Edwin lanjut mandi setelah makan malam dan Fira duduk di sofa di depan televisi. Fira memilih tontonan kesukaannya, film komedi romantis. Baru dimulai, Fira sudah tertawa sendirian. Dia jadi mengingat masa-masa pacaran dengan Arman, tentu empat tahun bukan waktu yang singkat dan susah dilupakan, terlepas sikap Arman yang sangat menyebalkan. Dia tetap mengingat sisi baik Arman, yang mau menemaninya ke manapun, mengantarnya dengan motor besarnya, serta membangga-banggakan dirinya sebagai kekasih yang memiliki otak yang cerdas. Fira menggeleng menyadari kenaifannya, setelah mengingat lebih jelas masa-masa pacaran, ada beberapa momen di mana dia akhirnya mengetahui banyak sekali kebohongan Arman dan dia sangat dirugikan. “Bagus filmnya?” Fira menoleh ke Edwin yang sudah rapi dengan pakaian