Bima sedang duduk termenung di atas sajadahnya. Ia baru saja menyelesaikan shalat subuhnya. Sesekali ia merutuki perbuatannya semalam pada Disha. “Ya Tuhan, ampuni aku telah menodai anak orang. Aku benar-benar khilaf. Bagaimana jika Daddy-nya tahu? anaknya telah aku per*wani,” gumam Bima merasa bersalah seraya mengusap wajahnya. Sesekali ia menepuk jidatnya ketika teringat apa yang telah ia lakukan pada Disha semalam. Bima menarik napas panjang, melipat kembali sajadahnya. Setelah itu Bima melepas sarungnya lalu dilipat dan disusun diatas sajadah tadi. Bima duduk di tepi ranjang, mencoba membangunkan Disha yang masih tertidur. “Disha bangun. Sudah subuh,” panggil Bima seraya menepuk pelan pipi Disha. Disha menggumam seraya mengusap bibirnya, “Emmhhh…” “Disha bangun! Nanti terlambat sh