“Pak, lusa saya mau pulang dulu ke kampung. Saya harus ketemu dosen pembimbing nih. Alhamdulilah bab kelima skripsi saya akhirnya disetujui. Waah senangnya… tinggal sedikit perbaikan redaksional, terus maju sidang deh.” “Hmm… syukurlah, saya ikut senang. Kamu pulang pakai apa?” “Kebetulan Rifat dan teman lain juga mau perbaikan pak, jadi saya barengan mereka. Gak jadi pakai bis.” “Rifat?” Ganda teringat sebuah nama yang pernah membuat Gadis sangat marah padanya. “gak cuma berdua kan? Kamu mau saya antar? Atau diantar pakde gitu?” tentu saja Ganda tidak mau Gadis semakin dekat dengan si Rifat ini. “Enggak pak, berlima kok. Gak perlu diantar pak. Kasian pakde kalau harus bolak balik. Lagipula saya cuma beberapa hari saja, eeh doakan bisa cepat beres jadi saya bisa cepat kembali ke sini