ONE DAY

1725 Kata
" Sreeeett.. " Mobil sport hitam itu tepat mendarat didepan sebuah Caffe ternama. Sekali lagi Blake melirik kearah Viona yang tampak termenung menatap ke dalam Caffe itu. " Kau masih sedih?". Tanya Blake mengernyit Viona menggeleng pelan lalu menarik nafas panjang. Tatapannya tak beralih dari Caffe itu. " Lalu?". "Kau tidak pantas bertanya padaku, Jangan sok akrab." Jawab Viona ketus, kali ini blake yang mendengus kesal. Gadis ini benar benar mirip dengan bunglon - Batinnya " Kalau begitu hidupkan mobilnya, untuk apa berdiam disini?". Blake mendengus kesal. Kadang kadang gadis disisinya ini terlihat sangat membingungkan. Viona melirik kearah Blake yang memalingkan wajahnya keluar jendela " Bukan kau yang berhak mengaturku dasar jadi jadian, kalau aku maunya disini kenapa hah??". Tuturnya penuh penekanan. Blake menarik nafas panjang lalu menatapnya. Tatapan yang membuat jantung gadis itu berdegup kencang. Pemuda itu tak mengatakan sepatah katapun. Dia hanya menatap tak suka lalu membuka pintu mobilnya. " Hei kau mau kemana?". Teriak Viona saat melihat Blake keluar dari mobil itu. Pemuda itu meletakkan tas dipunggungnya lalu melangkah sembari melambai pada beberapa taksi. Melihat itu, Viona turun dari bangku kemudi lalu meraih pundaknya kasar. " Apa apaan sih kamu?". Bentaknya menatap Blake. " Dari pada aku menghadapi sikapmu yang arogan itu lebih baik aku pulang sendiri, lagipula urusan kita hanya disekolah kan. Kau boleh diam ditempat itu selamanya. Aku mau pulang !". Tukas Blake sarkatis. Pemuda itu dengan santainya memalingkan wajahnya kejalanan. " Berani sekali kamu marah padaku!." Kesal Viona " Kucing aja bisa gila kalau kau yang memelihara." Ketus Blake lagi lagi melambaikan tangannya pada taksi. Dan kali ini, dia tersenyum lebar karna taksi itu berhenti tepat di depannya. " Tunggu.. !!". Viona mencekal Lengan Blake. " Ada apa lagi?". Pemuda itu mengerut sexi. Viona tak menjawab, dia malah merogoh sakunya dan mengambil dua lembar seratus ribuan lalu menyerahkannya pada supir taxi dan memintanya pergi. " Ikut aku!." Tegas gadis itu menarik pergelangan tangan Blake bersamanya. " Gadis gila !". Gerutu Blake mengikuti gadis itu kembali kedalam mobil Viona menarik nafas panjang lalu kembali melihat Caffe itu. " Kau lihat Caffe itu Blake?'. " Kau pikir aku rabun?." Blake mendengus kesal. Viona berdecak lirih. Ekspresi mukanya tiba tiba berubah menjadi sedih. " Disini setiap hari selalu ada pertemuan kolega berlian dengan brand tersendiri. Mereka membuat group dan hanya orang orang khusus yang bisa masuk dan membeli berlian itu." Tutur Viona panjang lebar. " Lalu?". Blake mencibir. " Aku sangat ingin memiliki salah satu koleksi mereka, yang ini." Viona merogoh Hpnya lalu menunjukkan sebuah foto didepan Blake. Cincin dengan berlian biru yang sangat indah. " Beli saja kok repot." Blake mengangkat alisnya " Dasar manusia srigala bodoh, sudah aku bilangkan.. mereka membuat sebuah group dan hanya group itu yang boleh memilikinya. Dan untuk mendaftar usiaku harus diatas 30 tahun. Ibuku dulu adalah anggota disana.. dan cincin ini adalah rancangannya." Viona berkaca kaca " Ya sudah ikhlaskan saja!". Timpal Blake enteng. Mendengar itu Viona mengambil nafas panjang. Tiba tiba wajahnya berubah menjadi sedih, mirip seperti anak kucing yang ditinggalkan ibunya " Kau benar.." Ucapnya lirih. Raut kesedihan terpancar jelas. Gadis itu kembali menatap pintu Caffe lalu dengan pelan dia mendengus dan menyalakan mesin mobilnya. Melihat wajah Viona yang tampak sangat sedih, Blake menarik nafas panjang, ia tak tahan juga akhirnya. Hingga... " Tunggu." Ucapnya kemudian memegang tangan Viona membuat gadis itu mengernyit menatapnya " Aku akan mendapatkan berlian itu untukmu." Senyum Blake manis DeG Viona mengerjab beberapa kali memegang dadanya yang seolah berdetak lebih cepat. " Sekarang berikan kartu ATMmu. aku akan masuk dan membelikannya ." Ucap Blake lalu melepas tasnya. " ATM?". Viona mengernyit " Iya ATM. Kau tau aku hanya tidak bermodal uang kan." Ucap Pemuda itu mengangkat sebelah alisnya " Bagaimana caramu masuk? Kau mau menyamar jadi tante tante begitu?". Viona terkekeh. Blake tersenyum simpul lalu merapikan jaketnya dan melepas 2 kancing kemeja sekolah bagian atasnya. Yang sumpah demi apa pemuda itu benar benar terlihat menawan. " Aku minta kartu ATM, jika hanya tante tante seperti itu, aku sudah terbiasa menghadapi mereka." Ucapnya lagi dengan tangan dikibas kibaskan didepan wajah Viona yang bengong menatap parasnya. *** Takdir yang mempertemukan... Siang itu, udara tampak mendung. Disudut caffe mewah berkelas itu tampak beberapa wanita paruh baya dengan dandanan glamour membicarakan sekotak berlian di depannya. Mereka tampak berasal dari kalangan atas. Pembicaraan mereka pun tentang bisnis dan pertemuan pertemuan penting. Larut dalam canda .. tiba tiba.. " Kreeekk.." Mata mereka tertuju pada pintu masuk yang tampak terbuka. Siapa yang berani masuk ke Caffe yang sudah mereka pesan khusus hari itu? Namun.. Nafas mereka seolah tertahan saat melihat seorang pemuda melangkah masuk dengan tangan di dalam saku jacketnya. Kulitnya yang putih seolah kemerahan diterpa lampu Caffe, Hidungnya yang mancung dan tubuhnya yang tinggi sempurna. " Waw lihat.. apa dia benar benar ada didunia ini. dia nyata kan? kalian semua bisa melihatnya kan?". Celetuk salah seorang wanita bertubuh gempal tak berkedip menatap pemuda yang tampak elegant melangkah ke arah mereka itu. " Tampan sekali." Ujar yang lainnya. Semakin dekat dia melangkah, wajahnya terlihat semakin menawan. Pemuda itupun mendarat tepat didepan para wanita yang saat itu tengah menatapnya liar. Aku memiliki bakat dalam hal ini wanita wanita kaya Mereka memiliki semuanya tapi.. Sejauh yang akau tahu Mereka selalu kesepian dan tertarik pada pria yang lebih muda. " Hai hmm kalian Group Q kan?". Tanya pemuda itu dengan senyum yang begitu manis. " Hai juga tampan.. kenapa kau disini? nyasar ya??" Goda salah satu wanita menatapnya jeli. " Hmm gak kok.. perkenalkan, aku Blake.. Adikku adalah pengagum berlian. Dia sangat menginginkan berlian Q koleksi kalian dan aku berniat ingin membelikannya sebagai kado." Ucap Blake dengan senyum yang dibuat semanis mungkin. Wanita wanita itu tersenyum lalu menatap Blake dari ujung rambut sampai ujung kaki. " Maaf Blake, tapi berlian kami tidak dijual untuk umum," Senyum yang lainnya. Blake memasang wajah sedih " Ayolah.. please. " Ujarnya menggigit bibir sexinya membuat wanita wanita itu menahan salivanya. " Sayang.. jangan sedih, kita bisa memberikan satu yang kau suka.. tapi.." Ucapan mereka terhenti. " Tapi apa?". Blake mengernyit " Adelia harus menyetujuinya karna seluruh hak dan persetujuan ada ditangannya." Tutur salah satunya kemudian menunjuk pada wanita yang sedari tadi diam ditengah tengah mereka. DEG Blake menatap wanita itu. Dia cantik, terlihat jauh lebih muda dengan rambut yang di ombre pirang panjang, matanya begitu indah dan kulitnya bersinar bening. Adelia? " Apa kau benar benar menginginkan koleksi kami?". Wanita itu membuka suara. Bahkan suaranya sangat lembut. " Apa kau adelia Andreas?". Tanya Blake penasaran " Ya, Aku senang pria sepertimu bisa mengenalku.." Senyum wanita itu kemudian berdiri mendekati Blake membuat teman temannya bersiul menggoda. Ternyata benar Wanita ini.. yang sangat dibenci Viona Adelia menatap wajah Blake dengan seksama Dia.. kenapa sepertinya aku melihat seseorang di wajahnya??- Batin Adelia " Aku akan memberikannya dengan Gratis.. tapi dengan satu syarat." Senyum Adelia manis. " Apa?". Blake mengernyit. Ya aku melihat bayangan wajah kekasihku di matanya, Joan - Batin Adelia " Besok pagi.. datanglah ke alamatku dan jika kau setuju, Aku akan memberikanmu berlian yang kau mau hari ini juga, gratis." Senyum Adelia membelai leher Blake lembut. Blake tersenyum menatap irish Adelia lekat " Okay." Jawabnya enteng " Huuuuuuu !!!". Sorak sorai seluruh wanita diruangan itu menyambut keberhasilan Adelia yang seolah baru saja mendapatkan jackpot. Blake menatap Adelia tajam Adeliapun begitu.. Wanita itu kemudian meraih sekotak berlian ditangannya " Ambillah yang kau inginkan untuk adekmu itu." Bisiknya Blake tersenyum menatap Adelia Andai saja Blake tahu Wanita didepannya ini adalah Ibu yang melahirkannya kedunia Andai Adelia tahu Pemuda yang saat ini berdiri tegap didepannya adalah Anak kandung Joan.. Bayi yang terbentuk dirahimnya. Dengan begini, Aku akan memiliki cara untuk membalas dendam Viona dengan cepat. *** Sementara itu.. " Brakk." Avan lagi lagi menutup pintu mobilnya keras. Pemuda berambut gelap itu melangkah dengan terseok seok " Kau bukan siapa siapa untukku" " Jangan mengejarku lagi" " Jangan ganggu aku" " Aku muak melihatmu". Avan lagi lagi mengacak rambutnya frustasi jika mengingat kata kata Viona tadi. Kulitnya yang putih memerah. Pemuda itu melangkah kedalam rumah megahnya lalu terduduk di anak tangga sembari menangis serak. " Tega sekali kau melakukan ini padaku Viona... tega sekali kau menghancurkan hatiku." Teriaknya. Sherrin yang melihatnya dari atas hanya berdecak lirih lalu melangkah menuruni tangga dan berdiri disisi Avan " Kau benar benar menyedihkan, patah hati?." Ucap Sherrin membalik punggungnya. Avan menatapnya sendu. " Jangan ganggu aku!". Bentaknya kasar " Lihat kondisimu tuan muda Avan Andreas.. kau benar benar menyedihkan." Kesal Sherrin. Avan menatap Sherrin tajam. " Avan. Apa karna seorang gadis kau jadi seperti ini hah.. kau..". Belun Habis Sherrin berujar tiba tiba.. Tubuh avan terhuyung. Pemuda itu hampir tak sadarkan diri kemudian terjatuh di pelukan Sherrin " Avan.. Avan.. jangan bercanda.. Avan..". Sherrin menepuk punggung Avan berkali kali. Namun pemuda itu bergeming. " Ah merepotkan saja." Ucapnya kemudian menarik nafas panjang lalu memapah tubuh Avan dengan berat hati menaiki satu persatu anak tangga. Dan.. " Brak.. !!". Sherrin melempar tubuh Avan keranjangnya. Ditatapnya sosok yang seolah malaikat dalam dongeng itu lalu tersenyum manis. " Kau benar benar tampan kakak tiriku." Ujarnya hendak beranjak pergi. Namun... DEG " Kau mau kemana.. gadis brengsek." Sherrin merasakan pergelangan tangannya tercekal. Dengan nafas berat Avan berdiri menatap wajahnya. Mata birunya tampak mulai memerah. " Avan lepaskan aku.. awww sakit !". Teriak Sherrin berusaha menarik tangannya. Namun.. " BruG." Sshhh.. Sherrin terlempar ke sisi ranjang dengan sekali hempasan. Gadis itu ketakutan melihat kedalam mata Avan dan senyumnya yang menyeringai menyeramkan. Seolah pemuda itu melihat sosok lain didalam dirinya " Viona.. selama ini kau hanya melihat wajah malaikatku kan.. tapi kali ini kau akan melihat malaikat itu berubah menjadi iblis." Ancamnya membuat Sherrin terhenyak memegang punggungnya yang terasa sakit " Brak !!". Avan menutup pintu kamarnya kasar lalu melangkah kearah Sherrin " Avan.. aku Sherrin.. kau mabuk, aku bukan dia..". Gugup sherrin ketakutan. Namun.. " Aaarrkhhh ". Sherrin menjerit saat tiba tiba Avan menarik rambut panjangnya. Mata pemuda itu berkilat merah. " Avan.. a.. aku " Diam.. !! kau bilang aku tidak ada apa apanya kan.. hmm.. kau jahat Viona kau jahat.. " Avan melempar tubuh Sherrin keranjangnya " Avan.. lepaskan aku !!". Teriak Sherrin. Kali ini gadis itu benar benar menangis. Avan menaiki tubuhnya dan mencekik lehernya erat. " Jika aku tidak bisa memilikimu.. maka kau harus mati." Ucapnya menyeringai. Sherrin meneteskan Air matanya, ditatapnya wajah  Avan lalu dengan tangan gemetar dan perasaan sakit yang tertahan gadis itu memeluk pundak kokoh pemuda yang tengah memcengkram dagunya kasar " Avan.. please.. sadarlah." Ucapnya tercekat. Kenapa.. Aku sedih melihatnya seperti ini Avan.. Aku Sedih.. Melihat sosok yang biasanya bersikap sangat angkuh dan kuat menjadi selemah ini karna cinta Andaikan saja Aku memang Viona Betapa bahagianya aku.. " Avaaan lepaskan.. uhuk uhuk." Sherin mulai memerah, tangannya melemas, ia kehabisan napas. Tapi, justru ketidak berdayaannya membuat Avan tersenyum. Dan.. " Plash." Pandangan Sherin seketika menjadi gelap ketika sebuah tamparan mendarat kuat dipipinya, membuat darah segar seketika meluncur mulus dari hidung mancungnya. " Aku akan membalasmu Viona, aku pasti akan menyakitimu." Air mata Avan meluncur turun lalu mulai menarik rambut Sherin kasar. Semuanya menjadi gelap hanya karna... " Cinta".
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN