Dika mengedipkan matanya pada Desti memberi isyarat. Entah dapat ide dari mana tiba-tiba saja laki-laki itu ingin terlihat baik-baik saja di hadapan mantan kekasihnya dengan berpura-pura sudah memiliki penggantinya. Untung saja yang diajak kerjasama adalah Desti. Si gadis cerdik yang banyak akal. Otaknya sangat cepat berproses untuk urusan acting berpura-pura.
"Ohh Hai salam kenal temannya Dika yah? " Ucap Desti ramah. Fika masih mematung melihat pemandangan romantis di hadapanya. Bahkan ketika masih menjadi kekasihnya dulu Dika tidak pernah seromantis itu. Laki-laki itu tergolong pacar yang cuek dan tidak suka pamer dalam pacaran. Dalam hati Dika tersenyum melihat betapa syoknya Fika. Dan mensyukuri kepekaan Desti dalam diajak bekerja sama.
"Maaf yah, lagi Repot. Regarta emang gini kalau udah sama aku. Pasti gak mau lepas. Iya kan sayang?" Dika tersenyum begitu manis sambil mengangguk.
"Sudah aku bilang kan dia terlanjur nyaman sama kamu." Fika ingin muntah rasanya melihat pandangan penuh cinta yang ditunjukan Dika untuk wanita dihadapanya.Janis yang sudah tidak tahan melihat Drama ala sinetron itupun memilih keluar dari ruangan bosnya itu. Lebih baik tidak perlu ikut campur urusan pribadi Dika yang rumit itu.
"Ayo Fika masuk silahkan duduk." Ucap Dika ramah. Wanita itu melangkah menuju sofa berwarna putih di samping area bermain Regarta. Dan merasa penasaran setengah mati dengan wanita yang begitu akrab dengan keponakan Dika itu. Padahal dulu waktu mereka masih pacaran, bocah kecil itu tidak mau sedikitpun di sentuh olehnya.
Desti yang sedang memainkan peran pura-pura itu tentu saja ikut mengekor boss gantengnya itu. Dengan sengaja duduk di sebelah Dika. Dekat sekali. Seperti menjelaskan pada wanita yang Desti yakin adalah mantan pacar bossnya itu bahwa Dika sekarang adalah miliknya. Mendapat sedikit guncangan Bayi menggemaskan di gendongan Desti membuka matanya. Tapi begitu melihat Desti tersenyum padanya, anak itu ikut tersenyum dan kembali memeluk wanita itu sambil membenamkan wajanya. Seiring dengan elusan lembut dipunggung yang dilakukan Desti, Regarta kembali memejamkan matanya.
"Ohh iya aku ke sini mau anterin ini." Dika sudah tahu sebenarnya bahwa mantan pacarnya itu pasti hendak mengantarkan undangan. Melihat selembar kartu berwarna putih itu, otak Desti langsung menyimpulkan bahwa sang mantan akan menikah dan sang boss belum mampu move on. Sehingga terciptalah drama pura-pura ini.
"Oh iya, ngomong-ngoming calon suami kamu mana kok gak ikutan?" Tadinya Fika ingin pamer di hadapan Dika bahwa calon suaminya adalah orang kaya. Pekerjaanya dokter di salah satu Rumah Sakit umum di daerahnya. Tapi melihat kedudukan Dika yang merupakan Manager di perusahan sekelas Megatama Corp yang tentu saja sangat bonafit membuatnya kalah telak sebelum berperang. Posisi Dokter yang dimiliki calon suaminya tentu saja tidak ada apa-apanya dengan posisi Dika sekarang.
Saat mendengar Dika bekerja di Megatama, awalnya Fika fikir laki-laki itu hanya staff biasa. Sehingga dengan semangat empat lima wanita itu datang ke sini untuk mengantarkan undangan. Tapi begitu sampai ternyata Fika diantarkan ke ruangan pak Manager. Dia kaget bukan main. Ditambah penampilan Dika sekarang, yang jauh sekali dari julukannya dulu. Dika si anak panti asuhan yang lusuh. Tidak bisa dipungkiri, wanita itu menyesal mengakhiri hubungannya dengan Dika. Jika tahu laki-laki itu akan sesukses ini, tentu saja Fika akan mempertahankannya. Fika tidak tahu saja kalau kakak ipar Dika adalah pemilik perusahaan itu, jika tahu dia mungkin akan lebih menyesal.
Dika memang pernah mengenalkan Fika pada keluarganya, tapi tidak pernah memberitahu tentang pekerjaan. Kehidupan Lisa dan Adrian yang biasa saja tentunya membuat Fika tidak berpikir sedikitpun jika mereka memiliki perusahaan besar.
"Calon suami aku kebetulan kerja jadi gak bisa ikut kesini." Dika tersenyum.
"Oh iya kenalin, ini pacar aku. Namanya Desti." Ucap Dika sambil memandang karyawan genitnya itu penuh cinta. Hal itu tidak luput sedikitpun dari pandangan Fika. Desti hendak mengulurkan tangannya tapi sedikit repot. Sebab Regarta kalau tidur selalu saja menjadikan tangan siapa saja sebagai pegangan.
"Desti ini Fika teman aku." Ucap Dika lagi.
"Halo Fika, maaf tangannya dipegangi Regarta." Ucap Desti pura-pura tidak enak. Fika tersenyum dengan terpaksa. Sementara Dika merasakan sesuatu yang hangat memenuhi relung hatinya melihat seberapa nyamannya Regarta dalam pelukan Desti. Tapi ada satu hal yang sejak tadi mengganggunya. Desti terlihat semakin pucat sejak tadi. Apakah wanita itu sakit?
"Oh iya gak papa, salam kenal juga Desti." Fika kembali tersenyum." Hebat yah kamu baru enam bulan putus dari aku udah dapat pengganti aja." Ucap Fika mencoba untuk memberitahu Desti bahwa dia lebih dari sekedar Teman yang tadi di sebutkan Dika.
"Kamu lebih hebat enam bulan jadi mantan aku udah mau nikah." Diluar dugaan, Dika justru santai saja menjawab pertanyaanya. Desti juga ikut tersenyum seolah tidak masalah dengan informasi yang diberikan Fika. Membuat wanita itu semakin kesal saja.
"Jangan lupa datang yah kalian berdua" Lagi-lagi Desti tersenyum dengan sangat manis. Membuatnya tampak begitu cantik. Dan diliat dari style cara berpakaiannya Wanita itu pasti orang yang terpelajar dan memiliki pergaulan luas. Fika kesal bukan main karena dia akui, Desti jauh lebih cantik dan menarik dibanding dirinya.
"Kita pasti datang ko Fik, doakan juga kita berdua cepet nyusul yah?" Ucap Dika terdengar tulus. Membuat jantung Desti mau lepas dari sarangnya.
"Iya pasti di doain kok." Desti melihat jelas ada nada tidak ikhlas dalam kalimat Fika membuat dia inisiatif untuk membuat sang mantan semakin kesal.
"Kan kemarin keluarga kita udah ngomongin itu sayang, pasti sebentar lagi kita nyusul dong." Dika ingin tertawa melihat keterkejutan Fika. Karena memang selama empat tahun berpacaran dengannya baru bulan-bulan terakhir sebelum putus Dika mengenalkan wanita itu pada keluarganya. Karyawan centilnya pintar juga actingnya.
"Iya juga sih sayang, tinggal nunggu keputusan masalah tanggal aja." Laki-laki itu tersenyum manis. "Nanti kalau kita nikah kamu juga harus datang yah! Ajak suami kamu, aku pengen kenalan." Fika tersenyum canggung menahan kekesalan yang sudah sampai ke ubun-ubun. Kenapa Dika jadi sekeren ini sih? Ngapain lagi pakai pamer kemesraan segala? Sementara Desti dalam hati tertawa melihat wajah Fika yang memerah menahan marah.
"Yaudah Dik gitu aja, aku masih harus nganter ke tempat lain" Ucap Fika berdiri berpamitan.
"Kenapa gak sewa orang aja buat nyebar undangan? Capek loh harus kesana-sini sendiri." Desti memberi saran. Sengaja menyindir wanita itu yang sudah terbaca jelas di wajahnya maksud kedatangannya kesini sebenarnya adalah untuk mempermalukan Dika dengan membawa undangan pernikahan.
Dika melirik Desti srkilas sambil tersenyum. Cerdik juga karyawanya dalam mempermainkan emosi seseorang. Dalam hati dia bersorak penuh kemenangan. Sesekali memang wanita jahat seperti Fika harus dibalas.
"Aku gak Repot kok, lagian gak ada kerjaan juga dirumah." Ucap wanita itu.
"Ohh pengangguran? Pantesan aja banyak waktu luang. Kalau aku sih mending nyewa orang aja nanti yah sayang, soalnya capek kalau harus kesana kemari." Dika hampir saja kelepasan tertawa. Laki-laki itu tidak mengira bahwa dramanya yang melibatkan Desti akan semenyenangkan ini.
"Iya dong, aku juga gak mau kamu kecapean cuma karena nganterin undangan. Kamu capeknya pas malam pertama aja nanti." Skak mat. Fika ingin mengamuk rasanya. Dan Dika gemas sekali melihat wajah Desti memerah malu. Kenapa dia jadi menggemaskn begini sih? Kan jadi bahaya kondisi hatinya!
"Yaudah aku pamit yah." Ucap fika mulai kesal. Terlebih melihat pandangan penuh cinta yang Dika berikan pada wanita itu.
"Iyah, maaf gak bisa anter takut rega bangun. Anterin gih sayang!" Dika tersenyum.
"Ayo aku antar sampai depan " Fika mengangguk. Begitu mereka berdua keluar desti meraba jantungnya. Semoga saja letaknya masih sama dan tidak bergeser. Mengingat serangan pak boss gantengnya yang luar biasa itu.
***