"Mas Harsa itu sudah tidak punya selera pribadi, Pak. Bapak telah merusak naluri alami Mas Harsa dengan terus memaksakan selera Bapak padanya. Bapak yang memilih Mbak Novi untuk Mas Harsa bukan? Jadi Bapak tidak berhak mengecam pilihannya." Gayatri membalas hinaan Pak Bakri dengan elegan. Ia sama sekali tidak terusik dengan ejekan Pak Bakri. Baginya penilaian orang padanya itu tidak penting. Karena ia sudah tahu nilai dirinya sendiri. "Jadi bagaimana, Pak? Bapak setuju dengan perjanjian saya ini atau saya tidak akan membayar hutang yang bukan kewajiban saya?" tantang Gayatri. "Baik! Saya setuju. Kamu bicarakan saja hal-hal lainnya dengan Harsa. Biar dia saja yang menandatangani surat perjanjiannya!" Sembari mengkertakkan geraham, Pak Bakri bangkit dari kursi. Darah tingginya bisa kumat