" Aku sudah menyiapkan hotel terbaik dengan kamar favoritmu untuk anniversary kamu sama mas Alex, ayo dong jangan mager! kita nyalon," ucap Alya.
" mas Alex yang menyuruh mu?"
Alya mengangguk semangat.
" Dia itu ingin istrinya bahagia dan senang, apapun dilakukannya untuk itu, jadi kamu jangan manger!"
Naura menghela nafas dan membuangnya perlahan, " aku ngak ingin kemanapun, ingin di rumah saja, katakan pada suamiku batalkan seluruh rencananya,"
" Tapi hotel sudah dipesan, semua udah dipersiapkan," ujar Alya.
" membatalkan satu malam kamar hotel tidak akan menipiskan tabungannya bukan?"
Alya diam dengan segala keheranan atas sikap Naura.
" sebaiknya kamu pun pulang, ay. Aku ingin sendiri, nanti aku akan mengabari mu dan menceritakan tentang perasaanku."
Alya mengangguk, kemudian ia pergi dengan perasaan berat, sesampai di mobil dia pun menghubungi Alex, memberitahu atasannya itu bila istrinya menyuruh untuk membatalkan seluruh rangkaian acara anniversary pernikahan mereka.
" Dia mengatakan sesuatu padamu?" tanya Alex melalui sambungan telepon.
" tidak, aku rasa dia menyembunyikan sesuatu mas," jawab Alya.
Alex menghela nafas. " baiklah!" aku tutup dulu."
" iya, mas" jawab Alya kemudian mengakhiri telepon nya.
Setelah itu tanpa banyak berfikir, Alex pun memutuskan untuk pulang. Pikirannya tak karuan, sikap Naura membuatnya pusing.
Ia melajukan kendaraannya di tengah keramaian kota, membutuhkan waktu hampir satu jam untuk tiba di rumah. Ia segera masuk dan mencari istrinya, hingga dia dapati Naura sedang berbaring di kamar.
" kenapa kamu batalkan rangkaian acara yang sudah ku buat?"
Naura tidak buru-buru menjawab dan hanya menatap Alex.
" jawab, Naura! sebetulnya ada apa? sikap diam mu itu kenapa? tidak tahu letak salahku dimana? katakan jangan diam!"
"Aku hanya ingin melewati hari jadi kita di rumah, itu saja!''
Alex tersenyum kesal." sungguh ini bukan dirimu, seorang Naura yang akan meminta sesuatu hal yang sangat mewah untuk sebuah pertanyaan, "jawab Alex.
Dengan jawaban Alex seperti itu setidaknya Naura paham satu hal, ternyata yang dilakukan Alex selama ini bukan tentang cinta, tetapi untuk memuaskan dirinya dan mungkin tak berarti untuk Alex sendiri.
" Ada waktu nya dimana aku mulai berpikir apa yang kita lewati itu keinginan kita atau hanya untuk menyenangkan aku saja dan kamu tidak?"
" maksudmu apa?" aku makin ngak ngerti" tanya Alex lagi
" sebagai kado pernikahan kita, aku ingin meminta sesuatu darimu"
" tentu! kamu boleh meminta apa saja Naura, seperti biasa aku akan mengabulkannya apapun itu."
" aku hanya ingin kejujuran "
Alex terdiam sejenak menatap istrinya yang kini bersandar pada dipan.
" kejujuran apa?" tanya Alex.
" apa saja yang kamu tutupi dariku!"
Alex kembali tersenyum heran, istrinya benar-benar aneh.
" kejujuran macam apa? bukankah ada beberapa hal yang harus ditutupi agar tidak saling menyakiti?"
" Termasuk kenyataan bila yang kamu cintai adalah Alya?"
Alex terdiam. Bibirnya seketika tergagap, ia tidak bisa berkata satu huruf pun dan hanya menatap Naura dengan mematung, keangkuhannya seolah pudar seketika, istrinya yang tak jauh dihadapannya kini memandang dengan wajah polos dan mata memerah.
" jawab aja, aku kuat kok mas" ucap Naura tanpa mengalihkan pandangan sedikit pun, ia masih menunggu apa yang akan di katakan oleh pria yang di hadapannya itu, apakah berkata jujur ataukah kembali bersandiwara.