“Hari ini bunga-bunga bermekaran. Cantik sekali. Nona pasti ingin melihatnya, ya?” Safa sengaja bergumam saat Tuan Rajata berlalu di dekat mereka, yang kebetulan sedang membersihkan kaca jendela. “Mara, coba kau pikir, kalau di posisi nona, apa yang kau rasakan? Terkurung beberapa bulan di kamar, pasti pikiranmu sumpek dan merasa sedih setiap hari.” “Safa!” Kontan Mara menegur refleks. Ia yang tidak mengerti sindiran Safa langsung saja memperingati. Takutnya Tuan Rajata mendengar apa yang mereka bicarakan lalu berakhir dengan menghukum, atau parahnya lagi memecat. “Sekarang fokus kerja saja. Jangan banyak bicara.” “Kenapa, sih?” tanya Safa pura-pura polos. Mara sedikit mengendikkan kepala, namun Safa menolak paham. Atas sikap Safa tersebut, Mara jadi geregetan dan refleks mencubit pipin