"Ya, Mbak," sahut Saka lirih. Pria itu memejam usai menyahut ucapan sang kakak ipar. Kendatipun dadanya berdebar dengan hebat, tapi pria itu harus menenangkan dirinya. Ini adalah pengobatan. Bukan sekadar penghangat tubuh saja. Sania butuh ini karena tubuhnya sudah hampir kehilangan panas. Jadi, Saka tidak mau berpikir lebih jauh lagi. Beberapa jam berlalu. Dengkuran halus terdengar dari wanita yang kini ada dalam dekapannya. Sepertinya, semuanya sudah kembali normal. Namun, Sania tidak mengendurkan dekapannya. Wanita itu makin merasa nyaman demi menyelesaikan mimpi. Sampai akhirnya pagi menyapa. Sania berniat mengubah posisi tidurnya ketika kemudian ia tersadar. Sekarang posisi mereka berubah. Bukan Saka yang memberi kehangatan, tapi ia yang bersembunyi di d**a Sania yang nyaman. S