Isi Pesan Grup Wa Keluarga Istriku

Isi Pesan Grup Wa Keluarga Istriku

book_age18+
2.0K
IKUTI
9.2K
BACA
revenge
HE
arranged marriage
brave
heir/heiress
drama
bxg
loser
detective
childhood crush
like
intro-logo
Uraian

"Ingin menguasai hartaku! Menjadikan ku atm berjalanmu. Jangan berharap!" "Tak akan aku biarkan kau berhasil menusukku dari belakang, ingat itu!"-Haris-

Isi pesan grup wa keluarga istriku (1)

("Mbak, bagi uang dong. Aku mau beli iPhone 13 pro keluaran terbaru, teman-temanku sudah pada punya cuma aku yang belum, aku malu di buli terus sama teman-teman Mbak") ~ Sindi~

Aku mengerutkan keningku membacanya, pesan yang terkirim baru tiga menit lalu. Pesan masuk dari grup wa keluarga istriku, aku baru tau kalau istriku ternyata membuat grup khusus keluarganya. Dia bahkan tidak memasukkan aku kedalam grup itu, padahal dia adalah satu-satunya Admin disana.

Tidak banyak anggota, hanya istriku, Sindi yang merupakan adik iparku, Ibu mertuaku, Yoni kakak iparku, dan Burhan. Aku mengerutkan keningku dalam.

Burhan, siapa dia. Baru kali ini aku mendengar nama Burhan. Apa dia keluar kerabat dari istriku. Rasanya tidak mungkin, semua kerabat istriku aku mengenal mereka tiada tersisa, lalu ini, siapa dia. Tiba-tiba saja rasa penasaranku semakin memucat.

Dreetttt

Getaran ponsel dapat kurasakan, itu pertanda ada pesan masuk di grup wa keluarga istriku lagi. Tanpa menunggu aku segera membukanya, namun sebelum itu aku menarik ekor mataku menatap kearah pintu kamar mandi, berharap kalau Maya sedikit lama lagi didalam kamar mandi.

(Maya, kirim Mama uang lagi dong nak, Mama habis duet ini, buat arisan besok. Mama mintak lima puluh juta ya") kali ini pesan dari Ibu mertuaku. Aku membacanya dengan seksama, jadi selama ini uangku habis dikuras oleh mereka.

Aku mengeraskan rahangku, diikuti gumpalan tanganku yang juga ikut mengeras. Sekarang aku sadar, pantas saja selama ini aku terkesiap melihat nominal yang tertera di pengeluaran kartu kredit istriku. Aku pikir dia menghabiskan uangku untuk berbuat amal atau keperluannya sendiri teryata dia membagikan ke cabang-cabang keluarganya. Karena biasanya aku tidak mempermasalahkan berapapun uang dikeluarkan oleh Maya, dia selalu beralasan untuk membuat amal.

Jadi selama ini dia membohongiku!

Dreetttt

("Abang juga dek, jangan lupa. Besok Abang mau keluar negeri bermasa pacar Abang. Jadi Abang butuh duet, ya. Abang kali ini mintak gak banyak kok. Cuma empat puluh juta aja. Ya dek!" Sebuah pesan masuk lagi, namun kali ini bukan dari Sindi dan Ibu mertuaku melainkan dari Yoni.

Rahangku semakin mengeras, kali ini lebih keras dari yang sebelumnya.

"Bang***!" Umpatku kesal.

Tidak ku sangka keluarga yang selama ini aku sayangi bahkan lebih dari keluargaku sendiri ternyata mengurasi hartaku selama ini. Mereka selama ini berpura-pura manis didepanku hanya untuk tujuan ini.

Nyaris saja aku kehilangan kendali, membanting ponselku. Bukannya aku pelit untuk masalah berbagi kepada keluarga istriku, tapi ini permintaan mereka sangat ngelunjak. Aku capek-capek mati-matian cari uang setiap hari hanya untuk memenuhi kebutuhan mewah keluarga istriku. Mama, Sindi. Mungkin aku masih punya hati nurani memaklumi mereka karena mereka berdua perempuan. Tapi Mas Yoni.

Apa dia juga harus aku nafkahi!

Ceklek suara pintu kamar mandi terbuka, aku yang menyadari itu buru-buru keluar dari grup dan mematikan ponsel Maya, menaruhnya ditempat semula. Beruntung aku tau kata sandi ponsel Maya jadi sekarang aku bisa atau kebusukan mereka, kalau tidak aku mungkin akan mati berdiri menafkahi mereka cuma-cuma.

"Eh, mas. Belum tidur?" tanya Maya Dengan sikap ramahnya.

ic_default
chap-preview
Pratinjau gratis
BAB 1
Isi pesan grup wa keluarga istriku (1) Sindi: "Mbak, bagi uang dong. Aku mau beli iPhone 13 pro yang keluaran terbaru, teman-temanku sudah pada punya cuma aku yang belum, aku malu di buli terus sama teman-temanku Mbak" Aku mengerutkan keningku membacanya, pesan yang terkirim baru tiga menit yang lalu. Pesan masuk dari grup wa keluarga istriku, aku baru tau kalau istriku ternyata membuat grup khusus keluarganya. Dia bahkan tidak memasukkan aku ke dalam grup itu, padahal dia adalah satu-satunya Admin disana. Tidak banyak anggota, hanya istriku, Sindi yang merupakan adik iparku, Ibu mertuaku, Yoni kakak iparku, dan Burhan. Aku mengerutkan keningku dalam. Burhan, siapa dia. Baru kali ini aku mendengar nama Burhan. Apa dia keluar kerabat dari istriku. Rasanya tidak mungkin, semua kerabat istriku aku mengenal mereka tiada tersisa, lalu ini, siapa dia. Tiba-tiba saja rasa penasaranku semakin memucat. Tak lama getaran ponsel dapat kurasakan, itu pertanda ada pesan masuk di grup wa keluarga istriku lagi. Tanpa menunggu aku segera membukanya, namun sebelum itu aku menarik ekor mataku menatap kearah pintu kamar mandi, berharap kalau Maya istriku sedikit lama lagi di dalam kamar mandi. Ibu: Maya, kirim Mama uang lagi dong nak, Mama habis duet ini, buat arisan besok. Mama mintak lima puluh juta ya" kali ini pesan dari Ibu mertuaku. Aku membacanya dengan seksama, jadi selama ini uangku habis dikuras oleh mereka. Aku mengeraskan rahangku, diikuti gumpalan tanganku yang juga ikut mengeras. Sekarang aku sadar, pantas saja selama ini aku terkesiap melihat nominal yang tertera di pengeluaran kartu kredit istriku. Aku pikir dia menghabiskan uangku untuk berbuat amal atau keperluannya sendiri teryata dia membagikan ke cabang-cabang keluarganya. Karena biasanya aku tidak mempermasalahkan berapapun uang yang dikeluarkan oleh Maya, dia selalu beralasan untuk membuat amal. Jadi selama ini dia membohongiku! Getaran ponsel kembali kurasakan. Yoni: "Abang juga dek, jangan lupa. Besok Abang mau keluar negeri bermasa pacar Abang. Jadi Abang butuh duet, ya. Abang kali ini mintak gak banyak kok. Cuma empat puluh juta aja. Ya dek!" Sebuah pesan masuk lagi, namun kali ini bukan dari Sindi dan Ibu mertuaku melainkan dari Yoni. Rahangku semakin mengeras, kali ini lebih keras dari yang sebelumnya. "Bang***!" Umpatku kesal. Tidak ku sangka keluarga yang selama ini aku sayangi bahkan lebih dari keluargaku sendiri ternyata mengurasi hartaku selama ini. Mereka selama ini berpura-pura manis di depanku hanya untuk tujuan ini. Nyaris saja aku kehilangan kendali, membanting ponselku. Bukannya aku pelit untuk masalah berbagi kepada keluarga istriku, tapi ini permintaan mereka sangat ngelunjak. Aku capek-capek mati-matian cari uang setiap hari hanya untuk memenuhi kebutuhan mewah keluarga istriku. Mama, Sindi. Mungkin aku masih punya hati nurani memaklumi mereka karena mereka berdua perempuan. Tapi Mas Yoni. Apa dia juga harus aku nafkahi! Tak lama suara pintu kamar mandi terbuka, aku yang menyadari itu buru-buru keluar dari grup dan mematikan ponsel Maya, menaruhnya ditempat semula. Beruntung aku tau kata sandi ponsel Maya jadi sekarang aku bisa atau kebusukan mereka, kalau tidak aku mungkin akan mati berdiri menafkahi mereka cuma-cuma. "Eh, mas. Belum tidur?" tanya Maya Dengan sikap ramahnya. "Hm, belum dek. Mas belum ngantuk," jawabku, sebisa mungkin aku mengontrol nada bicaraku agar tidak meluap. Aku harus bersabar sedikit untuk tau kelanjutan dari mereka, rahasia besar apalagi yang mereka sembunyikan dariku. Aku membaringkan tubuhku sepenuhnya diatas tempat tidur dengan posisi membelakangi Maya. Dia sudah naik keatas ranjang, dan sepertinya dia sudah membuka pesan masuk di ponselnya. Berselang beberapa menit aku menunggu reaksi Maya, hingga tak lama kemudian aku tersenyum ketika Maya menyentuh bahuku pelan. "Mas, kamu sudah tidur?" tanyanya. "Hm, belum, kenapa Dek?" tanyaku balik lalu membalikkan tubuhku menatap kearah Maya. Dengan lekat aku memperhatikan manik-manik matanya. "Hmmm, gini mas, sebenarnya--" Maya mengantungkan kalimatnya. Sepertinya dia lagi mencari alasan yang masuk akal lagi untuk membohongiku. "Sebenarnya apa dek? Katakan yang jelas, mas gak ngerti. Kamu tau sendiri kan mas gak pandai menebak," ucapku. "Hehehe .... Iya, sebenarnya gini mas, aku besok akan menghadiri acara amal dan bantuan sosial masyarakat kurang mampu, mas tau sendiri kan. Di kota kita banyak banget anak yatim, fakir miskin bahkan anak yatim piatu. Adek gak tega mas sama mereka, tiap kali adek lihat mereka adek sedih. Kadang berlina air mata meratapi nasib mereka. Adek sangat beruntung menikah dengan mas, yang bisa membahagiakan adek lahir batin. Dan bahkan mas selalu menuruti apa yang adek mau. Mas itu sosok Suami idaman adek. Jadi untuk berpartisipasi boleh ya, adek ambil uang ATM 150 jut---" "Tidak!" Aku spontan memotong ucapannya. Maya terlihat terkejut dengan ucapanku barusan terlihat jelas dari raut wajahnya yang berubah. Aku sama sekali tidak perduli kemudian aku segera membalikkan badanku tak lupa pula aku menutupi seluruh tubuh ini dengan selimut. "Mas," panggil Maya Namun telingaku ini bagaikan tuli tidak mendengar panggilannya barusan. Biarlah demikian, kalau mau uang kenapa mereka tidak berkeja saja. *** Kantor. Aku tersenyum kecil setelah sesaat aku memerintahkan Kevin yang selaku sekretariku membekukan kartu kredit limid istriku. Kartu platinum card yang aku berikan kepadanya satu Minggu setelah pernikahan kami, dan setiap bulannya aku selalu membayar saldo yang keluarkan untuk berbelanja apa yang dia inginkan, tapi tidak kusangka dia malah berfoya-foya dengan uangku. Memakannya bersama keluarganya. Pantas saja baik kartu debit dan kartu kredit yang aku berikan kepadanya sama mengeluarkan uang yang banyak. "Kevin, aku ingin kamu bekukan kartu kredit istriku sekarang juga. Sedangkan di kartu debit alihkan, sisakan saldo lima juta untuk belanja bulanan rumah. Aku ingin mencoba mengajarinya bagaimana caranya menghemat, akhir akhir ini dia sedikit berfoya-foya," tintaku kepada Kevin. Pria berumur tak jauh beda dariku itu mengangguk pertanda mengerti. "Siap Bos, tapi kenapa tiba-tiba anda---" "Aku hanya ingin memberikan dia sedikit kejutan," potongku memotong perkataan Kevin. Walaupun dia satu-satunya orang yang paling dekat denganku di kantor tapi untuk masalah pribadi keluarga, aku tidak ingin siapapun tau. Cukup hanya diriku dan keluargaku saja. Kening Kevin berkerut, mungkin dia sadar tidak seharusnya dia bertanya tentang kehidupan privasiku. Tak lama kemudian dia pun mohon pamit untuk menyelesaikan perintah yang aku katakan tadi. Semalam aku memang tidak mengatakan apapun lagi hanya berkata tidak, lalu aku memilih untuk tidur. Tapi sekarang, kamu mungkin akan sedikit terkejut sayang. Bersambung .....

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar

read
7.0K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
9.1K
bc

Terjebak Pemuas Hasrat Om Maven

read
39.0K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
31.4K
bc

Rayuan Sang Casanova

read
4.1K
bc

Desahan Sang Biduan

read
41.7K
bc

Benih Cinta Sang CEO 2

read
19.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook