B E G I N N I N G

1824 Kata
03 March, Moskow. Russia Serpihan kaca dari gelas panjang menjadi berserakan ketika tangan dengan hiasan cat kuku dan sarung tangan itu terasa lemah, menerima semua yang telah ada. Wajah dari mata abu-abu itu sama sekali tidak bereaksi menyatakan jika semua telah gagal, apa yang dijalani beberapa tahun bersama pria idaman kini telah kandas. Dia, gadis berusia 22 tahun. Frada Anessia Ivanska yang telah rela melepas masa lajang. Namun, semua itu tidak ada artinya karena pesta pernikahannya batal seiring waktu tanpa membawa mempelai pria. Semua orang, bahkan dari keluarga besar Ivanska sangat kecewa atas tidak hadirnya Tristan Yevich Alekseenko. Pria garis keturunan Rusia-Indonesia-Arab itu menghilang tanpa jejak, hal itu jelas memukul batin Frada. Dia segera berlari sambil menarik gaun terbuat dari bahan satin dan lace, tanpa tangis meski hatinya terluka parah Frada membanting pintu ruangan. Dia terpuruk di sana, memejamkan mata menahan betapa lukanya telah membunuh semua harapan. Hiasan cantik di kamar itu menjadi pemandangan yang menderita, Frada bangkit dan menarik semua kain juga bunga-bunga yang menjadikan kamarnya sangat indah. Membuang semua hiasan itu ke sembarang arah, Frada pun terkulai di atas lantai dengan mengusap make up di wajahnya. Frada berteriak. Melempar semua benda ke arah kaca rias, suara pecahan itu pun membuat semua orang panik. Namun, saudara laki-laki bernama Xander Josh Ivanska meyakinkan ini semua akan baik-baik saja. Dia berdiri sambil menahan luka yang sama, dia tahu betapa adiknya begitu tersiksa. "Frada, buka pintunya!" seru Xander mengetuk-ngetuk pintu kamar. Tidak ada jawaban, hanya suara jeritan lemah itu Xander sangat khawatir. "Paling tidak, beritahu aku kau akan baik-baik saja. Percayalah, semua… Belum berakhir sayang!" Tetap saja tidak ada jawaban dari dalam sana, Frada hanya meringkuk di atas lantai sambil menatap keluar jendela dengan kondisi gaun yang telah robek. "Katakan bagaimana caranya agar aku baik-baik saja, Kak Xander?" Seluruh bahasa Indonesia belum Frada kuasai, dia hanya menghafal beberapa panggilan untuk orang yang lebih tua darinya. Dia berusaha memahami semua hanya karena Tristan merupakan bagian dari negara itu, pria yang sudah bersamanya selama 4 Tahun sudah menguasai bahasa Indonesia. Melihat foto itu terpampang di nakas, Frada langsung menendangnya. Saat foto itu terjatuh barulah Frada menginjak-nginjak wajah Tristan dengan perasaan sakit. "Kenapa? Apa salahku?" Semua tidak dapat menyembuhkan luka, Frada pun menyingkirkan semua benda milik Tristan yang disimpan di dalam kamar. Sambil menahan berat gaun yang telah robek itu Frada mengacak-acak kembali tatanan kamar pengantin. "Semua tidak perlu, aku tidak membutuhkan ini! Aku… Membencimu Tristan!" Kabar lain datang dari luar kamar, Xander kedapatan seorang tamu yang ternyata adalah rekan kerja Tristan. Dia langsung menarik orang tersebut mendekat, dengan pandangan ingin memaki Xander berkata, "Mana dia? Ke mana temanmu itu huh?" "Maaf Tuan… Xander, saya tidak tahu. Saya ke sini hanya… Ingin memberikan ini, surat Tristan untuk… Frada." jawab teman Tristan gugup. Dari belakang, seorang wali Frada. Nathaniel Ivanska merenggut kertas itu. "Lepaskan dia, Xander!" Bukan menerima perintah dari ayahnya, Xander semakin geram dan menyeret pria itu ke dalam mobil. "Antar aku ke tempat Tristan!" "Aku tidak tahu, Tristan juga sudah mengundurkan diri dari SKA 3 pekan lalu." jawab teman kerja Tristan. Xander terkejut. "Apa? Bagaimana bisa?" "Maaf Tuan, saya datang ke sini hanya menyampaikan pesannya saja. Untuk hal lain, sungguh aku tidak tahu." Orang itu berusaha meyakinkan Xander. Ucapan itu yang mendorong Xander seketika itu lari dan menuju parkiran, dia geram sekaligus bertanya-tanya mengenai ini. Ada apa? Tristan tidak pernah membicarakan ini sebelumnya, bahkan apa yang telah dibuat menjadi salah satu pukulan terberat. Xander tidak akan pernah bisa melihat ini, Frada yang merupakan adik perempuannya harus tersiksa. [...] Kala nya waktu berlalu dengan harapan yang bisa mengukir kebahagiaan walau mereka terlahir dari kasta yang berbeda. Tristan hanya seorang anak penjual buah, dan dibesarkan di Rusia menjadi anak salah satu anak buah andalan Nathan. Namun lain, ketika cinta bersemi dan Frada tidak pernah menganggap kekasihnya sekadar pria yang bekerja pada ayahnya. Ingatan itu akan terus mengalir selama waktu puas menertawakan semuanya, sudah sepekan ini Frada tidak keluar kamar meski beberapa orang membujuk, namun perasaan hancur lebih besar dari apapun. Sehingga waktu untuk sendiri akan terasa lebih baik, dia mengurung semua harga diri itu dengan balutan air mata. Sambil Frada melihat pigura besar di mana merupakan foto pernikahan sebelum janji mengikat mereka menjadi suami istri. "Apa… Aku akan baik-baik saja?" Frada menangis, dia memeluk salah satu kemeja Tristan. Suara dari luar tidak pernah dipedulikan, meski Frada tahu itu adalah Xander. Dia memilih untuk melempar lagi kemeja yang sempat hampir dibakar, rasa sakit itu telah merobek semua angan dan rancangan berlibur saat bulan madu. "Biarkan aku sendiri!" teriak Frada pada suara kedua Xander. Suara ketukan pintu terus terdengar, namun Frada memilih untuk menutup telinga dengan selimut. Beberapa menit, Frada pun sukar berada di ruangan yang meninggalkan banyak kenangan Tristan. Dia pun bergegas meraih mantel, tas dan juga kunci mobil. Xander langsung menghalangi seketika saat Frada berusaha pergi, Frada pun menoleh dan mendapati wajah khawatir saudaranya. "Aku baik-baik saja, tidak perlu mengkhawatirkan aku Kak!" "Mau ke mana? Biar aku mengantarmu pergi." tentu Xander tidak ingin terjadi sesuatu pada adiknya. "Hanya ke bar," Frada berusaha santai. "Kau pikir dengan dia menyakitiku seperti ini maka aku akan lemah? Tidak, ini semua bukan apa-apa untukku! Katakan jika ini bukan apa-apa!" Tangis itu kembali menguak rasa sakit, Frada melepaskan tangan Xander dari pundak dan dia langsung berlari kecil menuju lantai dasar. Frada menuju garasi, dia memakai mobil sport saat tahu Xander hanya memakai mobil keluaran pabrik. Bertujuan agar Xander tidak bisa mengejarnya ketika Frada mulai menjauhi kawasan Moskow. Ketika berhasil mengeluarkan mobil dari kandang, Nathan lebih dulu mencegah kepergian nya. "Sial, sial, sial!" Frada berteriak, dia merasa tidak karuan saat gagal melarikan diri dari semua ini. Alih-alih ingin menghindar, justru Frada mendapati satu resiko ketika ayahnya membawa 2 orang asing berpakaian rapi. Frada tahu itu siapa, dan untuk apa orang itu ada di rumahnya. Tanpa basa-basi Frada langsung menyingkirkan 2 laki-laki bertubuh tegap yang akan meraih tangannya. "Papi, apa yang kau lakukan? Aku tidak butuh mereka!" Frada menentang. Nathan hanya tersenyum simpul, kemudian merangkul putri kesayangannya. "Sweety, pergi tidur dan tenangkan hatimu!" "Aku tidak butuh mereka!" tandas Frada setengah berteriak. "Memang tidak, tapi kau memerlukan mereka. Setiap kau pergi, dan supaya Papi bisa mengawasimu." ungkap Nathan berterus terang. Frada membuang pandangan ke arah lain, dia kesal jika Nathan mulai ikut campur akan urusan hidupnya. "Aku baik-baik saja." suara Frada melemah. "Sudah," Nathan memberikan kode pada 2 orang pengawal baru Frada. "Meski mereka tidak sebaik dan sehebat Tristan, tapi mereka mampu menjagamu 7×24 jam." Kedapatan tangan seseorang menggapai lengannya, Frada seketika menolak dan mendorong pria itu. Dia berlari masuk ke dalam rumah, tetapi kemudian berhenti di ambang pintu. "Aku ini bukan putri kerajaan atau anak Presiden, jadi penjaga sangat tidak penting untukku!" Tidak peduli, itu sifat yang telah ada pada diri Nathan. Dia mengangguk sebagai tanda agar dua orang tersebut menyusul Frada ke dalam, dan kemudian Nathan mendekati Xander yang hanya diam saat itu. "Sudah lama di sini?" tanya Nathan pada putra pertamanya. "15 menit yang lalu." jawab Xander singkat, dia tidak ingin ada perbincangan lebih jauh meski dengan ayahnya sendiri. "Mau pulang sekarang? Aku… Ada sedikit urusan," Xander membalikkan badan, tetapi Nathan menggapai tangannya. Xander menoleh. "Pi, jangan bicarakan itu dulu! Tolong, aku tidak siap untuk menceraikan istriku." "Kau terlalu kejam menuduh aku seperti itu, Xander. Ayolah, kita hanya akan menikmati malam dengan… Segelas bir, kau mau?" Nathan berniat untuk memperbaiki hubungannya bersama Xander. Xander menghela napas, dia menjeda apa yang akan diungkapkan. Sampai akhirnya dia mengangguk, Xander mengikuti ke mana Nathan melangkah dan mereka menaiki mobil yang sama ke arah barat kota Moskow. [...] Arah yang dituju seolah bukan harapan lagi, Frada sudah mencoba untuk bangkit. Berkali-kali. Bahkan berulang kali pun dia merasa jatuh, langkahnya terhambat oleh segala kenangan manis bersama Tristan. Bahkan sampai hari ini, sudah 2 pekan lamanya Frada tetap berharap jika calon suaminya itu kembali dan membawa segala alasan yang pasti akan dimaafkan. Namun, semua hanya mimpi. Sepulang dari kantor, Frada mencoba untuk menghampiri toko buah ibunya Tristan. Efrosina. Tetapi, kios itu tutup. Frada tidak menyerah, dia mencoba datang lalu akan bertanya dengan si pemilik toko buku. Bunyi bel saat pintu terbuka membuat dia disambut oleh perempuan paruh baya, namanya Dani. "Hai Frada sayang, apa kabar?" "Hai," Frada membalas pelukan itu. "Baik, kau bagaimana?" "Baik, ayo! Aku ada beberapa n****+ baru yang sengaja aku siapkan untukmu." ucap Dani bersemangat. Sebenarnya bukan itu tujuan Frada, namun menyinggung perasaan Dani sangatlah tidak mungkin. "Wah, sangat menyenangkan sekali. Oh ya, kenapa toko Nyonya Efrosina tutup?" Dani mempersiapkan kursi untuk Frada. "Ya, mereka sudah pindah 2 pekan lalu. Apa kau… Tidak tahu?" Mendengar itu, Frada seketika sesak napas. "A… Aku… Sama sekali tidak tahu. Ngomong-ngomong… Mereka pindah ke mana?" "Aku tidak tahu sayang, terakhir bertemu dengan Tristan itu… Sudah hampir sebulan. Mungkin dia sibuk dan jarang sekali menemui ibunya, tapi… Dia tidak mengatakan apapun soal dia akan pindah." jawab Dani menjelaskan. Ketika Dani menatap ke arah lain, Frada memiliki kesempatan untuk menghapus air mata yang menggenang. Dia berpura-pura seolah melihat-lihat n****+ baru yang Dani siapkan untuknya. Sama sekali Frada tidak menyangka, bahkan Tristan telah meninggalkan kota Moskow. Atau juga bahkan Rusia. "Baiklah," Frada mengambil uang di dalam dompet. "Terima kasih banyak Nyonya Dani, aku pergi dulu! Kapan-kapan aku mampir lagi." "Ah Frada," tiba-tiba Dani mencegah sambil melangkah ke meja kasir mengambil sesuatu dari laci. "Aku… Menemukan barang ini di depan pintu toko Melanie." Sebuah pin bros, Frada ingat betul wujud itu. Tristan selalu memakainya, dan merupakan pemberiannya saat mereka resmi pacaran. Frada menerima benda itu dengan tangan gemetar, bahkan aksesoris terbuat dari emas murni itu sudah kehilangan satu berlian yang menjadi hiasan. "Maaf, aku… Menemukannya sudah seperti itu, tapi aku tahu itu milik Tristan karena… Dia pernah bercerita, jika itu hadiah favoritnya." ungkap Dani menatap intens wajah Frada. Sebisa mungkin Frada mengatur napas yang bisa saja sewaktu-waktu mencekik lehernya. "Ah ya, terima kasih Nyonya Dani. Aku… Akan memberikan padanya jika bertemu nanti." "Baiklah, hati-hati di jalan sayang!" Dani melambaikan tangan. Frada bergegas meninggalkan toko, di luar sudah ada 2 orang yang menunggunya. Dia pun hanya diam saat masuk ke dalam mobil, tanpa berontak atau bahkan protes mengenai pengawal barunya. Frada hanya fokus pada pin di tangan, wajah tampan dengan mata coklat itu kembali melintas bebas di ingatan. "Kita ke mana Nona?" tanya salah satu pengawal Frada. Harris. "Pulang." jawab Frada lemah, dia menggenggam erat pin itu. "Baik, Nona." Mobil kembali melaju, Frada melihat keluar kaca. Betapa hari ini sangat cerah dan indah, dengan bunga dan daun mulai tumbuh seiring segala yang menimpa perasaannya telah hampa. Perlahan, air matanya jatuh membasahi sisi wajah dan berkali-kali Frada menyingkirkannya. Seakan dia merasa jijik, tapi juga tidak berdaya menemukan cara untuk berdusta pada dirinya sendiri. Tristan Yevich Alekseenko. Nama itu akan selalu ada, bahkan sampai Frada tidak mampu mengingat dirinya sendiri. Walau pikiran akan selalu menolak, tetapi rasa itu telah mengakar dalam hatinya. Hari ini, esok hingga dunia telah membeku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN