Aku berdecak. Bingung sekaligus kesal. Siapa yang tidak profesional di sini? "Bapak lagi sakit. Sebaiknya istirahat aja. Jangan mikir atau bicara yang aneh-aneh. Saya keluar dulu, mau lanjutin kerjaan." Aku bangkit dari pinggir ranjang. "Tapi, An-- " Aku mengangkat tanganku. "Nggak usah ngurusin privacy orang. Bapak hanya sebatas atasan saya. Nggak ada hak untuk ngatur kehidupan saya, apa lagi kisah asmara saya." Saat aku hendak berjalan menuju pintu kamar, seseorang berdiri di depan pintu kamar Ervan. Napasku tercekat seketika. "Tante Tania?" Aku meringis. Jangan sampai Tante Tania berpikiran yang macam-macam padaku. Perempuan paruh baya itu lantas melangkah masuk sembari senyum-senyum padaku. Aku bengong. Tante Tania tidak marah melihat anaknya dan seorang perempuan yang bukan si