"Ingin menguasai hartaku! Menjadikan ku atm berjalanmu. Jangan berharap!" "Tak akan aku biarkan kau berhasil menusukku dari belakang, ingat itu!"-Haris-
Isi pesan grup wa keluarga istriku (1)
("Mbak, bagi uang dong. Aku mau beli iPhone 13 pro keluaran terbaru, teman-temanku sudah pada punya cuma aku yang belum, aku malu di buli terus sama teman-teman Mbak") ~ Sindi~
Aku mengerutkan keningku membacanya, pesan yang terkirim baru tiga menit lalu. Pesan masuk dari grup wa keluarga istriku, aku baru tau kalau istriku ternyata membuat grup khusus keluarganya. Dia bahkan tidak memasukkan aku kedalam grup itu, padahal dia adalah satu-satunya Admin disana.
Tidak banyak anggota, hanya istriku, Sindi yang merupakan adik iparku, Ibu mertuaku, Yoni kakak iparku, dan Burhan. Aku mengerutkan keningku dalam.
Burhan, siapa dia. Baru kali ini aku mendengar nama Burhan. Apa dia keluar kerabat dari istriku. Rasanya tidak mungkin, semua kerabat istriku aku mengenal mereka tiada tersisa, lalu ini, siapa dia. Tiba-tiba saja rasa penasaranku semakin memucat.
Dreetttt
Getaran ponsel dapat kurasakan, itu pertanda ada pesan masuk di grup wa keluarga istriku lagi. Tanpa menunggu aku segera membukanya, namun sebelum itu aku menarik ekor mataku menatap kearah pintu kamar mandi, berharap kalau Maya sedikit lama lagi didalam kamar mandi.
(Maya, kirim Mama uang lagi dong nak, Mama habis duet ini, buat arisan besok. Mama mintak lima puluh juta ya") kali ini pesan dari Ibu mertuaku. Aku membacanya dengan seksama, jadi selama ini uangku habis dikuras oleh mereka.
Aku mengeraskan rahangku, diikuti gumpalan tanganku yang juga ikut mengeras. Sekarang aku sadar, pantas saja selama ini aku terkesiap melihat nominal yang tertera di pengeluaran kartu kredit istriku. Aku pikir dia menghabiskan uangku untuk berbuat amal atau keperluannya sendiri teryata dia membagikan ke cabang-cabang keluarganya. Karena biasanya aku tidak mempermasalahkan berapapun uang dikeluarkan oleh Maya, dia selalu beralasan untuk membuat amal.
Jadi selama ini dia membohongiku!
Dreetttt
("Abang juga dek, jangan lupa. Besok Abang mau keluar negeri bermasa pacar Abang. Jadi Abang butuh duet, ya. Abang kali ini mintak gak banyak kok. Cuma empat puluh juta aja. Ya dek!" Sebuah pesan masuk lagi, namun kali ini bukan dari Sindi dan Ibu mertuaku melainkan dari Yoni.
Rahangku semakin mengeras, kali ini lebih keras dari yang sebelumnya.
"Bang***!" Umpatku kesal.
Tidak ku sangka keluarga yang selama ini aku sayangi bahkan lebih dari keluargaku sendiri ternyata mengurasi hartaku selama ini. Mereka selama ini berpura-pura manis didepanku hanya untuk tujuan ini.
Nyaris saja aku kehilangan kendali, membanting ponselku. Bukannya aku pelit untuk masalah berbagi kepada keluarga istriku, tapi ini permintaan mereka sangat ngelunjak. Aku capek-capek mati-matian cari uang setiap hari hanya untuk memenuhi kebutuhan mewah keluarga istriku. Mama, Sindi. Mungkin aku masih punya hati nurani memaklumi mereka karena mereka berdua perempuan. Tapi Mas Yoni.
Apa dia juga harus aku nafkahi!
Ceklek suara pintu kamar mandi terbuka, aku yang menyadari itu buru-buru keluar dari grup dan mematikan ponsel Maya, menaruhnya ditempat semula. Beruntung aku tau kata sandi ponsel Maya jadi sekarang aku bisa atau kebusukan mereka, kalau tidak aku mungkin akan mati berdiri menafkahi mereka cuma-cuma.
"Eh, mas. Belum tidur?" tanya Maya Dengan sikap ramahnya.