***
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya Bima sampai dikantornya, dan berpapasan dengan mertua sekaligus bosnya itu.
"Pak Adit" sapa Bima. Adit terhenti lalu menoleh kearah Bima.
"Ada apa?"
"Maafkan soal tadi.." Bima berusaha menjelaskan tentang Disha, namun dengan cepat Adit menghentikan bicara Bima.
"Stop, jangan bahas masalah rumah dikantor" ucap Adit dengan tatapan dingin.
"Baik pak" sahut Bima menunduk.
"Kembali bekerja" titah Adit hanya menatap Bima sekilas lalu pergi meninggalkan Bima,
"Baik pak."
sementara Bima hanya bisa menarik nafas panjang, karena perasaan malu atas sikap Disha saat dirumah. Bima pun melanjutkan langkahnya berjalan pergi ke ruangan kerjanya.
***
Sore hari saat Bima pulang dari kantor ia masuk ke dalam apartemen dan mendapati Seluruh ruangan dalam keadaan sepi, perlahan Bima masuk ke dalam ruangan tengah.
"Disha" panggil Bima sambil meletakkan tasnya di meja bufet lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar.
Setelah sampai kamar Bima melihat Disha tidur dalam keadaan terlentang hanya mengenakan celana pendek dan tanktop membuat seluruh lekuk tubuh Disha terpampang jelas. Bima menelan ludahnya dengan kuat, menghampiri Disha. Dengan pelan Bima duduk ditepi ranjang seraya menatap Disha. Hampir saja detak jantungnya berhenti saat melihat jelas tubuh Disha. Perlaha Bima membaringkan tubuhnya tepat disebelah Disha.
"Hmmmmm" Disha melenguh saat Bima mendekatinya. Bima terus menatap wajah Disha.
'Hah, anak ini mirip sekali Daddy-nya, jadi pantas saja aku takut melakukannya, entah dari mana keomesannya ini berasal, Disha.. Disha.., masih kecil sudah ingin begitu. Perasaan diriku sudah seperti sugar Daddy kalau begini ' batin Bima sambil tersenyum kecil. Tak lama kemudian Bima mencoba bengkit dari tidurnya namun tiba-tiba tangan Disha bergerak melingkar di leher Bima.
"Honey honey hmmm.." Disha mengigau lalu kembali tertidur, Bima menatap Disha memastikan Disha masih tertidur, namun saat Bima memandang Disha, hasratnya kembali bergejolak seperti ingin menyentuhnya, Bima menarik napasnya mencoba mengontrol dirinya. Dengan pelan Bima mengangkat tangan Disha tapi lagi-lagi Disha bergerak, Bima pun terdiam sejenak.
Tak lama kemudian Disha bangkit dari tidurnya lalu duduk diatas Bima membuat Bima terkejut.
"Disha, kamu tidak tidur?"
"Tidak honey, dari tadi Disha menunggu honey pulang," jawab Disha menatap Bima dengan intens, perlahan Disha memegang dasi Bima melepasnya lalu melemparnya sembarangan.
"Honey, boleh Disha minta sesuatu?" Tanya Disha seraya membuka satu persatu kancing kemeja Bima.
"Mau minta apa?"
Disha menurunkan kepalanya, lalu menciumi Bima sambil terus membuka kancing hingga terlepas. Disha menangkupkan kedua tangannya dipipi Bima, lalu menatap Bima sejenak, mata mereka saling menatap satu sama lain. Tubuh Bima mulai bergetar karena takut Disha meminta sesuatu yang aneh. Tangan Disha mulai nakal menyentuh leher Bima.
"Disha mau..."
Belum sempat Disha menjawab, Bima mendorong Disha hingga terjatuh kesamping.
"Jangan minta yang aneh-aneh Disha, saya belum siap," pekik Bima bangkit dari tidurnya.
"Iih siapa juga yang mau minta begitu, tadi Disha mau bilang kalau Disha mau minta dibelikan meja belajar, nanti Disha belajar dimana kalau gak ada meja belajar," cetus Disha.
Byaaaaarr
'Apa yang kau pikirkan Bima? Dia mau minta meja belajar kamu malah pikiran aneh-aneh,' batin Bima menarik nafas panjang.
"Oh saya kira,"
Disha bangkit dari tidurnya, lalu meletakkan dagunya di bahu Bima.
"Emang kalau Disha minta, honey bakalan kasih?" Desis Disha.
"Tidak"
"Huuuu pelit !" Sungut Disha merasa kesal "jadi bagaimana honey, bisa gak Disha minta belikan meja belajar?" Tanya Disha.
"Boleh, tapi meja belajarnya mau diletakkan dimana? Karena tempat ini sudah penuh dengan barang-barang."
"Hmm jadi bagaimana?" Tanya Disha menatap Bima. Sejenak Bima terdiam, mencoba memikirkan sesuatu, dan tak lama kemudian Bima teringat sesuatu.
"Saya punya ide,"
"Apa itu?'
"Ayo ikut" ajak Bima menarik tangan Disha, Disha mengangguk mengikuti Bima.
"Bagaimana kalau Disha belajar disini saja, meja kerja saya ini cukup lebar, kita bisa bagi dua," ucap Bima setelah mereka sampai di meja kerja milik Bima.
"Boleh juga, tapi apa honey tidak akan terganggu kalau Disha belajar disini"
"Tidak, yang penting Disha gak berisik,"
Tiba-tiba Disha terdiam membayangkan dirinya belajar disamping Bima, lalu mereka bermesraan sambil berciuman. Bima pun keheranan melihat Disha tersenyum sendiri.
"Hey, kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" Tanya Bima membuyarkan khayalan Disha.
"Haa, hmm ti-dak ho-ney," jawab Disha gagap. "Okey Disha setuju" ucap Disha tersenyum.
"Eh tapi nanti Disha duduknya dimana? Kan kursinya cuma satu honey,"
Bima terdiam, kemudian berjalan keluar keruang tamu dan kembali dengan membawa kursi sudut.
"Nanti Disha pakai kursi saya, dan saya pakai kursi ini,"
"Uuuhhh so sweet, thank you honey," ucap Disha tersenyum seraya mengedipkan matanya. Bima hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Disha.
"Beres kan?"
Disha mengangkat bahunya pertanda setuju. Tak lama kemudian Disha mendekati Bima dengan tatapan intens, kini keomesan Disha kembali membuat Bima merasa tubuhnya menegang.
"Terus selanjutnya apa yang akan kita lakukan honey?"
"Hmm apa yah? Kamu sudah makan?" Tanya Bima.
"Sudah tadi, oh ya Disha masak loh untuk honey," ucap Disha penuh semangat mengajak Bima pergi ke ruang makan.
Setelah sampai diruang makan, Disha membukakan tudung saji dan mengambil makanan untuk Bima. Mata Bima membeliak saat melihat makanan di meja.
"Kamu yang masak semua ini?"
"Iya honey," sahut Disha.
Bima pun mulai menyantap makanannya dengan lahap membuat Disha merasa bahagia. Selesai makan, Bima dan Disha kembali ke kamar untuk beristirahat sejenak.
"Terima kasih Disha kamu sudah masak untukku,"
"Sama-sama Honey" Disha tersenyum malu-malu menatap Bima, "Disha sudah masak, jadi sekarang honey harus kasih Disha hadiah dong," cetus Disha. Mulut Bima menganga melihat Disha.
"Haaa saya kira itu gratis," ucap Bima.
"Ih siapa bilang gratis, pokoknya Disha mau hadiah," pinta Disha mendongak menatap Bima. Bima mengerutkan dahinya penasaran.
"Disha mau minta apa?" Tanya Bima dengan perasaan yang mulai tidak enak, karena pikirannya pasti Disha akan meminta yang aneh-aneh. Perlahan Disha mendekati Bima.
"Disha, saya mau mandi dulu, nanti kita lanjut sebentar bicara," ucap Bima kemudian pergi meninggalkan Disha, sementara Disha hanya termangu sendiri, karena tak jadi mengungkapkan keinginannya.
"Tuh kan honey pergi lagi, arrrgggghhh" gerutu Disha sambil menghentakkan kakinya dilantai.
***
Malam hari setelah sholat isya, Disha dan Bima melanjutkan aktivitas mereka masing-masing, Disha belajar, sementara Bima mengurus pekerjaannya. Setelah menyelesaikan tugasnya, Disha melihat Bima masih sibuk dengan pekerjaannya, hingga akhirnya Disha memutuskan untuk pindah duduk dipangkuan menghadap Bima, lalu melingkarkan tangannya dileher Bima.
"Honey, Disha mau cium," pinta Disha.
"Disha saya mau selesaikan pekerjaan dulu," ucap Bima berusaha melihat labtopnya yang terhalang oleh Disha.
"Pokoknya cium dulu,"
"Haduuh Disha, Disha," Bima memijit kepalanya melihat tingkah Disha yang omes.
"Ayo honey cium," rengek Disha dengan suara manjanya.
"Ya sudah, tapi sebentar saja yah, soalnya saya mau selesaikan pekerjaan saya Disha "
"Iya honey," Disha mengangguk. Dengan terpaksa Bima mencium Disha lagi, mereka pun sama-sama terpangut dalam ciuman untuk beberapa saat.
"Sudah yah," ucap Bima setelah memberikan ciuman pada Disha. Disha tersenyum lalu menyandarkan kepalanya di bahu Bima sampai akhirnya ia ketiduran. Setelah selesai mengerjakan pekerjaan kantor, Bima menyandarkan punggungnya sejenak disandarkan kursi dan melihat Disha yang tertidur dibahunya, seketika senyuman terukir diwajah Bima saat mengingat kekonyolan Disha.
"Disha, Disha, kamu benar-benar gadis yang unik, beda dari gadis yang lain" gumam Bima dengan suara kecil. Bima menghembuskan napasnya , perlahan Bima mengangkat tubuh kecil istrinya itu lalu membawanya ke kamar dan membaringkannya diatas ranjang.
"Selamat tidur Disha" ucap Bima tanpa sadar mendaratkan satu kecupan di kening Disha, Bima menarik selimutnya agar menutupi tubuh Disha. Bima mulai mengatur posisinya, tidur bersisian dengan Disha. dan akhirnya merekapun terlelap bersama.
***
Pukul 04.00 dini hari Bima terjaga dari tidurnya saat merasakan tubuhnya menggigil kedinginan karena suhu ruangan kamarnya yang begitu dingin, Bima meraba-raba meja bufet nya mencari remot AC tapi ia tak menemukannya. Bima mencari-cari di kasur, dikolong ranjang tapi tak ia temukan juga hingga akhirnya ia menyerah.
"Dimana remit AC nya? Arrrghhh" Bima menggeram karena kesal.
"Honey dingin"
Terdengar suara Disha bergumam kecil dengan mata yang masih tertutup. Bima mendekati Disha lalu memeluk Disha dengan erat. Seketika suara Disha menghilang setelah Bima memeluknya. Sentuhan hangat tubuh Disha tiba-tiba menaikkan hasrat Bima. Ia berusaha mengontrol dirinya, untuk tidak melakukan apapun pada Disha, namun suasana ruangan kamar yang begitu dingin membuat Bima tak tahan.
Tangan Bima mulai liar meraba-raba tubuh Disha, mencium, menyentuhnya dengan lembut, membuat Disha mendesah dengan suara kecil. Kini Bima sudah berpindah posisi diatas, mulai liar menyentuh tubuh Disha, meskipun pergulatan batin semakin merasuki hatinya, ragu antara ingin melakukan atau tidak.
"Maafkan saya Disha." Gumamnya sendiri.
Tak lama kemudian Bima mengangkat tubuhnya seraya menarik napasnya, ia turun dari ranjangnya lalu keluar dari kamar.
Disha membuka matanya saat Bima keluar dari kamarnya, lalu menggeram kesal, karena hampir saja ia berhasil membuat Bima khilaf melakukannya. 'Arrrghhh padahal tinggal sedikit lagi berhasil' batin Disha, sembari mendenguskan nafasnya.
Sesaat kemudian Bima kembali dengan membawa selimut, Disha menutup matanya berpura-pura tidur. Ia merasakan selimut telah dobel menutup tubuhnya sehingga membuatnya hangat. Sementara Bima mulai mengatur posisinya kembali untuk istirahat. Bima menarik napas panjang karena bisa mengontrol hasratnya, tubuhnya seakan menjadi lemas, hampir saja ia khilaf dan merusak kepercayaan Daddy Disha.