BAB 1

1341 Kata
"Salsa, kamu ke labor tiga di atas, coba cek jadwal praktikum. Kalau udah kamu ngadep Pak Dayat ya." Salsa yang mendengar perintah dari kakak tingkatnya mengangguk mengerti lalu berjalan menuju tangga yang ada di ujung koridor. Salsa menghentikan kakinya tepat di sebuah pintu kaca, mendorongnya perlahan. Terlihat dinding ruangan yang di penuhi dengan herbarium dari bebagai tanaman. Bukan hal baru lagi bagi mahasiswa biologi membuat sebuah herbarium, meski begitu biasanya tiap tahun herbarium di laboratorium ini biasanya selalu diganti ataupun ditambah. Salsa menatap bingkai kaca yang di dalamnya terdapat jadwal praktikum baru, lalu mencatatnya di buku kecil yang tadi ia bawa. Setelah menyelesaikan catatannya, Salsa keluar dari laboratorium lalu berjalan menuju ke ruangan dosen yang berada tepat di bawah gedung labor. "Pak, untuk jadwal praktikum Perkembangan Tumbuhan hari kamis dan sabtu. Kamis untuk kelas Biologi 1 dan jumat untuk Biologi 2, Pak." Salsa menyerahkan catatanya kepada pak Dayat dosen pembimbing praktikum. "Buat jamnya udah ditempel atau belum?" tanya pak Dayat sembari menyalin catatan dari Salsa. "Belum Pak, saya dengar dari Kak Naufal dosen pengurus labor yang baru akan memperbaharui jadwalnya besok atau lusa soalnya lagi di luar kota." "Ya sudah kalau begitu, besok kamu kabarin lagi ke saya buat jam pastinya. Nanti kamu yang pimpin praktikum untuk mahasiswa baru ya," perintah pak Dayat yang ada dihadapan Salsa, ia menyerahkan beberapa kertas yang bertuliskan 'Panduan Praktikum Perkembangan Tumbuhan' kepada Salsa. "Baik Pak," jawab Salsa tersenyum simpul lalu menerima buku panduan dari dosennya tersebut. "Untuk asisten lainnya kamu bisa cari dua lagi buat bantuin kamu, sebaiknya adik tingkat saja biar mereka bisa belajar lagi." Salsa mengangguk-angguk mengerti, lalu berpamitan kepada dosen tersebut sebelum keluar dari ruangan. Hari ini ia tidak memiliki jadwal kuliah, jadi mahasiswa semester 7 membuatnya sedikit santai karena mata kuliah yang ada tidak sebanyak semester-semester sebelumnya. Meskipun ia harus berkutat dengan seminar-seminar, tapi apa boleh buat ia tidak bisa menghindarinya hanya bisa maju terus. Setelah meninggalkan ruangan dosen, Salsa melanjutkan langkahnya menuju kantin yang letaknya terpisah dengan gedung pengajaran. Meskipun begitu, kantin di sini paling diminati karena tempatnya yang luas dan jajanannya yang lengkap dan pastinya menyehatkan, karena setiap kantin setiap bulannya mendapatkan jadwal rutin pemeriksaan makanan oleh dosen yang dibantu oleh mahasiswa langsung. "Sal sini!" Salsa menatap ke arah sumber suara yang memanggilnya, dari jauh ia dapat melihat lambaian tangan sahabatnya. "Hai," ucap Salsa tepat setelah sampai dihadapan sahabatnya. "Hai Sal," saut kedua sahabatnya kompak. "Dari mana Sal? Bukannya gak ada kuliah?" tanya Vivi. "Dari ngadep Pak Dayat Vi, kamu sama Nana dari mana? Ada kuliah?" tanya Salsa yang kebetulan sekali bertemu dengan sahabatnya di kantin. "Gak kok, lagi free juga. Tadi abis rapat HMJ aja buat acara bulan depan," saut Nana lalu menenggak air mineral yang tadi sempat di genggamnya. "Udah kamu pesan, Sal?" "Udah, tinggal nunggu. Pas kalian manggil tadi itu baru aja kelar mesan." Nana dan Vivi mengangguk-angguk mengiyakan ucapan Salsa. Salsa, Nana dan Vivi memang berada di kelas yang sama tetapi Salsa memilih konsentrasi yang berbeda dengan Nana dan Vivi. Di Universitas ini menerapkan sistem pembagian konsentrasi pada jurusan Biologi murni. Sebenarnya ada empat konsentrasi yaitu Ekologi, Mikrobiologi, Botani dan Zoologi. Kebetulan Salsa memilih konsentrasi Ekologi sedangkan Nana dan Vivi memilih konsentrasi Botani. "Silahkan di makan Mbak," ujar wanita paruh baya yang baru saja meletakkan pesanan Salsa di atas meja. Salsa tersenyum lalu berterima kasih kepada wanita paruh baya tersebut. "Aku makan ya, ada yang mau?" tawar Salsa kepada kedua sahabatnya yang di jawab dengan gelengan karena mereka berdua sendiri juga baru selesai makan tepat beberapa saat sebelum Salsa datang. Setelah beberapa saat fokus dengan makanannya, Salsa mengelap bibirnya dengan sapu tangan menghilangkan jejak noda makanan yang mungkin saja tertinggal. "Abis ini mau ke mana Sal?" tanya Vivi. "Pulang kayaknya, gak ada kegiatan juga di kampus. Kenapa emang?" "Ke Mall yuk, lagi ada banyak discount nih. Yuk, lumayan kan," ajak Vivi yang di sambung dengan anggukan oleh Nana. Salsa terlihat memikirkan ajakan sahabatnya ini beberapa saat sebelum akhirnya ia mengangguk setuju. "Tapi sholat dulu yuk, udah adzan nih. Yuk!" ajak Salsa. Nana dan Vivi dengan semangat berdiri dari bangkunya lalu berjalan beriringan bersama dengan Salsa menuju masjid kampus. Setelah hampir 30 menit menuju Mall akhirnya Salsa, Nana dan Vivi sampai ke atrium Mall dimana di adakannya bazar khusus untuk muslimah. Terlihat berbagai gamis yang tergantung dengan indahnya dengan berbagai rupa. "Keliling aja, nanti kalau udah ketemuan di sini lagi aja." Salsa dan Nana mengangguk mengiyakan saran dari Vivi. Lalu, mereka bertiga berpisah dan sibuk dengan berbagai pilihan gamis yang terlihat cantik. Salsa mengambil satu gamis berwana hitam polos dengan aksen yang sederhana, lalu memasukkannya ke keranjang belanja yang tadi sempat diambilnya. Ia berkeliling dengan masih melihat-lihat kembali gamis-gamis yang tergantung. Brughhh!!! "Ya ampun," ucap Salsa tepat setelah tubuhnya menahan tubuh kecil seorang anak laki-laki yang menurut Salsa sangat lucu. Salsa berjongkok lalu menatap sosok anak laki-laki kecil yang kini terlihat kebingungan dihadapannya. "Adik kenapa?" tanya Salsa ketika melihat anak kecil itu kebingungan. Anak kecil tersebut terlihat tidak menggubris Salsa, ia malah menatap ke sekeliling bingung. "Orang tua kamu di mana?" tanya Salsa lagi. Kali ini anak kecil tersebut menatap Salsa takut lalu menggelengkan kepalanya. "Ayo kakak bantu cari orang tua kamu," lanjut Salsa. Namun berbeda dengan Salsa yang sudah tersenyum ramah anak kecil tersebut malah memundurkan tubuhnya sehingga memberi sedikit jarak pada antara anak kecil itu dan Salsa. "Kata Mama gak boleh ikut sama orang yang Habib gak kenal." "Nama kamu Habib ya?" tanya Salsa lalu tersenyum menatap anak kecil dihadapannya kini. Anak kecil tersebut mengangguk, membenarkan ucapan Salsa. "Insyaallah kakak orang baik, kakak mau bantu Habib biar bisa ketemu sama Mama dan Papa Habib. Habib tahu di mana Papa atau Mama Habib?" Anak kecil bernama Habib tersebut terlihat mengingat di mana ia berada terakhir kali sebelum berada di sini, "Habib tadi sama Tante Luna. Habib gak tahu di mana Papa," ucap Habib lemah. Terlihat sekali ia tengah menahan air tangisnya. "Tadi Habib main ke mana? Kok bisa sampai ke sini?" tanya Salsa lagi. "Tadi Habib sama Tante di tempat wangi banget, terus Habib mau ke toilet tapi Tante masih sibuk sama botol kaca wangi." Salsa mencoba mencerna setiap ucapan dari Habib, meski cukup menguras otaknya tapi setelah beberapa saat akhirnya Salsa mengerti maksud ucapan Habib. "Tante kamu di tempat parfum ya, wah kamu jalannya jauh banget. Yaudah, ayo kakak temenin nyari Tante kamu ya," ucap Salsa lalu ia menitipkan belanjaanya ke kasir dan untungnya saja boleh. Lalu Salsa berjalan menuju tempat parfum di lantai dasar, karena setahunya hanya di lantai dasar yang menjual parfum. Salsa menggandeng tangan mungil Habib, lalu membawanya berjalan perlahan mengikuti langkahnya. Salsa langsung saja menghentikan langkahnya tepat di depan pintu masuk toko yang menjual parfum lalu bertanya kepada Habib apakah di sini ia tadi bersama tantenya. Namun gelengan menjadi jawaban Habib, sehingga Salsa membawa habib kembali berkeliling dan bertanya kembali kepada Habib apakah tempatnya benar atau tidak. "Kak, di sana." Habib menujuk sebuah toko, langsung saja Salsa mengangguk dan melangkah menuju toko itu bersama dengan Habib. Salsa langsung memasuki toko tersebut lalu berkeliling mengandalkan ingatan Habib. "Habib!" teriak suara berat yang menghentikan langkah kaki Salsa. Habib langsung melepaskan tangannya dari genggaman Salah lalu berlari menuju sosok laki-laki yang tadi memanggilnya. "Papa!" Salsa memandang dari jauh sosok laki-laki yang tengah mengendong Habib, disampingnya ia melihat wanita yang terlihat modis berdiri tepat di samping laki-laki tersebut. Terlihat guratan cemas di wajah kedua orang tersebut. Salsa baru saja akan berjalan meninggalkan Habib dan keluarganya ketika suara berat itu menghentikan langkah Salsa. "Terima kasih sudah menemukan Habib," ucap laki-laki itu tersenyum tulus kepada Salsa. "Ah, iya sama-sama." "Dia tadi sama asisten kakak saya, tapi tiba-tiba menghilang." "Ya ampun, untungnya Habib gak apa-apa. Lain kali hati-hati ya jaga anaknya," ucap Salsa memberikan sedikit saran karena berbahaya bagi anak kecil yang berkeliaran apalagi sendirian di tempat sebesar ini. "Iya, sekali lagi terima kasih untuk mbak-mbaknya. Habib salaman dulu, ayo bilang terima kasih." Tanpa banyak tanya Habib menyalami kami bergantian, sambil mengucapkan terima kasih. "Kalau begitu kami permisi." "Kak Salsa terima kasih," ucap Habib lalu Salsa tersenyum dan mengangguk sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkan Habib dan keluarganya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN