Rival
" Lihat itu siapa yang datang.. !!". Sorak sorai para siswi Febolix High School pagi itu seperti biasa berlari menyambut sebuah mobil lamborgini Hitam keluaran terbaru yang mendarat mulus dihalaman sekolahnya.
Histeria mereka pun semakin menjadi jadi ketika seorang pria berseragam hitam hitam membukakan pintu untuk seorang pemuda.
" Avaaaaaaannnnn!!!" Teriak mereka kegirangan. Jangankan kaum hawa, kaum adam saja berebut untuk menjadi temannya dan ikut populer. Hanya saja, dia sepertinya tidak ingin memiliki satu temanpun.
Dialah , Avan Andreas, putra tunggal Adelia Andreas, Ratu diranah bisnis dunia. Kulit yang putih bersih, rambut hitam yang dibiarkan agak memanjang sepundak, hidung yang mancung dan tatapan blue eyesnya yang menawan. Dialah salah satu siswa terpopuler ditahun ini
pintar, kaya, berkelas dan dingin...
Siapa yang tak menggilainya??
Pemuda itu tersenyum manis melihat betapa siswa SMU private itu sangat memujanya, dengan melangkah santai bak pangeran kerajaan dia mengangkat wajahnya penuh bangga.
Hingga...
First Meet
" BraKkk".
Senyumnya langsung surut saat melihat seorang gadis jatuh didepannya. Kertas kertas ditangannya berhamburan dilantai.
Ini pasti modus !". Pikir Avan.
Ya, hal ini sering dia alami, tentu saja.
Beberapa pasang mata langsung menjadikan mrk pusat perhatian saat Avan menginjak kertas kertas itu dengan santainya.
" Heeiii!!!". Teriak gadis itu mengangkat wajah tanpa tahu siapa yang ia tabrak, raut wajahnya menegang saat melihat Avan saat ini berdiri didepannya.
" Berdiri dan pergilah dari hadapanku!" Ucap pemuda itu dingin.
Namun...
Berbeda dari gadis lain yang berjingkrak riang saat melihatnya, gadis itu malah merapikan jaketnya dan berdiri tegak. Sorot matanya tak kalah berang, bahkan seolah sama sekali tidak terpesona seperti yang lainnya.
" Kubilang menyingkir dari hadapanku.. jangan berusaha menggodaku dengan cara murahan begini ". Tekan Avan sekali lagi.
Mendengar itu gadis didepannya mengernyit.
" Apa? Harusnya kau yang minta maaf padaku! singkirkan kakimu dari kertas kertas itu!". Bentak gadis itu membuat mata avan membulat kaget.
Apa ini modus baru lagi? pikirnya
" Heh pakek bengong lagi. jangan sok kecakepan deh lu.. minggir!". Celetuk gadis itu kemudian tanpa disangka sangka mendorong tubuh Avan lalu memungut kertas kertanya dan beranjak pergi.
" Dasar orang kaya sinting ". Gumamnya sekilas lalu berlalu. Avan seolah kehabisan nafas menatap kearahnya. Ubun ubunnya seperti mengeluarkan asap mendapat perlakuan seperti itu.
" Tuan .. anda tidak apa apa kan? ". Tanya pelayan pribadinya memegang pundak Avan.
" Lepaskan aku !!" Kesal pemuda itu kemudian berlari ke arah kelas dengan bersungut sungut.
Siapa dia??
Apa dia tidak mengenalku??
Gadis dari mana dia??
Arogan !!". Ucapnya geram. tangannya mengepal erat dibangku. hingga...
" Hai Avan.. ".
Avan mengangkat wajahnya melihat sosok yang kini duduk diatas bangku miliknya. wajah kesalnya berubah masam
" Kau tampan sekali hari ini... nanti malam kau ada waktu kan? aku ingin mengajakmu keresto baru ayahku." Ujarnya tanpa spasi.
" Apa kau tidak bosan mengajakku setiap hari? ". Celetuk Avan kesal
" Eemmm tidak.. aku kan menyukaimu, Ayolaahh ". Gadis itu hendak memegang pergelangan tangan Avan. Tapi... pemuda itu malah berdiri dan menatapnya tajam.
" Berhenti mengganggu dan jangan membuatku kesal!". Kecamnya lalu beranjak keluar. Membuat gadis itu menatap punggungnya yang menghilang dipintu dengan raut aneh.
" Suatu saat aku pasti akan memilikimu. " Gumamnya mengepalkan jari jarinya
***
Sementara itu...
Gadis yang tadi terjatuh dihadapan Avan, tampak melangkah santai di koridor kelas 2 A. dengan senyum manis dia menatap kearah laboratorium disisinya yang tampak tertutup rapat. Sedikit merapikan diri agar terlihat lebih cantik. Tapi baru saja ia hendak memutar daun pintu, tiba tina
" Sherriiiinnnnn!!! ". Sapa salah seorang teman berlari kearahnya.
Benar, gadis itu bernama Sherrin. Dia adalah putri dari salah seorang pengusaha tekstill yang baru menginjak kelas 1 Smu setelah lulus dari Sekolahnya di Australia beberapa waktu lalu.
" Ada apa?" Tanyanya manis
" Kau tahu tidak, pemuda yang tadi kau abaikan itu... Ya tuhaaan kau membuat viral disosmed dengan mendorongnya tadi. Tau gak sih dia itu siaaapaa?". Gadis itu berujar tanpa bernapas didepannya.
" Ya aku tahu, dia Avan Andreas kan.. putra pemilik sekolah ini, memangnya kenapa?" Tanyanya dengan wajah tanpa ekspresi
" Gila lo ya.. kenapa?? lo tanya kenapa?? Ayolah semua gadis disekolah ini memimpikan bicara dengannya.. dan kau tadiii aahhhh bagaimana rasanya??". Tanya Temannya itu gilang. Sherrin hanya menarik nafas panjang lalu mengangkat bahunya
" Biasa aja ". Jawabnya enteng .
" Suer loo??" Temannya itu melongo. Seolah tak percaya ada cwe yang memiliki perisai hingga sama sekali tidak tergoda oleh seorang Avan seperti Sherin
" Sudah ya.. aku harus kelab dulu, lagi sibuk.. bye ". Ucap Sherrin tanpa basa basi kemudian membuka pintu laboratorium itu dan meninggalkan temannya yang bengong mendengar kata katanya barusan.
Karna dihatiku sudah ada yang lebih sempurna darinya.. Batin Sherin
" Klek".
Pintu itu ditutup.
Sherrin melangkah santai diruangan keabu abuan yang semua gordennya ditutup. Bibir mungilnya tersenyum saat menemukan punggung seorang pemuda yang tengah asyik duduk sambil mengamati sesuatu dimejanya
" Sudah kutebak kau pasti disini tuan calon dokter ".Ucapnya manis.
P,erlahan pria berkemeja hitam itu meletakkan kacamatanya lalu menoleh. Pantas saja , gadis itu bergeming saat bertemu dengan Avan tadi, karna pria didepannya ini tak jauh beda darinya.
Tatapan yang teduh dengan warna mata yang sama, kulit yang putih kemerahan, hidung yang terpahat sempurna dan fisik yang begitu menawan. Ia menatap gadis itu lekat lalu tersenyum simpul.
" Kenapa kau menggangguku?". Tanyanya sarkatis sama dinginnya dengan Avan.
" Ayolah.. aku datang kesini dengan membawa tumpukan buku yang aku kumpulkan blake ini semua untukmu. " Ucap gadis itu dengan wajah kecewa. Pemuda didepannya hanya mengernyit.
" Ini semua catatan anak anak kelas 2 A yang aku salin, buat kamu, sebagai pindahan baru kamu harus tau kan tentang semuanya disini karna pelajaran disekolah ini cukup berat kau tahu kan, ayolahh hargain usahaku ". Gadis itu meletakkan buku bukunya dimeja lalu menatap pemuda bernama Blake itu dengan penuh kerinduan. Apa sebenarnya hubungan mrk??
Blake menatap sekilas kearah tumpukan buku itu lalu tersenyum acuh
" Aku tdk meminta bantuanmu." Dinginnya kemudian berdiri dari duduknya dan hendak beranjak.
" Blake please... ". Sherrin menahan lengan kokohnya. Matanya berkaca kaca
" Please ". Ucapnya lagi. Akhirnya pemuda itu luluh dan menatapnya.
" Sherrin dengar.. hubungan kita sudah berakhir 4 tahun yang lalu, aku tidak mau kau menggangguku lagi ". Tukasnya menunjuk wajah Gadis yang mulai menunduk didepannya dengan air mata menetes.
" Blake aku masih sangat mencintaimu, kau tahu itu kan, aku ingin kita seperti dulu lagi ". Ucap sherrin sesenggukan. Blake tersenyum sinis lalu menarik tangannya kasar.
" Harusnya kau pikirkan itu sebelum kau meninggalkanku ke Ausi. " Balasnya.
" Blake please.. kita pernah memiliki hari indah bersama, kau ingat kan?." Pinta sherrin. Blake terdiam sejenak, tatapan matanya begitu tajam menyorot kedalam manik mata Sherrin.
" Aku sudah lupa!!". Jawabnya lalu beranjak kearah pintu.
" Blake please...!!! ". Teriak Sherrin. Pemuda itu hanya menoleh sekilas lalu membuka pintunya dan melangkah keluar.
" Blake.. aku pasti bisa memilikimu lagi... pasti.. ". Ucap Sherrin menghapus air matanya.
Diluar sana...
Pemuda itu melangkah gontai, matanya memerah, lalu setetes bulir bening mengalir disana sebelum akhirnya dia menyandarkan tubuhnya ketembok.
Tolong...
Aku tak ingin sedikitpun mengingat masa laluku..
Tidak akan..
"Drrrrttt Drrrtttt ". Handphonenya berdering. Pemuda itu segera menghapus air matanya lalu merogoh handphone disakunya. Handphone jadul yang hanya bisa menampilkan bunyi getar.
Tertera nama Guard dilayarnya.
" Blake... kau masih disekolah ?". Tanya suara serak diseberang. Suara orang tua yang selama ini dia kenal sebagai ayahnya.
" Iya. ada apa cristian?". Tanyanya
" Ingat pesanku Blake kau jangan sampai mendekati keluarga Andreas.. kau mengerti nak?". Pesan orang tua itu lagi untuk kesekian kalinya.
" Iya ".
tut tut tut..
Telfon dimatikan. dan pemuda itu kembali menatap langit lepas sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk kekelasnya.
Tentu kebanyakan kalian berpikir kalau pemuda Seperti Blake pastilah orang kaya. Salah, dia hanya anak nelayan miskin yang memiliki masa lalu kelam. Kehidupan membuatnya memiliki watak keras...
Blake adalah anak yang masa kecilnya dipenuhi trauma dan kekerasan dari orang orang disekitarnya, Pemuda yang masa remajanya bergumul dengan dunia gelap dan berakhir dengan menyerahkan dirinya pada gadis yang mencintainya dan mau membiayainya demi melanjutkan sekolah. Ya, pada sherrin sebelum akhirnya dia ditinggalkan .
Dia dan takdirnya tidak seberuntung Avan. Hanya saja mereka memang memiliki banyak kesamaan dan tentunya kejeniusan yang sama.
Tentunya, ikatan yang sama.
***
" Dia murid baru itu kan, Blake? tampannyaaa... ". Riuh para siswi saat Blake melangkah santai masuk ke dalam kelas. Hanya ada satu mata yang menatapnya sinis.
Ya, mata dari pemuda yang duduk dibangku depan dan bersebelahan dengan bangkunya " Avan Andreas". Blake tak begitu ambil pusing, dia memilih diam dan duduk dibangkunya dengan santai.
Tapi rupanya, sikap acuh Blake membuat emosi Avan bangkit.
" Kampung ". Celetuknya membuat Blake mengangkat wajahnya.
Sedikit mengernyit saat melihat Avan tersenyum sinis padanya.
" Apa pria kampung sepertimu pantas ada disekolah ini?". Imbuh Avan menyeringai mencari gara gara. Blake masih menahan emosinya walaupun mereka saat ini sudah menjadi pusat perhatian dikelas.
" Dengarkan aku! siapapun dikelas ini yang berteman dengannya, dia akan menjadi musuhku, pria kampung sok, yang beraninya mau menyaingiku ". Tegas Avan masih dengan raut tak suka yang berlebihan. Dia tidak pernah menginginkan memiliki saingan dari strata rendah seperti Blake, dan itu benar benar membuatnya muak.
Bisik bisik para siswa dan siswi mulai memenuhi ruangan. Disatu sisi Avan bagaikan dewa bagi mereka, disisi lain, Blake juga sangat menarik. Blake mulai mengepalkan jari jarinya erat, menahan gejolak dihatinya. gigi giginya gemerutuk, ia menatap Avan tajam
" Kenapa? marah? orang miskin sepertimu tidak pantas marah". Tekan Avan dengan sorot mata tajamnya lalu tertawa mengejek setelah mengucapkan hal itu, pemuda itu mengacungkan jempol terbaliknya kearah Blake yang hanya diam saja, kemudian kembali duduk tenang seolah tak terjadi apapun. Tapi...
" Apa kau takut padaku?".
DeG
Suasana menjadi mencekam seketika, Avan menoleh dan menatap Blake tajam..
" Apa katamu?." Tanyanya mulai memerah
" Apa kau takut padaku ?". Senyum Blake sinis
Astaga.. dia keren sekali - batin para siswi.
Senyum dibibir Avan surut.
" Beraninya kau menjawabku !". Urat lehernya terlihat tegang
Blake memiringkan wajahnya lalu tersenyum manis. " Kalau kau memang hebat, mau bertaruh dengan pria miskin ini ? ". Sindir Blake
" Apa yang mau kau pertaruhkan?? harga sepatuku saja lebih mahal darimu sampah !". Balas Avan. Mendengar itu Blake tersenyum
" Kita lihat saja, seluruh kelas ini akan jadi saksinya kalau otakmu itu sebenarnya bahkan tidak lebih berkelas dari pada sepatu bututku ini ". Balas Blake membuat suasana memanas seketika.
"Ok.. aku ambil tantanganmu!!". Avan menggenggam erat bolpennya
" Baiklah.. Ulangan fisika minggu depan.. siapa yang memiliki nilai tertinggi, dialah pemenangnya !!". Tantang Blake menunjuk wajah Avan dari bangkunya.
" Ok... siapa takut! ". Balas Avan lalu mengalihkan pandangan karna guru matematika mereka sudah memasuki ruangan.
Blake tersenyum dingin menatap punggung Avan.
Kau hanya lebih beruntung kaya dariku
Seandainya aku diposisimu..
Aku pasti sudah membunuhmu..
Avan.. kau belum tahu siapa Michael Blake sebenarnya.
Sementara itu.. Avan menarik nafas panjang dikursinya, sesekali ia melirik kearah pemuda berambut brown itu.
Akan kutunjukkan padamu..
Siapa Avan yang sebenarnya
Akan kubuat kau mencium kakiku
Pemuda miskin yang sok
Kabar perseteruan mereka meluas dari mulut ke mulut..
Bagaimana tidak?
Dua pria tertampan dan terpintar disekolah mereka saling menantang. Apakah nilai tertinggi avan selama ini akan direbut oleh Blake?
Itu masih menjadi misteri, namun masih ada misteri yang lebih besar lagi untuk diketahui, yaitu...
Siapa avan dan blake sebenarnya?