“Bos! Demage mereka tinggi!” sahut salah satu dari pemain itu yang mulai terdengar panik.
“Tidak mereka semua, bodoh! Profesi Assassin memang memiliki burst damage ketika menggunakan skill dan stealth secara bersamaan!” kata bos perampok itu mencoba untuk menenangkan pengikutnya dan juga dirinya sendiri. “Jangan biarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan lagi! Cepat habisi mereka!”
“Habisi … habisi Assassinnya terlebih dahulu!” sahut pemain dengan profesi Paladin.
“Bukankah bos bilang habisi Clericnya terlebih dahulu? poin Heal Cleric itu cukup tinggi, jika kita tidak menghabisinya terlebih dahulu serangan kita akan percuma!” balas pemain lain.
“Tapi kau lihat sendiri serangan dari lima pemain sekaligus yang mengarah ke Cleric itu sebelumnya dapat ditahan oleh Gladiator dengan mudah!”
“Kalau begitu Berserkernya! Tidak mungkin orang itu memiliki poin Def yang tinggi juga, ‘kan?”
“…” Sayuri, Kyle dan yang lainnya hanya bisa saling tatap tanpa mengatakan apa pun ketika kelompok perampok itu mulai berdebat sendiri.
Sayuri tidak mengerti bagaimana caranya mereka bisa membunuh pemain lain jika kerja sama tim mereka hancur seperti ini. Mungkin mereka tidak pernah melawan pemain yang lebih kuat dari pada mereka.
Karena dua orang Assassin dari tim perampok kroco itu sudah dikalahkan sebelumnya, Sayuri dan yang lainnya jadi tidak perlu khawatir lagi akan ada pemain yang menyerang mereka dari belakang.
Karena itu, saat ini Kai yang menggunakan Stealthnya sudah mengendap – endap ke bagian belakang musuh mereka. Sayuri juga sudah selesai mengisi ulang busur silangnya lagi, siap mengalihkan perhatian semua pemain yang berada di bagian terdepan. Yang lebih menggelikannya lagi, tidak ada seorang pun dari kelompok perampok itu yang sadar kalau Kai menghilang.
Melihat emoji ‘oke’ dengan ibu jari terangkat di sistem chat tim yang dikirim oleh Kai, rencana untuk menyerang balik orang – orang yang salah memilih lawan itu siap dimulai.
Fein mendesah pelan sambil menusukkan pedang dua tangannya ke tanah, kemudian dengan santai ia menyandarkan sebelah tangannya pada pegangan pedangnya dan menahan kuap dengan tangannya yang lain.
“Sudah selesai berdebat? Kenapa lama sekali untuk menghabisi pemain yang jumlahnya lebih sedikit dari pada kalian?” tanya Fein dengan senyuman meledek di wajahnya. Jika Sayuri bukan temannya, mungkin saat ini ia sudah memberinya pukulan karena wajahnya terlihat sangat menyebalkan, lebih menyebalkan dari pada bos perampok itu … untung saja Fein lebih tampan. “Kenapa kalian tidak maju semua dan menghabisi kami dalam waktu singkat?”
“…”
Akhirnya, mulut semua perampok itu tertutup rapat dan saling lirik satu sama lain. Bos perampok itu mendesah panjang sambil mengusap wajahnya, sepertinya ia juga lelah memiliki bawahan seperti mereka.
“Serang … serang! Semua serang!” sahut seorang pemain dengan profesi Warrior sambil mengangkat pedangnya tinggi – tinggi.
Melihat mereka yang terpancing oleh perkataan Fein, Sayuri rasanya ingin memukul keningnya sendiri karena perampok itu benar – benar tidak menggunakan otak mereka.
Dari tiga belas pemain yang tersisa, tujuh pemain dengan profesi jarak dekat langsung menyerbu ke arah Fein dengan penuh amarah, membuat lima pemain yang menggunakan senjata jarak jauh tidak lagi terlindungi.
Fein berani memancing semua pemain itu tidak hanya karena ia percaya diri dengan level dan poin Defnya yang tinggi. Fein berani memancing mereka karena skill yang baru saja ia dapatkan dari dalam dungeon Collapsed Sewage sebelumnya.
Sebuah skill bernama Mirage Will, membuat pemain yang menggunakannya menjadi kebal terhadap serangan fisik selama satu detik. Tidak hanya menggunakan Mirage Will, Fein juga menggunakan skill Gladiator yang lain bernama Vengeance. Skill ini membuat serangan yang ia terima berbalik ke musuhnya selama dua detik.
Dua buah skill mengerikan yang bila digabungkan akan menjadi skill yang mematikan untuk seorang MT, dan Fein mendapatkan keduanya dari satu kotak yang sama sebelumnya …
Jujur saja, orang yang paling untung dari Collapsed Sewage adalah Fein. Meski begitu, orang yang dapat membuat mereka keluar dari situasi menyebalkan ini adalah Fein juga.
Belasan nilai berwarna merah terus bermunculan di atas kepala pemain yang menyerang Fein tanpa menggunakan otak mereka. Karena skill Mirage Will dan Vengeance memiliki waktu yang sangat singkat, Kyle langsung menggunakan War Cry untuk menambah buff ATK kepada timnya.
Meski tidak ada di dalam deskripsi skill, bila beberapa kondisi terpenuhi ketika menggunakan War Cry, pemain musuh terdekat dari mereka yang menggunakannya akan terkena efek debuff Fear.
Sekali lagi, terima kasih kepada level dan juga status karakter mereka yang lebih tinggi, debuff Fear didapatkan oleh ketujuh pemain yang menyerang Fein secara bersamaan. Membuat mereka semua tidak dapat bergerak selama tiga detik.
Dalam waktu tiga detik yang singkat, Fein, Kyle dan Emil langsung menggunakan skill aktif AOE mereka, membuat belasan nilai berwarna merah lain bermunculan di atas kepala perampok itu. Bahkan dua di antara tujuh perampok itu menyusul kedua Assassin yang sudah pergi menuju kuburan sebelumnya.
Sayuri langsung mengarahkan busur silangnya dan menembakkan anak panahnya kepada dua Cleric yang berusaha untuk menggunakan Heal, membuat casting skill mereka gagal karena menerima damage yang cukup tinggi. Sedangkan satu anak panahnya yang lain juga berhasil membatalkan skill yang akan digunakan oleh Magister.
Kai yang dari tadi sudah berada di posisi terbelakang kelompok itu langsung menggunakan kedua Fatal Strike dan Backstab ke masing – masing Cleric, membuat poin HP mereka yang memang sudah tipis langsung habis, menyusul empat anggota timnya yang lain ke kuburan.
Seorang Hunter yang berada di dekat Kai langsung menembakkan anak panah ke arahnya, yang dengan tepat sasaran Sayuri hentikan dengan menembaknya dengan anak panah yang lain. Dua anak panah yang lain berakhir tepat di kening Hunter tersebut, membuatnya ikut menyusul dua Cleric sebelumnya.
Dalam waktu singkat, Sayuri, Kyle dan yang lainnya berhasil mengalahkan delapan dari lima belas pemain yang berusaha untuk merampok mereka. Tinggal menyisakan lima pemain dengan serangan jarak dekat dan poinHP yang tipis, Magister dan Elementalist yang saat ini sedang panik karena ada Assassin dengan damage tinggi di dekat mereka, dan bos perampok yang hanya melihat dari jauh sambil melipat tangannya di d**a, tidak berpikir untuk ikut menyerang sama sekali.
Sayuri membantu Fein, Kyle dan Emil untuk menghabisi perampok yang berada di dekat mereka. Setelah mengalahkan Cleric, satu – satunya cara untuk memulihkan HP mereka yang sudah tipis adalah menggunakan Healing Potion, yang tidak akan bisa mereka lakukan karena salah satu dari mereka berempat pasti berhasil mengganggu mereka, dan malah mengirim mereka semua ke kuburan.
Setelah waktu cooldown skill Fatal Strike dan Backstab milik Kai selesai, ia langsung menggunakannya bersamaan dengan stealth kepada Magister yang memiliki damage lebih tinggi, sedangkan Elementalist harus menahan malu karena berhasil dikalahkan oleh basic attack saja.
Dua menit. Dalam dua menit mereka berhasil mengalahkan empat belas pemain. Hanya tersisa satu lagi, dan itu bos dari perampok yang masih memasang wajah menyebalkan dengan kedua tangan yang dilipat.
Firasat Sayuri mengatakan kalau bos perampok itu akan melakukan hal yang mencurigakan, karena itu ia menggunakan skill stealth dan lari secepat yang ia bisa ke balik punggung orang itu.
Bos perampok itu tiba – tiba tertawa satu kali, menyisir rambutnya dengan sebelah tangannya dan berkata, “Tidak buruk juga, ternyata kalian memiliki kemampuan yang cukup baik.”
Kai mendecakkan lidahnya sambil menggelengkan kepalanya pelan. “Padahal jika kau ikut menyerang, mungkin kau bisa sedikit melukai kami. Tapi kenapa kau malah memilih untuk diam dan menonton saja?”
Bos perampok itu kembali tertawa, kemudian membalas, “Kau pikir aku hanya diam saja? Mungkin kalian tidak tahu, aku juga memiliki sebuah skill yang tepat untuk digunakan di saat seperti ini.”
Emil menyipitkan kedua matanya dengan curiga. “Sebuah skill?”
Tanpa adanya angin atau pun hujan, bahkan tanda – tanda yang lainnya, bos perampok itu tiba – tiba melakukan dab[1], memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat dan mengambil langkah seribu melarikan diri dari tempat itu.
Sayuri yang beberapa detik sebelumnya tahu kalau hal ini akan terjadi sudah berada tepat di belakangnya. Dilihat dari dekat, wajah bos perampok itu membuat tangan Sayuri lebih terasa gatal untuk memukulnya.
“Minggir!” sahutnya sambil mengangkat sebelah tangannya yang menggunakan senjata cakar Wolverine.
Basic attack yang dilakukan oleh seorang pemain akan mengikuti cara pemain tersebut menggerakkan senjatanya, tidak seperti ketika menggunakan skill, tubuh pemain langsung bergerak sesuai dengan langkah dasar ketika menggunakan skill untuk mengikuti sistem.
Karena itu, pilihan bos perampok yang menyerang Sayuri dengan basic attack benar – benar salah.
Dengan mudah, gerakan menyayat udara dengan cakar Wolverine itu dapat Sayuri hentikan. Ia hanya perlu menangkap pergelangan bos perampok itu dengan sebelah tangannya. Tangannya yang lain mencengkeram bahu bos itu, dibantu oleh status STRnya yang sudah sangat tinggi, Sayuri dapat dengan mudah membuat bos perampok itu sedikit membungkukkan tubuhnya karena tekanan yang ia dapatkan.
Untuk menambah malu yang akan dirasakan olenya, Sayuri mengaitkan kakinya ke balik lutut bos perampok dan membuatnya terjatuh. Mengingat keinginan Sayuri sebelumnya, ia menggunakan seluruh skillnya secara langsung, membuat poin HP bos perampok berkurang menjadi setipis benang. Mungkin sisa 10 poin HPnya lagi, Sayuri menghajar wajahnya dengan tangannya sekuat tenaga.
Melakukan serangan dengan tangan kosong dapat dilakukan oleh semua profesi apa pun, serangan itu dihitung dari poin STR yang dimiliki oleh seorang pemain. Tentu saja, 10 poin HP yang sangat tipis itu habis setelah Sayuri meninju wajah bos perampok satu kali.
Layaknya monster yang berhasil dikalahkan, seorang pemain ketika kehilangan nyawanya juga memiliki efek yang sama. Tubuhnya bercahaya dan berubah menjadi serpihan debu berlian yang tertiup di udara, pergi menuju kuburan di dalam zona aman.
Meski pun belum merasa puas, Sayuri sudah mengingat wajah bos perampok itu dengan baik. Jika ia bertemu lagi dengannya, ia akan mengirimnya lagi ke kuburan.
“Akhirnya, semua selesai,” desah Sayuri puas sambil mengambil equipment yang dijatuhkan oleh bos perampok itu. Ketika ia membalikkan tubuhnya, Kyle dan teman – temannya yang lain entah kenapa sedang bertepuk tangan dengan mulut yang berbentuk huruf ‘o’ kecil.
“Red Lily! Dapat melakukan gerakan itu tanpa dibantu oleh sistem skill Lord’s Regime … kau pasti menguasai ilmu bela diri, ya?” tanya Fein dengan gemas.
“Jika kejadiannya di dunia nyata, mungkin aku tidak akan bisa membuat seseorang dengan tubuh besar seperti itu jatuh berlutut di atas tanah,” balas Sayuri sambil mengangkat kedua bahunya. “Terima kasih pada poin STR yang kumiliki, aku bisa melakukannya.”
Emil terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya. “Jangan merendahkan dirimu seperti itu. Beberapa seni bela diri biasanya menggunakan kekuatan lawannya sebagai senjatamu sendiri. Ilmu fisika yang ada di Lord’s Regime sama dengan apa yang ada di dunia nyata, dari gravitasi mau pun yang lainnya. Jika kau bisa menjatuhkan orang itu di dalam Lord’s Regime, di dunia nyata pun aku yakin kau dapat melakukannya.”
Sayuri hanya bisa tersenyum miris. Sepertinya berbohong semacam ini kepada mereka tidak akan bisa ia lakukan seperti sebelumnya.
“Ayo kita kembali ke Claydale terlebih dahulu. Aku malas menghibur pemain seperti sebelumnya. Lagi pula, sebentar lagi waktu server akan ditutup,” kata Sayuri mengingatkan Kyle dan yang lainnya. []
.
.
Note:
[1] Dab: Dab atau Dabbing adalah gerakan sederhana di mana seseorang menundukkan kepala ke lekukan lengan yang miring ke atas, sambil mengangkat lengan yang berlawanan lurus ke arah paralel.