Riyu masih terpekur diam. Sedangkan Ridwan terlihat syok setelah mendengar apa yang Riyu katakan. Mereka berdua masih berada di dalam gudang yang pengap dan sedikit gelap. Ridwan yang sedang berdiri sambil berkacak pinggang, lalu menyapu wajahnya dengan telapak tangan. “Maafkan saya,” ucap Riyu dengan suara lirih. Ridwan mengembuskan napas gusar dengan bahu yang masih naik turun seiring helaan napasnya. “Jadi kamu sebenarnya hanya mengenyam pendidikan sampai kelas dua SMP?” “Iya.” “Jadi yang kamu punya hanya ijazah SD dan itu pun sudah hilang karena kamu pindah rumah?” “Iya.” Ridwan mengangguk samar. “Baiklah … saya mengerti jika memang seperti itu keadaannya, tapi … kenapa kamu berbohong kepada saya dengan mengatakan bahwa kamu itu lulusan SMA?” Riyu menelan ludah. “S-saya melaku