Desire 3 Dasar m***m!

1602 Kata
"Bapak... bapak Pak Ganda ya? Bapak kan katanya mau sampai sini besok sore, kenapa ini sudah sampai sini? Saya kan jadi ketahuan kalau pakai kolam renang ini. Bapak kenapa gak bilang dulu sih kalau datangnya mau dipercepat?" Gadis mengomel bak radio butut yang rusak, sebenarnya malu karena ketahuan memakai kolam renang tanpa seijin yang punya rumah. Tanpa mereka sadari bahwa pose mereka masih berpelukan, lebih tepatnya Ganda masih memeluk pinggang Gadis. Gadis menelan ludah melihat d**a bidang yang tampak kokoh di depannya. Kulit lelaki itu sedikit kecoklatan, malah menambah kesan seksi. Dagu yang mulai ditumbuhi rambut halus juga membuatnya tambah mempesona. Rambut..? Mata Gadis beralih ke d**a bidang itu dan dia tersenyum karena ternyata d**a itu tidak ada rambut keriting seperti yang biasa diceritakan teman-temannya yang bilang bahwa lelaki yang punya rambut di dadanya akan terkesan lebih seksi. Matanya bahkan turun lagi dan Gadis langsung menahan nafas melihat perut kotak-kotak itu. Hei... stop sampai situ Dis! Jangan ke bawah lagi! Stop Gadis! Hentikan imajinasi liarmu! "Sebelum saya menjawab pertanyaanmu, saya yang mau tanya dulu, kamu itu siapa? Lagian kenapa matamu kok seperti mupeng banget lihat badan saya? Kamu melihat saya seperti kucing lapar melihat ikan asin tahu gak?!" "Wong ditanya kok malah balik nanya sih? Bapak mau tahu siapa saya? Saya Gadis, penjaga villa ini, eeum cuma buat tiga bulan sih." Suara Gadis memelan saat berucap kalimat terakhir. "Penjaga villa dengan tubuh sekecil kamu ini? Haah yang benar saja. Kamu kecil, kurus kering gini, kurang gizi, ini malah berenang tanpa ijin di villa orang lain. Kamu masih SMA kan? Besok sekolah loh!" "Eeh enak aja..., walau saya kurus kering kurang gizi gini tapi umur saya sudah hampir 21 tahun! SMA, huh enak aja, jangan asal nuduh! Sebentar lagi juga saya lulus kuliah. Tubuh saya memang kecil, tapi saya sudah bisa bikin anak kecil!" Gadis meradang mendengar hinaan Ganda. Membuatnya kembali meronta-ronta. Hal ini tentu saja kembali menyulut sisi primitif Ganda. "Diam, jangan banyak bergerak! Kamu bisa diam gak sih?! Diam kataku atau aku cium kamu dan kita akan buktikan bahwa kamu memang bisa bikin anak kecil." Ganda setengah berteriak kesal. Benar-benar deh perempuan mungil di depannya ini berhasil menyulut api gairahnya. Ganda jadi gelisah. Dia harus segera menghentikan skinship contact ini atau malah dia akan melakukannya di kolam renang ini sekarang juga. "Sudah kamu naik sana. Bilas badanmu dan buatku aku makan malam! Yang enak!" titahnya pada Gadis. Gadis tentu saja ingin protes tapi dia bisa apa coba? Eeh iya, lelaki ini... dia belum tahu sebenarnya siapa lelaki ini. "Bapak... Bapak belum jawab pertanyaan saya. Bapak siapa?" "Saya Ganda, yang punya villa ini. Tadi kan kamu sudah tahu, malah pakai tanya lagi. Sudah buruan sana, bilas badan dan masak yang enak." "Gimana saya bisa bergerak coba? Bapak masih peluk saya! Dasar m***m!" Gadis mendumel tidak jelas. Ganda tersadar jika dia belum lepaskan pelukannya, "siapa yang m***m? Dari tadi bukannya malah kamu yang melihat tubuh saya ini gak pakai berkedip? Kenapa malah menuduh saya sebaliknya? Dasar anak kecil!" "Sudah saya bilang saya bukan anak kecil." "Kalau kamu bukan anak kecil, kamu pasti akan berpikir dua kali berenang memakai swimsuit two pieces seperti itu di tempat umum. Ini bukan kolam renang pribadimu!" Ganda mencari alasan untuk bisa lebih lama memeluk Gadis. "Bapak yang m***m! Jangan melihat saya seperti itu!" "Seperti apa? Seperti ini?" Ganda malah sengaja menantang Gadis. Dia sengaja melihat Gadis lebih lama di area dadanya, membuat Gadis kalang kabut dan menarik kimono yang tadi dia letakkan di pinggir kolam renang, tapi akibatnya tentu saja jadi basah. "Heh, jangan kepedean kamu! Kamu pikir saya tertarik sama badan kaya papan gini? Lurus gini? Gak ada tonjolan sedikit pun? Kamu tuh masih anak-anak, minum s**u yang banyak sana biar berisi badanmu!" jawab Ganda sambil terkekeh senang. Entah kenapa menggoda Gadis membuatnya bisa tersenyum senang seperti sekarang. Sepertinya sudah lama sekali dia tidak menikmati kesenangan seperti ini. Sejak dia kehilangan cintanya. "Jangan menghina! Saya sudah minum s**u tiap hari sebelum tidur juga minum, tapi ya cuma segini badannya." Balas Gadis tak mau kalah. Ganda bahkan sampai tergelak, dan ini membuat Gadis semakin kesal. Gadis berontak dan memukul d**a Ganda, tapi tentu saja tidak berasa untuk lelaki itu. "Sudah sana naik dan bilas badanmu! Dan cepat buatkan saya makan malam yang enak." Titah Ganda berharap Gadis akan segera menurut padanya sebelum sesuatu di bawah sana meledak dan dia akan benar-benar menerkam Gadis. "Iya...iya... Mentang-mentang yang punya villa! Huh..." Gadis melepaskan diri dari pelukan Ganda yang mengendur. Dia segera naik dan memakai kimononya yang basah. "Kimonomu sudah basah copot saja daripada kamu masuk angin. Lagipula kamar mandi kan di dekat situ. Tenang saja saya gak tertarik kok." Ejek Ganda membuat Gadis menengok ke arah duda itu. Sebenarnya Ganda sengaja agar dia bisa melihat tubuh molek Gadis secara keseluruhan. Otaknya mungkin benar-benar korsleting karena perjalanan lintas benua. Ganda harus menelan ludahnya, karena walaupun tubuh Gadis yang tergolong mungil bahkan untuk usia dua puluhan, tapi Ganda tahu pasti betapa kenyalnya tubuh itu, tadi kan dia sudah merasakannya. Membayangkan ini membuat celana renangnya mendadak kembali sesak. "Gak usah mendelik gitu... Mata indahmu nanti keluar loh.." Ganda tergelak dan segera membalik badannya untuk berenang gaya bebas. Sepertinya dia akan lama berenang karena harus melepaskan sesuatu yang tadi sempat timbul dan hampir meledak gegara ulah Gadis. *** "Apa ini?" Ganda mengernyitkan keningnya melihat hidangan yang tersedia. "Pak, jangan mentang-mentang lama tinggal di luar negeri, bapak jadi gak tahu kalau itu telur dadar. Memangnya telur ayam di luar negeri sono beda bentuknya sama telur ayam di Indonesia ya?" Gadis kesal. Nih duda ganteng bawaannya ngajakin berantem melulu! "Telur ayam di mana-mana juga sama bentuknya. Elips. Kecuali dua telur itu sih yang gak berbentuk elips." Kembali Ganda menggoda Gadis. Dia sudah dapat mengira apa reaksi Gadis atas pernyataannya barusan. "Hah... telur apa yang gak bentuk elips pak?" Gadis penasaran ingin tahu. Tuh kan bener, Gadis ini masih polos banget. Ganda tersenyum iseng. "Kamu mau tahu aja atau mau tahu banget??" "Diih itu kan bahasa jaman kapan, masih dipake aja." "Berisik deh kamu. Mana makan malamnya? Saya lapar banget habis berenang." "Lah ya ini paaak... ini nasi plus telur dadar spesial ala Gadis." "Buset dah, saya tahu ini telur, cuma masa saya makan pakai telur dadar doang?" "Bapak bisa lihat gak sih? Itu telur dadar spesial pakai nasi putih. Terserah bapak bisa makan nasi atau tidak karena lama tinggal di negara asing. Yang pasti sekarang cuma ini makanan yang bisa saya masak." "Iya... iya... saya makan. Berisik banget sih kamu. Lagian kenapa dibilang spesial sih? Perasaan gak ada bedanya sama telur dadar lain." Kata Ganda sambil menyuap sesendok nasi dan telur dadar itu, tapi dia curiga karena Gadis tersenyum sok imut - eeh dia kan memang imut -. "Karena itu tadi saya kasih irisan daun bawang dan cabai rawit oren pak, biar lebih enak rasanya. Gimana... enak kan?" tanya Gadis dengan tatapan tanpa rasa bersalah. Ganda tersedak, baru sadar ada cabai rawit yang dia makan, "kamu... kamu... kenapa sih iseng gini?" katanya sambil kepedasan, diambilnya segelas air dingin yang sudah tersedia di meja. "Pak, kalau kepedesan tuh biar cepet ilang, minumnya air putih hangat." Gadis mengulurkan air putih hangat kepada Ganda, segera dihabiskan oleh duda hot itu. "Saya tuh dulu suka pedas, tapi semenjak tinggal di luar, lidah jadi kaget. Kamu besok lagi bilang dong kalau mau masak yang pedas. Lagian kenapa cuma bikin telur dadar buat makan malam sih? Memangnya gak belanja?" "Lah kan ini salah bapak." "Kok bisa salah saya?" "Kata bude, bapak akan datang besok sore, kenapa sore ini sudah datang? Kan saya baru rencana mau ke pasar besok. Makanya sesuai jadwal dong, jangan ujug-ujug muncul kaya jaelangkung aja." Ujug-ujug...?? "Ini rumah saya, terserah saya mau datang kapan. Kenapa kamu malah jadi lebih galak dari saya sih? Lagian ujug-ujug itu apa??" Ganda mencoba menerka artinya, dia sering dengar dulu saat masih tinggal di Indonesia. "Diih... mentang-mentang udah jadi WNA gak tahu apa itu ujug-ujug. Suddenly pak suddenly..." Terang Gadis. "Ooh..." Ganda kemudian diam dan melanjutkan makan malamnya dengan telur itu. Enak, padahal cuma pakai telur dadar saja. Apa karena dia sangat lapar ya?? Gadis segera membereskan peralatan makan yang terpakai, mencuci bersih dan meletakkan di tempatnya. Semua tak lepas dari pengamatan Ganda. Sekarang Gadis sudah memakai piyama, usai drama berenang tadi, piyama warna merah kuning motif pooh, Winnie The Pooh. Benar-benar seperti seorang anak kecil. Sayang aku mau boneka Winnie The Pooh yang itu. Lucu banget. Buat hadiah ulang tahunku itu saja. Mendadak pikiran Ganda berkelana ke mana-mana. "Pak.. Pak Ganda... yee malah melamun. Pak..." Gadis berusaha menyadarkan Ganda. "Rissa..." Bibir Ganda berucap tapi Gadis tidak dapat mendengar jelas karena suara televisi yang cukup keras. "Haah... apa pak?" "Eeh enggak apa-apa.. kenapa? Ada apa?" "Saya mau tidur, kalau bapak perlu sesuatu, bapak nanti panggil saya saja. Kata bude pakai telepon itu tuh. Saya ngantuk pak. Ada perlu lagi gak? Mumpung saya masih di sini." "Euum... tolong buatkan saya kopi hitam, no sugar pakai coffee beans yang ada di tempat tutup hitam karena itu yang paling enak, terus kamu grinda ya." "Ha...?? Giling sendiri? Ya Allah pak tega amat... saya harus giling pakai apa?" wajah Gadis memelas. "Kamu gak pernah lihat bapakmu minum kopi?" "Lihat pak, tapi kami kan punya kebun kopi sendiri jadi setelah panen pasti langsung kami giling sebagian untuk konsumsi bapak dan Mas Bima. Tapi saya gak tahu dimana dan bagaimana caranya." Mas Bima?? "Sini kamu saya ajarin pakai alatnya. Gampang kok dan hasilnya lebih nikmat." Ganda mengajak Gadis ke dapur dan mengajari Gadis membuat kopi hitam kesukaannya. Entah apa yang membuatnya merasa nyaman bersama Gadis. Sudah lama dia tidak merasakan hal ini, bisa tertawa lepas, seperti bukan dirinya saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN