya, "Dimana aku?"
Dan tiba-tiba saja ada suara misterius yang berbicara kepadanya.
"Selamat datang di dalam dimensi relic pagoda."
"Hah?"
Kemudian, secara ajaib seseorang mulai muncul dihadapannya, orang itu menyeruak dari lantai dan terus naik hingga seluruh tubuhnya terpampang nyata, dan kini dia berdiri di hadapan Alex sambil tersenyum. Sedangkan Alex yang merasa terkejut, tidak bisa berkata apa-apa, karena ternyata sosok yang sedang berdiri di hadapannya itu adalah dirinya sendiri, sosom itu sangat mirip dengan Alex, namun dengan ciri fisik dan kepribadian yang berbeda, karena Alex yang satunya lagi memiliki kulit pucat dan mata yang berwarna hitam pekat.
Lalu Sambil merasa gugup, Alex bertanya. "Si- siapa kau??"
"Hah? Mana mungkin kau tidak mengenalku, aku adalah dirimu, dirimu adalah aku ... Kita berdua sama."
"Ti- tidak mungkin."
"Aku adalah sisi gelapmu ... Itu artinya aku mengetahui segala hal yang kau pendam selama ini."
"Apa maksudmu?"
"Rasa kesepianmu, kesedihanmu, dan kemarahanmu, itu semua adalah makananku."
"A- apa?"
"Aku tahu bahwa kau kecewa terhadap ibumu karena dia selalu sibuk bekerja dan tidak pernah punya waktu untukmu, namun kau berusaha untuk memakluminya dengan alasan karena dia memang merupakan tulang punggung keluarga. Lalu selain itu, kau juga selalu menutupi rasa kesepianmu dengan berbagai hal yang sebenarnya tidak terlalu ingin kau lakukan ... Banyak sekali hal yang kau sembunyikan Alex, dan bagian favoritku adalah ketika Chaterine datang lalu mengancam nyawa seluruh teman sekelasmu, aku tahu bahwa sebenarnya, dalam lubuk hatimu yang terdalam, kau ingin mereka semua mati dan tidak peduli terhadap nyawa mereka. Namun...."
"Hentikan!!" Ujar Alex dengan penuh emosi.
"Hmm, sayang sekali. Momen Itu merupakan kesempatan bagus untuk membalas semua perbuatan mereka kepadamu selama ini, tapi mengapa kau malah memilih untuk melindungi mereka dan secara sukarela ikut bersama Chaterine ... Oleh karena itu, Akibatnya, kini nyawa temanmu yang bernama Ryuji telah tiada!"
"Hentikaann!!!" Alex berteriak.
Lalu dia jatuh dan berlutut sambil menutup kedua telinganya, seluruh tubuhnya gemetar dan keringat mulai bercucuran di wajahnya. Alex tidak sanggup mendengar seluruh perktaan yang disampaikan oleh sisi gelapnya sendiri, karena di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia memang merasa seperti itu, sehingga kemudian sisi gelapnya bisa memanfaatkan seluruh hal itu, dan dia terus memberitahu Alex mengenai penyesalan-penyesalan yang selama ini dia dirasakannya akibat dari setiap keputusan yang telah dia ambil. Oleh karena itu, saat ini Alex terus ditimpa rasa bersalah yang bertubi-tubi sehingga dia tidak tahan dan terus berteriak sambil menangis.
"AAAAAAAHHHHHHHH!!!!"
Sementara itu, Jefirros yang sedang memperhatikan dari dunia luar, berbicara di dalam hatinya.
"Hmm, proses ini akan memakan waktu cukup lama, namun aku harap semoga semuanya berjalan dengan lancar ... Saat ini sedang terjadi peperangan diluar sana, sedangkan disini Alex harus berperang dengan sisi gelap di dalam dirinya, dan sisi gelap itu akan terus memancing rasa bersalah Alex supaya kegelapan dalam dirinya menjadi lebih kuat, sehingga nantinya kegelapan itu bisa berubah menjadi perwujudan dari Raja iblis bayangan." Ucap Jefirros sambil tersenyum.
Sedangkan di tempat lain, perang masih berkecamuk antara para anggota kelompok Faksi angin melawan para anggota kelompok Sword of freedom. Billy masih terlibat pertarungan sengit melawan Shekai, di lantai bawah bangunan, Ren terus menerus memberikan tebasan pedang airnya, namun serangannya selalu dapat ditangkis oleh pukulan api dari Razor hingga menyebabkan dinding di sekitar mereka hancur bertebaran.
Sedangkan Miran dan Max masih terus berusaha untuk bisa mengalahkan Chaterine dan Derris. Dengan semangat pantang menyerah, Max terus memberikan serangan tendangan kepada lawan, namun serangan itu selalu dapat ditangkis oleh tombak Derris. Dari segi kecepatan, mungkin Max memang lebih unggul, namun rupanya dari segi kekuatan, Max masih kalah dari Derris, sehingga dalam momen yang tepat, dengan sekali kibasan dari tombaknya, Max dapat dihempaskan oleh Derris hingga terbang jauh, lalu jatuh tersungkur.
Kemudian sambil berusaha berdiri, Max berkata, "Kibasan tombakmu sangat kuat."
"Tentu saja, aku adalah seorang ras pedang pengguna tombak berelemen angin ... Menghempaskan lawan dengan manuver kecepatan sepertimu tidaklah sulit bagiku." Jawab Derris.
"Elemen angin, sama seperti Ryuji."
"Hah? Aku ini lebih kuat daripada si b*****h topi rimba itu!"
"Jangan hina temanku!" Ujar Max sambil berlari.
Namun tiba-tiba saja Derris menggunakan serangan pamungkasnya untuk menyerang Max, dia mengumpulkan pusaran angin yang berpusat pada ujung tombaknya, sehingga kini tombaknya terlihat seperti bor yang siap untuk dihunuskan pada lawan, serangan itu sangat kuat dan bahkan bisa melubangi tubuh lawan. Dan waktu itu, dia juga pernah memberikan serangan serupa kepada Ryuji.
"Pierce through!!" Ujar Derris sambil menghunuskan tombaknya.
Lalu dengan cepat Max menciptakan beberapa lapis Barier di hadapannya, sehingga dia kini terlihat seperti dilindungi oleh beberapa lapis tembok kokoh. Namun secara mengejutkan, serangan dari tombak Derris mampu menembus dan menghancurkan seluruh Barier tersebut hingga akhirnya Max terhempas akibat efek dari hancurnya seluruh Barier yang dia ciptakan, lalu tubuh Max terlempar lagi hingga menghantam tembok dengan cukup keras.
Sedangkan di sisi lain, Miran sedang menghadapi Chaterine dari jarak jauh, dia terus memberikan tembakan-tembakan panah kepada musuh, sambil berusaha untuk bersembunyi dibalik tembok dan tiang-tiang yang ada di tempat itu, bahkan Miran juga harus berpindah ke lantai atas untuk menghindari serangan dari pedang cambuk milik Chaterine yang sangat berbahaya, karena senjata itu juga memiliki jangkauan serangan yang luas, sama seperti serangan panah dari kekuatan perisai Miran. Mereka berdua benar-benar bertarung secara sengit, dan keduanya tidak menunjukan tanda-tanda kewalahan sama sekali.
Lalu di tengah pertarungan itu Chaterine berbicara, "Sudah lama aku menunggu momen ini, Miran!"
"Momen apa?"
"Momen ketika aku bisa membunuhmu!" Ujar Chaterine.
"Heh, sayangnya itu tidak akan terjadi." Ucap Miran dengan santai.
"Kau terlalu meremehkanku! Akan kubuktikan pada Shekai, bahwa aku ini lebih hebat darimu!" Ujar Chaterine sambil menghancurkan tiang-tiang.
"Jangan kaitkan aku dengan orang itu! Aku sudah tidak ingin mendengar namanya lagi." Ucap Miran.
"Bagaimanapun juga kau adalah mantannya, dan aku benci jika harus selalu dibandingkan dengan mantan dari pacarku!!"
"Heh, bukan salahku jika aku ini lebih hebat darimu." Ucap Miran.
Seketika perkataan itu menyulut emosi Chaterine.
"Apa kau bilang?!!"
Lalu Chaterine yang murka, mulai menggunakan kekuatan elemen dalam pedangnya, yakni elemen api. Sehingga sekujur pedangnya langsung diselimuti oleh api yang membara, kini Chaterine seperti sedang memegang cambuk api, dan dengan begitu dia siap untuk mengibaskan serangan cambuk api yang bisa memotong dan membakar tubuh lawan secara bersamaan. Seiring dengan peningkatan kekuatan yang dia rasakan, bahkan Chaterine juga memiliki jangkauan serangan yang cukup luas, sehingga dia menjadi lawan yang sangat mematikan bagi Miran, dia benar-benar memiliki tingkat kekuatan yang lebih berbahaya dari sebelumnya.
Tanpa peringatan, Chaterine meliuk-liuk sambil memberikan serangan-serangan cambuk api yang mampu menghancurkan tembok dan berbagai hal lainnya, dia benar-benar memberikan serangan tanpa apun terhadap Miran. Sedangkan Sambil terus berusaha menghindar, Miran berbicara pada dirinya sendiri.
"Hmm, Chaterine bukanlah orang yang bisa diremehkan, walau bagaimanapun juga dia adalah salah satu orang kepercayaan Jefirros ... Selama ini dia hanya selalu menggunakan pedang cambuk biasa di setiap pertarungan, tapi jika dia sudah benar-benar serius dan ingin membunuh lawan, maka dia akan mulai mengkombinasikan pedang cambuknya dengan kekuatan elemen api yang dia miliki ... Sehingga dia bisa menjadi lawan yang benar-benar lawan yang merepotkan." Ucap Miran.
Sementara itu, beralih ke tempat lain, atau lebih tepatnya di sasana tinju milik Billy. Ada seseorang yang datang ke tempat itu seorang diri. Setelah dirinya membuka pintu depan, dia segera berjalan memasuki ruang penyimpanan senjata, khususnya ruang penyimpanan sarung pedang. Lalu tanpa buang-buang waktu, orang itu langsung mengambil sebuah sarung pedang berwarna biru putih dengan corak naga, yang terpajang di dinding bagian atas. Dan setelah itu dia pun pergi meninggalkan sasana tinju. Siapakah orang itu?