Legenda dan Teman Lama
Legenda adalah fakta yang tertimbun usia
Kisah dibalik kebenaran yang dipudarkan waktu
Rahasia yang bersembunyi dibalik pekat kata “ Lupa “
Ya, legenda adalah yang berusaha sirna, tapi tetap abadi...
Selama masa masih ada dan rasa takut menguasa
Begitu pula, legenda dalam cerita ini...
Dia memang .... “ Ada “
----***----***----***----
“ Ampuni saya! Ampuni saya!” Pria paruh baya itu beringsut mundur dengan kaki yang sudah terkoyak, berharap belas kasih. Wajahnya dipenuhi ketakutan. Seakan akan ajal sudah mengintai, menatap ke sekitar yang dipenuhi dengan jasad teman temannya yang sudah mendahului.
“ Ampuni saya! Jika saya diampuni saya berjanji tidak akan berburu lagi. Ampun! Ampun!” Tangisnya terisak. Tapi...
Krak
“ Aaarrkkhh!!” Darah segar memuncrat tepat setelah perutnya koyak, ia bahkan bisa merasakan daging dan ususnya yang tercerai berai saat masih hidup sebelum akhirnya meninggal. Menjadi korban yang keseratus.
Mahluk itu kemudian meninggalkan jasad pria itu yang sudah terkoyak dengan rasa buas yang terpenuhi. Yang tersisa hanya bau amis menyeruak yang begitu kuat serta tumpukan mayat yang berserak di setiap sudut. Mahluk yang kemudian melolong bersama malam pekat, menakuti semua orang yang mendengar.
Orang orang menyebutnya dengan Alpha, serigala buas dengan taring yang tajam dan bulu sepekat malam, ia memiliki sepasang mata berwarna keemasan. Banyak yang mengatakan bahwa usianya sudah 230 tahun, ada pula yang mengatakan bahwa ia adalah hewan jelmaan yang menghuni pegunungan Alpen. Sehari hari ia akan bergabung dengan penduduk desa sekitar sebagai warga, dan saat waktunya tiba, ia akan berubah menjadi serigala yang mengerikan dan mampu membantai siapa saja. Tidak ada makhluk di pegunungan itu yang bisa mengalahkan Alpha, semuanya tunduk pada serigala berbulu hitam itu. Salah satu ciri kemunculannya adalah saat banyak korban berjatuhan dan juga ternak yang mati dengan keadaan mengenaskan. Kisah tentang Alpha yang pernah membantai 100 orang dalam waktu semalam pun menjadi legenda yang menakutkan.
Karena mitos tentang Alpha menjadi cerita yang turun temurun menakuti para warga, pegunungan itu menjadi sangat angker terutama di malam hari. Tapi ada saja nyali para pendaki yang berusaha melawan semua cerita lama itu dan memutuskan untuk menguji mentalnya dengan mendaki pegunungan Alpen. Beberapa ada yang menceritakan tentang kebenaran sosok Alpha karena melihat penampakannya, beberapa lagi mengatakan bahwa kisah Alpha hanya dogeng untuk menakuti anak sebelum pergi tidur.
Tahun 1961
Pemuda itu menarik napas dalam, malam mulai larut dan ia tidak tahu harus berjalan ke arah mana. Semuanya terlihat sama, pohon, jalan setapak, tidak ada bedanya saat tersesat. Ia mencoba melihat bintang tapi sialnya langit sedang mendung. Sesekali ia melihat arloji yang menunjukkan angka 10 malam. Sudah 2 hari ini ia berputar putar setelah terpisah dari 6 orang temannya saat mendaki.
“ Tolong!!” Teriaknya pucat. Tak ada yang menjawab selain pantulan mengerikan dari suaranya sendiri. Harusnya ia mendengarkan kata kata ibunya agar tidak mendaki saat itu. Tapi gengsi membuatnya nekat dan akhirnya ia tersesat. Seperti di kelas, teman temannya juga membully nya di alam bebas. Mereka meninggalkan Albert Edirham di tengah hutan, sendirian. Harusnya ia sadar, mereka yang sejak awal menganggapnya hama tidak mungkin tiba tiba berbuat baik dengan mengajaknya pergi bersama. Dan sekarang, Albert hanya bisa pasrah. Itu pengalaman pertamanya mendaki dan ia langsung mendapatkan s**l, pulang dalam keadaan selamat saja sudah sangat beruntung baginya, bekalnya mulai habis dan ia mulai kelaparan.
Pemuda itu berusaha duduk di bawah pohon besar, berharap hujan tidak turun. Hingga...
Kretak
Jantungnya mulai berdegup kencang saat mendengar ada langkah berat yang mendekat dari semak semak. Ada suara mengerikan yang membuat wajahnya semakin pucat.
“ Tidak! Jangan bercanda! Tidak mungkin ada hewan buas. Aku saja belum makan, masa sudah mau dimakan.” Gumamnya melihat ke kanan dan ke kiri. Sebelum...
Ia terlonjak kaget saat melihat ada sepasang mata berwarna cokelat keemasan di semak semak, begitu terang yang bersiap melompat ke arahnya, seperti ingin menerkam. Suara geretak gigirnya membuat Albert putus asa. Sepertinya ia tidak akan pulang dari sana dalam keadaan hidup hidup. Kakinya menjadi lemas, bahkan untuk berdiri ia tidak mampu. Benar saja, seekor serigala berbulu hitam lebat melangkah ke luar dari semak, Albert berusaha beringsut mundur, entah berapa banyak keringat yang dihasilkan kulitnya dalam ketakutan. Albert memejamkan mata, komat kamit membaca doa. Tapi...
Kenapa serigala itu tidak menerkamnya?
Apakah doanya manjur?
Albert memberanikan diri membuka mata
“ Astaga!” Keluhnya spontan.
Bagaimana tidak, rupanya serigala itu dalam keadaan terluka. Perutnya koyak terkena tombak, darah bercecer di mana mana. Mungkin ia ingin menerkam Albert, tapi sayang... Tenaganya sudah sangat lemah. Melihat hal itu, dengan ragu Albert mendekat, tak peduli berapa kali pun serigala itu berusaha menunjukkan taringnya, Albert justru menyobek kemeja bagian dalamnya dan melakukan pengobatan sebisanya pada luka si serigala. Ia juga rela membagikan air terakhirnya pada serigala itu, memberinya sosis yang merupakan bekal terakhir yang ia punya.
“ Apa bedanya setelah ini aku hidup atau akan mati, kau bisa bertahan hidup di sini tapi aku begitu bodoh. Aku tidak tahu cara pulang. Jadi aku tidak butuh makanan ini, makan saja! Aku juga akan segera mati. Saat kau sehat, kembalilah pada keluargamu. Kau tahu, satu satunya yang aku inginkan sekarang adalah kembali ke pada ibuku dan meminta maaf, harusnya aku mendengarkannya.” Tutur Albert saat membagikan sosis ke mulut serigala yang menatap matanya seakan mengerti.
Usai merawat serigala itu seadanya, Albert berdiri, merapikan pakaian dan ranselnya kemudian kembali menatap serigala itu sekilas
“ Aku akan meninggalkanmu di sini. Bertahanlah untuk hidup. Jangan sampai aku menjumpaimu di alam baka nanti. Aku pergi dulu.” Ucapnya berpamitan kemudian melangkah pergi memasuki semak semak.
Albert memang dikenal sebagai penyayang binatang, sekalipun ia penakut, ia akan membantu binatang yang kesusahan. Karena itu, Albert sering dibully di sekolahnya. Pemuda berusia 16 tahun itu adalah sosok yang lugu, ia bahkan tidak tahu tentang legenda pegunungan Alpen, Albert baru pindah ke daerah yang saat ini ditempatinya sejak 6 bulan yang lalu. Ia tidak memiliki seorang teman pun di sekolahnya, hal itu membuatnya sangat bahagia saat beberapa teman sekelas mengajaknya mendaki saat liburan. Albert bahkan mengidahkan larangan ibunya dan memilih ikut ajakan teman teman yang jelas punya maksud untuk membully dirinya
Benar saja, semua temannya meninggalkan Albert saat ia tertidur di tengah hutan, mereka bahkan tidak menyisakan bekal makanan selain yang Albert bawa dari rumahnya. Dan itu membuat Albert terpaksa menyerah pada keadaan.
Hingga ...
Malam itu, ia bertemu dengan serigala hitam yang sedang terluka parah, Albert memberikan semua makanan yang ia punya untuk sang serigala. Sebaliknya, ia mendapatkan apa yang tidak pernah ia duga. Kejadian yang seperti sebuah keajaiban.
Di hari ke tiga, Hujan turun semakin lebat saat Albert memutuskan untuk berteduh dan tertidur di bawah pepohonan yang cukup besar. Tanpa ia sadari, seseorang melangkah mendekat ke arahnya, menatapnya kemudian mengulas senyum. Seorang pria dengan sepasang mata cokelat keemasan, wajah yang begitu tampan dan kemeja hitam yang memperlihatkan kulit putihnya. Ia bagai sosok yang tergambar nyata dari dunia webtoon
“ Bangun.” Ucapnya mengibaskan tangan di hadapan Albert yang sudah sangat pucat dan kelaparan.
“ Bangunlah!” Pintanya lagi.
Barulah, Albert membuka mata dengan perlahan. Melihat sosok yang berpakaian serba hitam itu, Albert mengira ia akan segera meninggal. Mungkin pria ini adalah wujud dari malaikat maut yang akan segera mengambil nyawanya.
“ Apa aku akan mati?” Tanyanya pasi dengan nada gemetar. Pemuda itu mengulas senyum kemudian menyerahkan segelas air ke tangannya
“ Minumlah, atau kau akan benar benar mati.” Ujarnya
Tanpa berpikir panjang, Albert yang kehausan langsung meminum air dari gelas di tangannya tandas.
“ Makan ini!” Pintanya menyerahkan bungkusan daun yang berisi buah buahan.
Albertpun langsung memakan semua buah itu untuk menghilangkan lapar yang mendera. Setelah melahap semuanya, pemuda itu menghela napas panjang, seakan akan ia baru saja bisa bernapas lega setelah hampir sekarat. Albert menyandarkan dirinya ke batang kayu, menatap sosok itu dari ujung rambut sampai ujung kaki
“ Kau siapa?” Barulah pertanyaan itu ke luar dari bibirnya.
Pria itu mengulas senyum kemudian berdiri
“ Ayo! Sepertinya kau tersesat, aku akan menunjukkan jalan pulang padamu.” Ajaknya mengulurkan tangan, membuat Albert mengernyit. Kenapa pria ini begitu baik padanya?
“ Aku tidak akan berdiri sebelum tahu, siapa kau sebenarnya?” Tanya Albert lagi. Ia sudah trauma untuk percaya dengan orang asing. Siapa tahu pria ini berniat jahat dengannya.
Melihat keraguan di wajah Albert, sosok itu mengulas senyum mengerti
“ Aku tinggal di sekitar sini, beberapa waktu lalu aku kehilangan serigala peliharaanku saat berjalan di sekitar sini. Rupanya dia tengah terluka karena perlakuan pemburu liar. Aku melihatmu menolongnya semalam, dia terselamatkan karena bantuanmu. Jadi aku berpikir kenapa aku tidak menolongmu untuk pulang. Jangan ragu, aku tidak akan berbuat jahat seperti teman temanmu.” Tutur pria itu membuat Albert bernapas lega. Entah karena takut atau terlalu lemas, Albert sampai tidak menyadari kata kata pria itu tentang teman temannya. Dari mana ia tahu bahwa Albert ditinggalkan teman temannya?
“ Jadi serigala itu milikmu? Syukurlah dia baik baik saja. Aku senang mendengarnya. Kau benar benar ingin membantuku pulang?” Tanya Albert menerima uluran tangan itu dan berdiri menjajari sosok di depannya
“ Tentu, ayo! Sebelum matahari terbenam.” Ujarnya kemudian mendahului Albert melangkah.
Albert tidak akan melupakan kejadian itu seumur hidupnya. Ia pun mengikuti langkah pria misterius itu menuruni pegunungan, menelusuri hutan, sampai akhirnya ia mendengar suara derasnya air sungai yang artinya ia sudah tiba di perbatasan, Albert selamat berkat pertolongan sosok itu.
“ Bawa ini bersamamu, aku hanya bisa mengantarmu sampai di sini. Kau bisa menyeberangi sungai itu dan sampai ke kota.” Tutur pria itu menyerahkan buah buah yang dibungkus dengan daun ke tangan Albert
Suasana saat itu sudah sore menjelang malam sekitar jam 17:45
“ Aku tidak tahu harus berapa kali berterima kasih padamu. Kau telah menyelamatkan hidupku. Jika kau tidak menolong, mungkin aku akan mati di sana. Semoga kita bisa bertemu lagi.” Senyum Albert senang
“ Tidak, bukan kau yang berhutang budi. Tapi aku, aku akan selalu mengingat pertolonganmu.” Jawab pria itu dengan tatapan mata cokelatnya yang tulus
“ Namaku Albert, aku tidak punya teman sejak pindah ke daerah ini. Mau berteman?” Tanya Albert mengulurkan tangannya
Pria itu mengulas senyum kemudian menjabat tangan Albert.
“ Tentu.” Ucapnya membuat pemuda itu senang.
“ Hati hati. Semoga kau tidak tersesat lagi.” Tutur pria itu
“ Kau mau kembali ke hutan itu?” Tanya Albert
Pria itu mengangguk
“ Sampaikan salamku pada serigala itu ya. Jangan sampai ia tersesat dan kelaparan lagi.” Pesan Albert
“ Jangan khawatir, dia juga akan selalu mengingat kebaikanmu. Dia akan selalu mengenali baumu. Kau tahu? Serigala adalah makhluk paling setia di dunia ini, mereka tidak akan pernah melupakan jasa siapa pun yang telah menolong dan merawat. Jadi, dia tidak akan pernah melupakanmu.” Tutur pria itu
Albert tersenyum lega, ia hendak berbalik dan pulang,
Sebelum....
Deg
Tatapannya tertuju pada tanah di bawah pria itu berpijak
“ Ada apa?” Tanya pria itu melihat wajah Albert yang berubah pucat
“ Ti-tidak apa apa.” Jawab Albert berdalih
“ Kalau begitu, aku pulang dulu. Sampai jumpa lagi.” Ujar pria itu kemudian berbalik dan berjalan masuk ke dalam hutan. Meninggalkan Albert yang mematung menatap kepergiannya
“ Aku pasti sudah gila. Ini tidak mungkin.” Gumamnya kemudian berlari menuju suara sungai.
Apa yang Albert lihat sebenarnya?
Saat berbicara dengan pria tadi dan hendak berbalik, Albert tanpa sengaja melihat ceceran darah di tanah, memang sedikit, tapi terlihat jelas. Darah itu menetes dari perut sebelah kiri pria yang tengah berdiri di depannya.
Baru Albert sadari, sejak tadi pria tanpa itu memegang perut bagian kirinya seakan menahan sakit, luka yang sama seperti tempat serigala itu terluka kemarin. Saat pria itu berjalan ke hutan, Albert bisa melihat dengan jelas ada kain yang menonjol dan diikatkan ke dalam kemejanya, kain yang sama dengan kemeja yang Albert robek kemarin. Darah itu juga masih menetes dari perut pria itu. Itu membuat Albert berpikir yang bukan bukan. Atau jangan jangan... Pria tadi adalah serigala jelmaan? Seperti yang ia baca di buku dongeng? Saat serigala merasa berhutang budi, maka ia akan datang untuk membalas hutang budi itu bagaimanapun caranya
Benar saja, pria itu mengulas senyum melihat Albert yang berlari ketakutan menuju sungai dari kejauhan. Ia bahkan bisa melihat Albert dengan jelas dari jarak sejauh itu.
“ Terima kasih. Dan maaf telah membuatmu takut.” Gumamnya kemudian menghilang
Kejadian itu, tidak akan Albert lupakan.
Karena saat ia telah berhasil pulang dan memeluk ibunya penuh kerinduan, ia baru tahu bahwa ke 6 temannya ditemukan tewas karena diterjang binatang buas. Satu orang yang selamat saat ini kritis di rumah sakit. Karena itu, ibunya sempat mengira Albert tidak akan kembali dalam keadaan hidup. Albert memilih untuk tidak menceritakan kisahnya, bagaimana ia bisa selamat dan siapa yang menuntunnya pulang.
Karena saat ia menjenguk temannya itu, temannya sempat bercerita. Mereka diserang seekor serigala hitam saat mencoba berburu beberapa rusa liar untuk bersenang senang. Serigala itu tiba tiba datang, menerkam dan mengejar mereka hingga berlari dan berpencar, tidak ada yang selamat. Beruntung, ia membawa s*****a tajam yang akhirnya bisa mengenai perut sang serigala. Hewan buas itu berlari masuk ke hutan dan tidak pernah terlihat lagi. Semua cerita itu kini menjadi masuk akal, hewan itu sekarat dan Albert menemukannya. Albert menolong dan menyelamatkannya dari kematian.
Barulah saat itu, Albert mendengar kisah tentang Alpha, sang serigala hitam penunggu pegunungan Alpen yang terkenal ganas dan kejam. Albert yakin, serigala yang ia tolong adalah Alpha, sosok dalam legenda. Tapi ia tidak percaya bahwa Alpha adalah sosok yang kejam. Bahwa Alpha adalah pembantai yang k**i. Alpha hanya berniat melindungi apa yang ia jaga sebagai pemimpin di pegunungan itu. Teman temannya berniat memburu untuk bersenang senang, dan Alpha berusaha menggagalkan hal itu. Hewan akan menyerang siapa pun yang melawannya bukan?
Albert akan mengingat Alpha sebagai satu satunya kebaikan dan satu satunya teman yang ia punya. Teman yang menolong saat ia hampir tiada, teman yang menyelamatkannya dari ambang kematian dan mengantarkannya pada jalan pulang.
Setiap detik dan waktu yang bergulir mengantarkan Albert pada kerinduan, ia berkali kali meminta izin untuk mendaki pegunungan Alpen dan menemui kawan lamanya. Tapi ibunya tidak pernah mengizinkan sampai akhirnya Albert tumbuh menjadi pria dewasa, menikah, memiliki anak kemudian menua setelah memiliki cucu.
Ya, waktu mengikis daya dan kekuatannya. Pria itu tidak pernah bisa kembali, tapi ingatannya masih segar bersama rindu yang sangar. Sampai akhirnya, tanpa sadar 60 tahun telah berlalu.
Semuanya telah berubah tapi dongeng tentang kekejian Alpha di pegunungan Alpen tidak pernah berubah sedikit pun
Sampai pada hari itu...
60 tahun kemudian...
“ Kakek! Kakek! Coba lihat!” Seorang pemuda berkulit putih dengan rambut brown gold dan sepasang mata biru yang indah berlari membangunkan seorang pria tua dan menyalakan remote TV.
“ Lihat! Ada berita tentang pegunungan Alpen dan Alpha! Mereka bilang hewan buas itu telah kembali muncul.” Serunya
Mendengar kabar itu, kakek tua di sisinya langsung meraih kacamata baca, melihat berita yang ditampilkan di stasiun TV dengan saksama. Benar, ia adalah Albert di masa depan. Matanya langsung berkaca kaca melihat wujud pegunungan Alpen yang tampak di layar televisi.
Tapi, keningnya mengernyit mendengar berita yang disampaikan. Menurut berita itu ada banyak sekali kasus p*********n hewan hewan di pegunungan Alpen. Hewan hewan itu ditemukan dengan anggota tubuh yang tidak lengkap, seperti tercabik dan itu diduga adalah ulah Alpha, makhluk buas dalam legenda. Albert juga melihat banyak sekali bekas ceceran tubuh hewan ternak yang masuk dalam liputan dan mereka juga menyampaikan ada dua tubuh manusia yang ditemukan tidak bernyawa di dasar pegunungan.
“ Tidak! Itu bukan ulah Alpha! Itu bukan Alpha. Alpha tidak akan melakukan hal itu, dia baik. Jika bukan karena dia kakek sudah lama binasa.” Celetuknya tak terima kemudian mematikan televisi
“ Mereka terlalu banyak berbohong. Mereka selalu berbohong dan menyampaikan berita palsu yang dilebih lebihkan. Bagaimana bisa mereka hidup dengan menjual nama Alpha.” Ujarnya memijat pelipis.
“ Lihat! Gara gara ulahmu darah tinggi kakek akan naik. Alpha Alpha Alpha terus, setiap waktu kalian selalu membicarakan Alpha. Semua itu hanya dongeng belaka. Selalu saja mencari gara gara saat datang ke sini!” Celetuk seorang gadis yang menyenderkan dirinya di ambang pintu.
Pemuda tadi berdiri, menatap gadis yang tak lain adalah sepupunya itu lekat
“ Kakek memiliki teman seperti Alpha, itu cerita yang keren dan aku percaya semua kata kata kakek.” Tekannya menatap gadis itu tak suka.
“ Mama pernah bilang, kau sangat mirip dengan kakek. Dan aku percaya itu. Kalian sama sama halusinasinya. Sudahlah! Masa bodo.” Celetuk gadis itu kemudian beranjak pergi begitu saja.
Hidup memang selalu begitu bukan? Ada yang mempercayai kita walaupun apa yang kita lakukan tak masuk akal dan ada juga yang tidak percaya dengan 1000 alasan walaupun apa yang kita lakukan sangat idealis. Begitu pula di keluarga Albert, dua orang cucunya itu memiliki karakter yang berbeda. Ia memiliki seorang putri dan seorang putra sebelum akhirnya istrinya meninggal. Putrinya melahirkan cucu bernama Milliana Maria yang sama sekali tidak mau mengurusi kakeknya, tidak percaya bualannya dan juga membenci semua cerita tentang Alpha. Sedangkan putranya melahirkan seorang cucu bernama Nobel Rafandra yang sangat menyayangi kakeknya dan percaya pada semua ceritanya.
Benar saja, sejak isu kemunculan kembali Alpha, kota itu menjadi gempar. Banyak orang yang berlomba lomba ingin memburu Alpha dan menghentikan p*********n semua hewan yang setiap hari selalu ada. Bahkan ada yang rela memberikan upah besar seperti majalah ternama, stasiun televisi, bagi mereka yang berani mendaki pegunungan Alpen dan menemukan Alpha. Dan sejak itu pula, Albert jatuh sakit. Ia tidak berhenti mencemaskan sahabatnya dan terus mengigau dengan menyebut nama Alpha.
Malam itu, Albert dilarikan ke rumah sakit. Mendengar kakeknya semakin parah, Nobel Rafandra bergegas ke rumah sakit, menemui kakeknya yang terlihat lemah tak berdaya.
“ Aku ingin, sebelum aku mati... Aku bertemu kembali dengan Alpha walaupun itu hanya satu kali.” Tutur kakeknya pucat dengan air mata mengalir turun. Terlihat jelas sorot kerinduan di matanya.
Nobel menggenggam tangan kakeknya
“ Kakek, minggu ini grup pencinta alam dan lingkungan di sekolahku mengadakan pendakian ke pegunungan Alpen. Aku akan ikut dengan mereka, aku akan mencari Alpha untukmu.” Tutur Nobel yakin
“ Kau gila! Bisa bisanya kau menjanjikan hal itu pada kakek!” Celetuk Milly ( Milliana Maria ) yang berada di ruangan sama. Gadis itu membelalakkan matanya
Nobel melepaskan genggaman tangan kakeknya kemudian melangkah ke arah sepupunya itu
“ Kenapa? Apa kau mau ikut?” Tanyanya mengangkat sebelah alis
“ Tidak! Aku bahkan tidak percaya kalau makhluk jadi jadian itu benar benar ada!” Celetuk Milly menyilangkan tangannya di depan d**a dan membuang muka
Nobel tersenyum melihat reaksi sepupunya. Ia kemudian memberikan tantangan
“ Aku menantangmu untuk ikut dan membuktikan cerita kakek. Jika Alpha memang ada, kau akan merawat kakek dengan baik, berhenti mencela dan juga patuh dengan semua kata katanya.” Tantang pemuda itu mengulurkan tangan
“ Jika semua itu hanya omong kosong dan aku yang benar bagaimana?” Tanya Milly menatap iris biru sepupunya lekat
“ Aku akan menerima apa pun yang kau mau. Termasuk menjadi pacarmu! Aku tahu Milly, kau sudah lama menyukaiku bukan?” Senyumnya yang seketika membuat gurat pipi Milly menjadi merah.
“ Kau berjanji akan mematuhi semua keinginanku?” Tanyanya tak yakin
“ Aku bersumpah.” Balas Nobel
Maka Millypun menjabat tangan Nobel
“ OKE. Siapa takut!” Senyumnya sinis
Sementara itu, di alam liar sana... Sosok serigala berbulu hitam menatap langit pekat, bulan yang utuh sempurna. Bola matanya berkaca kaca, ia melolong panjang. Seakan ingin mengatakan
“ Aku mencium baumu sahabatku, aku juga merindukanmu.”
Bersambung