Air mata Livya menetes begitu saja dan dia buru-buru menghapusnya sebelum Ray melihatnya. Kembali menatap ke arah genggaman Ray pada tangannya, Livya tersenyum getir. Livya tak mampu menjawab sepatah kata pun, dia bingung. Tak menyangka jika Ray mengungkapkan perasaannya di saat seperti ini. Walau sebelumnya Livya sudah menduga jika lelaki itu memiliki perasaan spesial padanya. "Ray... " panggil Livya lirih. "Lo nggak perlu jawab apa pun sekarang. Gue cuma pengen lo tahu aja kalau gue... khawatir sama lo dan itu ada alasannya." Mereka berdua keluar dari lift, Ray tidak juga melepaskan genggaman tangannya hingga tiba di parkiran mobil. Ray melajukan mobilnya ke arah rumah sakit terdekat. “Lain kali lebih hati-hati lagi ya, Vy,” ujar Ray yang saat ini lebih tenang dari pada di restoran t