Bab 34. Petaka

1292 Kata

Saka mengguyur seluruh tubuhnya di bawah shower. Ia memejam dan mencoba melupakan semua yang tadi ia lihat. Entah kenapa, pikirannya bisa sejauh itu. Bukankah ia sudah menahan diri selama ini agar kejadian bersama Sela tidak terulang lagi? Pria itu menyugar rambutnya yang basah dengan gusar. Setiap kalau ia membuka mata, bayangan Sania yang tak terpuaskan di ranjang membuat jiwanya meronta. Ia tak tega, atau lebih tepatnya kasihan. Apakah Pram benar-benar tidak menyadari kekecewaan sang istri? Ingin sekali Saka masuk ke kamar keduanya dan mengatakan pada sang kakak jika Sania butuh lebih dari itu. Bukankah sudah menjadi tugas suami untuk memberikan nafkah batin yang benar pada istrinya. "Astaga, Saka. Kenapa pikiranmu segila ini?" bisiknya. Pria itu menggeleng lemah. Kemudian, segera

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN