MT 5

452 Kata
Petrin Hill, satu-satunya tempat yang disukai kedua anak Naya berbarengan dan sekarang Naya sedang memperhatikan keduanya berlarian dan tertawa  sambil memperhatikan Strahov Monastery, Kastil Praha, Jembatan Charles, dan Pulau Kampa, pemandangan yang tak akan bisa dilihatnya lagi dalam waktu yang lama. Yap, Naya setuju dengan Gio meskipun ia belum mengatakannya pada pria itu. Naya tidak ingin egois dan membuat buah hatinya menderita. “Mamaaaaa,” teriak kedua anaknya yang berlari ke arahnya. “Sudah ucapkan terimakasih?” Tanya Naya pada kedua anaknya, terutama Shakka yang sangat girang mendapat sandwich tuna dari sepasang kakek-nenek yang sedari tadi memperhatikan keantusiasan putra-putrinya. “Bagaimana caranya?" tanya Shakka karena sedari tadi lari-lariann mengelilingi sepasang kakek dan nenek itu, ia mendengar mereka tidak bicara dalam Bahasa yang ia mengerti. Shakka lagi-lagi mengajukan pertanyaan kecil yang mampu membuat Naya meluangkan semua waktunya hanya untuk menjawab semua rasa penasaran si sulung -si kembar memang bisa bicara dua bahasa tapi keduanya sering mencampur adukkan keduanya -Sementara Keysha sudah sibuk dengan mulut dan makanannya. Key masih saja makan ketika Shakka duduk di pangkuan Naya dan mendengarkan penjelasan sang Mama dengan seksama. “Thank you!” ujar Naya pada sang putra. Naya mengatakan bahwa semua orang pasti akan mengerti jika Shakka mengucapkan dua kata itu. “Oke, Ma...” ucap Shakka. Bocah itu mengecup pipi Mamanya terlebih dahulu sebelum kembali berlari pada pasangan tersebut. Naya memperhatikan bagaimana lagak Shakka saat menyampaikan terima kasih dan juga bagaimana sang nenek mengundangnya dalam pelukan. Rasanya Naya bisa menghabiskan seluruh hidupnya melihat pemandangan barusan, betapa menggemaskannya putranya dan tak hanya dirinya yang merasakan demikian. “Anak itu benar-benar,” ucapnya tak mampu berkata-kata. Berbalik menatap Keysha, gadis kecil itu masih sibuk mengunyah sambil menumpukan berat badannya pada d**a Naya. “Dan kamu yang akan langsung diam saat berhadapan dengan makanan apa saja, bukan begitu princess?” Key hanya mengangguk singkat tanpa menoleh pada mamanya. “Waaaahhh kenapa sepi sekali? Om merasa sedang berada di kuburan,” Naya yang masih kesal menampilkan tampang mau apa kau kemari miliknya sedang Keysha mengangkat kedua tangannya seperti biasa, minta digendong. “Not now, Key... tanganmu kotor dan kelihatannya bau,” ucap Gio mengendus-endus udara di sekitarnya. Pandai sekali memang Om Gio ini. Sebaliknya, Keysha yang mengerti dengan ucapan Om Gionya langsung berdiri dan berniat menempelkan tangannya ke tubuh Gio.  Keysha berakhir dengan kejar-kejaran bersama Gio dan tak lama Shakka bergabung dengan mereka. Pemandangan ini sudah biasa bagi Naya, pemandangan yang terasa salah. Ibu dua anak itu tak ingin anaknya bergantung pada orang lain, apalagi pada Gio. Gio tidak memiliki kewajiban untuk memberikan kasih sayang pada mereka dan Naya merasa kedekatan mereka salah. Mungkin benar, ia akan menuruti keinginan Gio. Ia akan kembali ke negaranya, tapi tidak ke kota kelahirannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN