Bab 7

695 Kata
Happy Reading! "Huekk_huekk" Arvind melenguh lalu perlahan meraba tempat tidur di sampingnya. "Huekk" "Ck!" decak Arvind. Sepertinya ia mendengar suara seseorang yang sedang muntah. Muntah? Arvind segera membuka mata lalu beranjak menuju kamar mandi. Di sana terlihat Ayyara sedang berusaha memuntahkan isi perutnya di wastafel. "Apa yang terjadi, kau sakit?" tanya Arvind lalu melangkah mendekati Ayyara. "Huekk" Arvind berinisiatif merapikan rambut gadis itu lalu mengusap punggungnya. "Ugh_ tuaannhh" tubuh Ayyara mendadak lemas dan pingsan membuat Arvind segera menggendong tubuh kurus itu keluar dari kamar mandi. Arvind menurunkan tubuh Ayyara di atas tempat tidur dan bersiap menelpon dokter, tapi__ "Aku tidak bisa menelpon dokter." gumam Arvind lalu melangkah untuk menuang air ke dalam gelas. Arvind kembali lalu menjentikkan sedikit air ke wajah Ayyara, dan_ "Enghh_hhh" mata Ayyara terbuka membuat Arvind menghela napas lega. "Kau baik-baik saja?" tanya Arvind tapi Ayyara hanya diam dengan tangan yang menyentuh perutnya. Arvind menebak jika Ayyara mungkin lapar. "Baiklah, istirahatlah di sini dan aku akan mengambil makanan." ucap Arvind lalu beranjak keluar dari kamar sedang Ayyara langsung meringis. Perutnya sakit sekali. "hiks_ ibu" isak Ayyara. Ia begitu merindukan orang tuanya. Harusnya tiga bulan lalu ia tidak tergoda dengan tawaran nyonya Karin hingga berakhir dengan memilih cara yang salah untuk mendapatkan uang. Ceklek Arvind kembali dengan nampan berisi makanan. Ia juga membawa obat untuk gadis itu minum. "Kau bisa bangun, kan?" tanya Arvind lalu meletakkan makanan di atas nakas samping tempat tidur. "hiks" Arvind menghela napas lalu memaksa Ayyara untuk duduk. "Cepat makan!" titah Arvind tegas lalu mengambilkan bubur yang tadi ia buat seadanya. Ayyara massih terisak dan tidak terlihat akan makan membuat Arvind emosi. "Cepat!" bentak Arvind membuat Ayyara mengangguk. "I_iya tuan." sahut Ayyara lalu mengangkat tangannya yang gemetar. Arvind menghela napas lalu mengambil sendok dan menyuapi Ayyara. "Cepat habiskan buburnya karena aku harus pergi ke kantor." ucap Arvind membuat Ayyara segera menelan bubur yang ada di mulutnya. Arvind menyuapi Ayyara hingga bubur di mangkuk habis. "Sekarang minum obat." ucap Arvind lalu membuka bungkus obat. Ayyara menggeleng saat tuan Arvind mengarahkan obat ke mulutnya. "Kenapa lagi? Cepat minum!" titah Arvind emosi. Ayyara menggeleng."Tidak tuan, saya tidak mau." ucap Ayyara membuat Arvind berdecak. "Minum sekarang!" ucap Arvind penuh penekanan namun Ayyara kembali menggeleng. "S_saya tidak boleh minum obat, tuan." cicit Ayyara pelan membuat Arvind menghela napas lalu melempar obat yang ada di tangannya ke lantai. "Terserah." ucap Arvind lalu beranjak memasuki kamar mandi. Sedang Ayyara hanya bisa menghela napas lega kemudian mengusap perutnya. "Bantu mama, nak." ucap Ayyara pelan lalu kembali berbaring karena kepalanya benar-benar pusing. Tubuhnya sakit dan kewanitaannya perih, belum lagi perutnya yang masih saja nyeri. Arvind keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya. Ada sedikit rasa iba pada hati Arvind saat melihat Ayyara tidur dengan wajah yang sangat pucat. Gadis itu pasti kewalahan setelah digagahi oleh pria dengan nafsu besar seperti dirinya. Setidaknya Arvind bisa menghindar untuk menyentuh Karin yang sedang mengandung. Walaupun itu artinya, ia harus mengobankan Ayyara sebagai pemuas nafsunya. Jujur saja, awalnya Arvind berniat untuk menuntaskan nafsunya dengan wanita bayaran di luar sana. Ia sudah biasa melakukannya setiap bertengkar dengan Karin. Tapi entah mengapa setelah melihat Ayyara, Arvind merasa ada dorongan yang membuat ia tertarik dengan gadis itu. Arvind ingin menyentuh Ayyara, lebih dari keinginannya untuk menyentuh wanita lain. Ternyata nalurinya tidak salah, tubuh Ayyara memang berhasil membuatnya kecanduan. Bahkan Karin tidak ada apa-apanya dibanding dengan Ayyara. "Ck!" decak Arvind. Tubuhnya langsung bereaksi hanya dengan memikirkan Ayyara. Benar-benar sial. Tak ingin gagal bekerja dan berakhir menyetubuhi Ayyara yang sedang sakit. Arvind bergegas mengambil dan memakai pakaiannya lalu berangkat ke kantor. Tiba di perusahaan, Arvind langsung menuju ruang kerjanya. "Satu jam lagi, bapak ada rapat dengan perusahaan AN lalu setelah itu ada janji makan siang dengan tuan Arnold." Arvind mengangguk lalu meminta sekretarisnya pergi. ?Drttttttt Bian Arvind segera menjawab telpon dari anak buahnya yang ia tugaskan untuk mengawasi Karin. "Hn?" "Saya hanya ingin memberitahu tuan, bahwa nyonya baru saja pergi bersama ibunya." Arvind melotot. "Kemana?" "Restoran Zet." "Baiklah. Terus awasi istriku dan beritahu apa saja yang dia lakukan!" "Baik tuan." Arvind menutup telponnya lalu menghela napas. Sekarang yang ia harapkan hanya calon bayinya dalam keadaan baik-baik saja. Untuk yang lainnya, Arvind tidak peduli.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN