DELTA’S BIRTHDAY.

2231 Kata
DELTA’S BIRTHDAY. DELTA MONTANO, anak sulung dari dua bersaudara pasangan Brooklyn Montano dan Kayla Winata. Usianya hanya satu tahun lebih tua dari gadis yang saat ini tengah berjalan menuju taman dengan seorang anak laki-laki yang sangat dikenalinya. Ava namanya, Si Kembar yang… sangat menyebalkan. Delta tidak punya masalah dengan Eva. Atau bahkan Ava. Ia berani bersumpah tidak punya masalah dengan mereka berdua. Satu-satunya masalah yang ia miliki adalah kenapa… kenapa ia tidak terlahir lebih tua daripada Si Kembar? Kenapa justru lebih muda? Tidakkah Tuhan membuat hidupnya yang sudah rumit menjadi semakin rumit? Hari ini adalah hari ulangtahunnya yang ke 12. Luar biasa! Begitu kata kedua orangtuanya. Ayahnya berkata, “Kau tumbuh dengan sangat cepat, Kawan.” Sedangkan Ibunya justru menangis sambil memeluknya sembari mengucapkan sesuatu yang cukup sering diucapkannya akhir-akhir ini, “Delta, tumbuhlah menjadi anak yang baik. Mommy sangat mencintimu.” Delta tidak perlu merasa membalas kata-kata ibunya. Semua orang tahu kalau mereka saling menyayangi. Bahkan adiknya, Volta Montano yang hanya selisih dua tahun dengannya ikut membisikkan doa terbaiknya. Doa paling konyol yang isinya, “Kuharap kau selalu bahagia, kakakku. Kalau kau punya koleksi fim dewasa, tolong katakan padaku karena aku penasaran dengan adegannya.” Setelah Volta menutup mulutnya, Delta melotot pada adiknya. Ia tahu Volta hanya bercanda, tapi candaan itu sama sekali tidak lucu. Delta dan Volta masih tertalu kecil untuk sebuah… film dewasa. Jika kedua orangtuanya tahu, mereka mungkin akan menghukum mereka dan tidak akan membiarkan mereka keluar saat akhir pekan pekan. Yang artinya, itu adalah bencana. Sekali lagi, Delta melirik Ava dan teman laki-lakinya yang tak lain adalah salah satu teman bermainnya. Delta ingin sekali bergabung dengan mereka berdua. Namun apa daya, pasta ulang tahun sialan ini tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Ia mengeluh dalam hati, kenapa harus ada pesta ulang tahun di saat Ava dan teman laki-lakinya menghilang di balik rumput taman? Kira-kira apa yang sedang mereka lakukan? Apakah mereka berciuman? Atau berpelukan? Pertanyaan-pertanyaan itu menggantung di benaknya layaknya awan yang menggantung tinggi di langit. Delta memejamkan matanya rapat-rapat. Baiklah, ia harus bertindak. “Dad, apa aku boleh ke toilet sekarang?” bisiknya pada sang ayah. Brooklyn Montano menggeleng lembut. “Maaf, Nak. Tidak boleh. Pesta akan dimulai sebentar lagi. Setelah memotong kue, kau boleh pergi.” “Tapi aku… ingin pipis.” Bisiknya lagi. “Kau sedang berbohong. Daddy tahu itu. Bersabarlah, sebentar lagi pesta ini selesai.” kata ayahnya bijak. Sebagai anak laki-laki, Delta memang lebih sering menghabiskan waktu bersama ayahnya. Brooklyn Montano adalah ayah terbaik di dunia versi keluarga itu. Meskipun bibinya, Beverly Montano tidak sependapat dengan mereka, Delta dan Volta sama sekali tidak mempedulikan hal itu. Sebagai jawaban, Delta hanya mengangguk. Baiklah ia akan menurut. Sepuluh menit kemudian, pesta ulang tahun dimulai. Para tamu undangan yang terdiri dari kerabat dekat dan teman-teman ayahnya mulai menyanyikan lagu ulang tahun dan memintanya untuk meniup lilin. Setelah semua lilin padam, Delta diminta untuk memotong kue ulang tahunnya yang berbentuk mobil yang cukup besar. Benar-benar kue yang berlebihan. Pikirnya. Delta bermaksud memberikan potongan pertama untuk Ava. Namun, gadis itu berdiri di barisan paling belakang dan sibuk berbincang dengan laki-laki menyebalkan bernama Jordan. Delta sama sekali tidak suka dengan keakraban mereka berdua. Ia ingin menyumpal mulut Jordan dengan sepatunya agar anak itu diam saat itu juga. Ah, seandainya bisa semudah itu! “Jadi, kau akan memberikan potongan pertamanya untuk siapa?” tanya ibunya saat Delta hanya diam saja di tempatnya. “Untukmu, Mom.” Ucapnya pada sang ibu. Dalam sesaat, tempat itu dipenuhi sorakan yang cukup memekakkan telinga. Orang-orang memuji tindakannya karena memberikan potongan kue pertamanya untuk sang ibu. Potongan kedua untuk sang ayah dan ketiga untuk adik laki-lakinya. Acara pesta ulang tahun itu berlanjut seperti seharusnya. Delta mengamati sekeliling dan tidak menemukan Ava dan Jordan di sana. Seketika ia panik, ia menarik ayahnya mendekat dan berbisik kepada sang ayah. “Dad, aku harus pergi sekarang.” Katanya memohon. Brooklyn yang sudah memahami situasinya hanya bisa mengangguk setuju. Delta akhirnya bisa bernapas lega. Ia menyelinap lewat belakang dekorasi pesta yang sengaja diadakan di luar ruangan itu. Delta berjalan menuju taman tanpa diketahui oleh siapa pun. Ia berpasasan dengan beberapa teman sekolahnya dan anak-anak dari rekan kerja ayahnya. Ia mengabaikan semua itu dan memilih untuk berjalan cepat menuju taman rumahnya. Untungnya ia tahu detail tentang taman tersebut sehingga mudah baginya menyisir setiap bagian dari tempat itu. Lama ia mencari., akhirnya ia menemukan Ava dan Jordan tengah duduk sembari memandangi kolam ikan. Mereka tampak asyik berbincang sembari menikmati camilan. Sesekali, Delta mendengar Ava tertawa girang karena candaan Jordan. Hal itu membuatnya sedikit jengkel. Delta berpikir sejenak, ia tidak punya banyak waktu. Satu-satunya yang bisa ia lakukan saat ini adalah menyingkirkan Jordan agar ia punya banyak waktu bersama Ava. Delta mengamati sekitar dan mendapati seekor ulat bulu yang cukup besar bertengger di daun tempatnya bersembunyi. Tiba-tiba, terbesit di benaknya untuk menjadikan ulat tersebut sebagai bahan untuk menjahili Jordan. Dengan hati-hati, ia mengambil daun tersebut dan berjalan tenang menuju Jordan dan Ava. Untungnya mereka membelakangi dirinya, hal itu memudahkan Delta untuk meletakkan ulat bulu di punggung Jordan. Setelah berhasil melakukannya, Delta melangkah menuju keduanya dan berhenti di sisi tempat duduk Ava dan Jordan. “Hai…” sapanya pada mereka berdua. Ava dan Jordan sepertinya tidak menyadari kehadirannya. “Oh, hai Delta.” Sahut Ava lengkap dengan senyumnya. Melihat hal iu, Delta hanya bisa meneguk salivanya. Ia sangat yakin saat ini wajahnya merona seperti kepiting rebus. Astaga… sebuah senyuman memang mengubah segalanya, ya? “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya gadis itu. “Apa pestanya sudah selesai?” Delta menggeleng. “Kurasa belum. Aku mencari kalian, kupikir kalian mau bergabung dengan kami.” “Untuk?” Jordan menyela pembicaraan Ava dan Delta. “Jangan bilang kalau kami harus ikut melompat-lompat di dalam kolam renang untuk mendapatkan hadiah. Percayalah, Delta, aku dan Ava sudah cukup besar untuk permainan semacam itu. Kurasa permainan itu tidak lagi cocok untuk kami.” Ceramah Jordan panjang lebar. Delta sedikit tersinggung, ia tahu betul apa yang tengah dipikirkan Jordan. “Tidak. Tapi mungkin kalian mau membantuku-“ “Tidak, terima kasih.” Jordan menyela lagi. “Nikmati pesatamu, Kawan. Kami akan menunggu di sini sampai pesta selesai. Bukankah begitu, Ava?” Ava mengangguk setuju. “Jordan benar, Delta. Ini adalah hari bahagiamu. Nikmati pestamu dan jangan pedulikan kami.” Kali ini Delta benar-benar tersinggung dengan ucapan Jordan. Sejak awal ia tahu kalau kedatangan Jordan hanya akan membuat pestanya kacau. Pria itu bersikap sok dewasa. Benar-benar menyebalkan! “Jordan, lihat apa yang ada di punggungmu!” serunya pura-pura terkejut. Mendengar hal itu, Jordan langsung berdiri dari duduknya dan melihat lewat bahunya. Ava juga melakukan hal yang sama. Kini mereka bertiga berdiri dengan memandangi punggung Jordan. “Apa yang kaulihat?” tanyanya lebih kepada Ava. “Ulat bulu!” Ava menatap ngeri “Astaga!” tanpa pikir panjang, Jordan langsung melepaskan bajunya melewati kepala dan mengibaskannya di udara agar ulat itu pergi dari bajunya. Namun sial, saat ia melakukan  hal itu, ia tidak memprediksi keberadaan Delta sehingga Delta yang berada tepat di hadapannya tidak sengaja terkena baju tersebut dan terjerembab ke belakang. Dan… Byurrrr…. Baik Ava maupun Jordan sama-sama terjekut mendengar suara itu. Apalagi Delta, ia sama sekali tidak menyangka akan berkahir seperti sekarang. Delta mendapati dirinya telah berada di dalam kolam ikan. Bahas kuyup dan tentu saja memalukan, ia melihat Ava melongok ke dalam kolam, menatapnya ngeri. “Delta!” seru gadis itu panik. “Apa kau bisa berenang?” tanyanya dengan ekspresi ngeri. “Aku baik-baik saja.” Katanya pasrah. Kisah ini benar-benar tidak berakhir sesuai ekspektasinya. “Aku akan menolongnya,” ucap Jordan setelah melempar bajunya ke kursi. Anak itu ikut melongok ke bawah dan mengulurkan satu tangannya kepada Delta. Bukannya menerima uluran tangan Jordan, Delta justru menepisnya. “Aku bisa naik sendiri.” katanya penuh percaya diri. “Terserah kau saja.” Sahut Jordan kesal. Ia lalu meminta bajunya dari Ava dan menyingkirkan ulat bulu dengan menggunakan ranting kecil yang ia temukan tak jauh dari kursi. Delta membawa kaki kecilnya melewati undakan kecil tempat di mana ikan-ikan di kolam itu berenang. Memang, kolam itu tidak cukup dalam tapi tetap saja ia nyaris tenggelam. Bukannya air kolam yang ia permsalahkan, tetapi bau amis yang kini melekat di tubuhnya. Ia tidak tahu bagaimana penampilannya kali ini. Basah kupup dan amis adalah perpaduan sempurna untuk membuat seoraang gadis jijik padanya. Delta menyentuh pegangan kecil yang terbuat dari batu yang menempel di sisi kolam dan berusaha untuk naik. Namun, usahanya gagal dan ia kembali tercebur ke kolam. “Delta!” seru Ava cemas. “Apa kau baik-baik saja?” Kepala Delta keluar dari dalam air kolam. “Ya.” katanya penuh percaya diri. Ia tentu saja tidak mau terlihat konyol di hadapan gadis yang selama ini telah membuatnya terpesona. Ia harus terlihat keren di mata Ava. Itulah sumpahnya. “Licin.” Katanya sambil mengulas senyum. Delta kembali berusaha naik, kali ini dnegan bantuan tangan mungil Ava. Ia akhirnya sampai di atas tanah berumput. Namun, kerumunan di belakang mereka akibat teriakan Ava membuatnya semakin malu. Orang-orang berjalan ke arah mereka bertiga. Mereka ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mustahil Delta melarikan diri dari tempat itu karena mereka terlanjur melihatnya basah kuyup. Jadi, satu-satunya yang bisa ia lakukan saat itu adalah menghadapi kerumunan yang penuh rasa penasaran itu dan menjawab pertanyaan mereka. “Ada apa ini?” ibunya yang pertama kali bertanya. “Delta terjatuh ke kolam.” Ava menjawab untuknya. Delta merasa sangat tersanjung. “Bagaimana bisa?” tanya ibu Ava. “Aku tidak sengaja membuatnya terjatuh.” Kali ini Jordan yang menjawab. Meski sebagian para ibu khawatir dengan keadaan Delta, tetapi mereka tentu tidak bisa menahan tawa mereka lebih lama lagi. Delta menyadari semua itu. Semua mata tertuju padanya dan semua orang mati-matian menahawan tawa. Karena tidak kuat dengan situasi saat itu, ia akhirnya memutuskan untuk undur diri dan bernganti pakaian. “Aku akan menemanimu.” Tiba-tiba ia mendengar suara Ava di belakangnya. Delta menoleh dan mendapati gadis itu berjalan ke arahnya. Mereka lalu melangkah bersama dalam keheningan. Malu, itulah yang saat ini Delta rasakan. Ia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Dan kenapa pula rencananya mempermalukan Jordan justru berakhir pada kesialan yang menimpanya? “Ngomong-ngomong, selamat ulang tahunb, Delta. Doa-doa terbaik untukmu.” Ucap Ava saat mereka nyaris mencapai rumah. “Terima kasih.” Delta menegakkan punggung. Sepertinya Ava sama sekali tidak keberatan dengan keadaannya yang sekarang. “Terima kasih juga sudah datang.” Tambahnya. “Sama-sama.” Ava mengambil sebuah kotak kecil dari tasnya. Ia lalu memberikan kotak tersebut pada Delta. “Isinya gelang. Aku sengaja menyiapkannya untukmu. Semoga kau suka.” Delta menerima kado sederhana itu. Ia membuka kotak pembungkus dan melihat isinya. Sebuah gelang dengan inisial namanya. Warnanya hitam dan terlalu besar jika dipakai sekarang. “Kurasa masih terlalu besar jika kau pakai sekarang.” Ucap Ava penuh sesal. “Aku tidak bisa menemukan yang lebih bagus dari itu.” Delta menoleh, mendapati Ava menatapnya sedih. “Ini kado terbaik yang kudapatkan tahun ini.” Katanya jujur. “Selain masuk ke kolam ikan dan ditertawakan oleh para tamu?” tanya Ava dengan kekehan kecil dalam suaranya. “Baiklah, itu kado terhebat kedua.” Akunya. Ava terkekeh geli, ia lalu membawa tangannya ke atas kepala Delta dan mengusapnya layaknya anak kucing yang butuh belaian. “Semoga harimu menyenangkan, Delta. Kau anak yang baik.” Delta menelan salivanya saat Ava menurunkan tangan. Anak baik? Itukah yang tadi Ava katakan? “Kau menganggapku anak-anak?” tanyanya tidak bisa menahan diri. “Hey, aku lebih tua darimu. Wajar bukan kalau aku berkata begitu.” Ava mencubit pelan pipi Delta dengan sayang. “Kau lucu!” “Tapi kita hanya selisih satu tahun.” Sanggahnya. “Kurasa itu tidak masalah.” “Memang tidak.” Ava menelengkan kepalanya. “Tapi bagiku kau tetaplah adik yang manis. Sampai kapan pun, kau akan selalu menjadi adik yang akan kulindungi. Jika kau punya masalah dengan Jordan, katakan saja padaku. Aku akan memberinya pelajaran. Ini rahasia kita, jangan katakan pada siapa pun! Apa kau mengerti?” Delta melongo. Itukah yang selama ini dipikirkan Ava? Hanya adik? “Tapi aku bukan anak kecil lagi. Kau tidak boleh menganggapku anak-anak!” tegurnya. Sekali lagi, Ava meletakkan tangannya di kepala Delta dan mengusap rambutnya dengan gemas. “Jadi, kau mau dipanggil apa? Jagoan? Superhero? Atau apa?” “Aku sudah besar, Ava. Lihat, tinggi kita bahkan nyaris sama.” Delta berdiri di sisi Ava hanya untuk membuktikan pada gadis itu kalau ia bukan anak-anak lagi. “Aku tahu.” Ava mengulas senyum melihat tingkah Delta. “Kau sudah 12 tahun sekarang. Kau sudah besar. Itukah yang ingin kaudengar dariku?” “Tolong jangan perlakukan aku seperti anak-anak.” “Baiklah, mulai sekarang aku tidak akan melakukannya. Apa lagi yang kauinginkan?” “Mmm…” Delta berpikir sejenak. Ia tidak punya ide sama sekali. “Masuk dan ganti bajumu. Kau bisa sakit kalau terus berdiri di sini.” “Aku…” “Delta…” Ava menyilangkan kedua tangan di depan d**a. “Masuk!” katanya lagi. Delta merengut. “Baiklah.” Putusnya. “Hati-hati di jalan. Jangan sampai kau terjatuh lagi.” seru Ava saat melihat Delta mulai berjalan mendekati pintu. Delta menoleh sekilas pada Ava. Hari ini adalah permulaan. Ia mempermalukan dirinya sendiri di saat ia hendak menarik perhatian gadis itu. Dan hal itu berulang terus-menerus sampai mereka beranjak dewasa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN