Love Your Self

1000 Kata
Aleah pov Aku sangat sering merasa semua ini tidaklah adil. Kenapa semua ini harus terjadi padaku adalah pertanyaan yang selalu muncul. Tidak bisa merasakan apa yang seharusnya aku rasakan bukanlah hal yang menyenangkan. Bersekolah, mempunyai teman, berlarian kesana-kemari, travelling, piknik, mengobrol santai di kafe sepulang sekolah, makan ice cream, mempunyai kekasih, melihat matahari terbit dan terbenam, dan hal lainnya. Semua serba dibatasi karena kekuranganku.  Tapi disisi lain aku merasa sangat beruntung dapat lahir dikeluarga ini, sungguh. Mereka menyayangiku apa adanya, menerimaku setulus hati, mencintaiku, melindungiku, menjagaku. Mereka juga tak pernah membuat aku merasa tertekan dan membiarkan aku merasa terpuruk. Mereka bahkan mengajakku untuk bersyukur dan mencintai diriku apa adanya. Papa, Mama dan kak Frans adalah duniaku. Bibi Sari, Pak Prapto, Chef Ajeng, Kak Franda, Miss Angel, Dokter Claudia dan Mom Willa juga adalah orang-orang terbaik dalam hidupku. Mereka yang membuatku selalu berpikir positif dan mencintai diri sendiri. "Bi, Mom Willa udah dateng?" Bibi Sari yang sedang melipat selimut melirikku sebentar. "Belum non, mungkin lima belas menit lagi. Non juga kan harus sarapan." Aku mengangguk paham. "Mama ada dibawah kan?" "Iya non, lagi sibuk masak bareng Chef Ajeng." Aku menempelkan poster pesananku yang baru saja sampai pagi ini di dinding. "Duh ganteng banget ya non itu si Adennya." Aku terkikik geli tanpa mengalihkan tatapanku dari wajah tampan idolaku ini. "Iyalah bi, apalagi kalo lagi nyanyi sambil ngedance makin cakep berlapis-lapis." Celetukku mengusap wajahnya diposter itu. "Yaudah atuh non, jangan diliat terus. Tiap hari juga pasti lihat, sekarang mending kita turun kebawah untuk non sarapan." Aku mengangguk dan memimpin jalan. "Morning Mama, Chef Ajeng." Sapaku ketika melihat mereka yang sibuk menata makanan di meja. "Pagi non." "Morning princess Mama. Gimana tidur kamu nyenyak?" Mama merangkum wajahku dan mengecupnya dengan begitu banyak kecupan. "Nyenyak kok Ma. Oh ya, Mama dan Chef Ajeng masak apa pagi ini?" "Tentunya sayur dan makanan empat sehat lima sempurna lain kecuali s**u untukmu." Ujar Mama yang mengusap rambutku sayang. Mama adalah malaikat hidupku, diumur yang ke delapan belas tahun ini aku masih saja diperlakukan selayaknya anak kecil olehnya. "Tenang aja non. Saya sudah buatkan jus buah naga." Aku mengangguk dan mengucapkan terimakasih. "Sorbey pesananku udah jadi Chef?" Ku lihat ia mengangguk mantap dengan senyum lebarnya yang mengembang. "Sudah non, bahkan semuanya lengkap. Ada rasa strawberry, blueberry, melon, peach, mangga dan buah lain juga ada non." Aku mengangguk kembali. "Terimakasih ya Chef Ajeng. Memang terbaik deh." Aku memberi satu jempol san keadipan mata. Mama terkekeh begitupun Chef Ajeng. "Kamu kalo udah dituruti maunya bisa aja muji." Ujar Mama mengusap rambutku kembali. "Mama liat papa dulu ya diatas." "Oke ma." Tak butuh waktu lama aku menunggu, Mama dan Papa muncul diikuti kak Frans yang baru saja pulang hari minggu kemarin. "Pagi puteri cantik papa." Dikecupnya pucuk kepalaku. "Pagi juga pa." "Pagi my lovely sister." Kini kecupan mendarat di pipiku. "Morning brother." "Ayo kita mulai makan." Sesuai ucapan papa makan pagi pun dimulai, dengan mama yang begitu perhatian mengisi piring kami yang kosong. "Pagi ini Frans jadi ikut ke kantor pa?" Tanya Mama yang meneliti penampilan putera sulungnya. "Iya ma, hitung-hitung latihan sebelum Frans benar-benar bekerja disana satu bulan lagi."  "Jadi papa benar-benar akan mengadakan jamuan makan itu dua minggu lagi disini?" Tanya Mama sedikit membuatku tertarik. Setelah sekian lama tidak pernah ada jamuan seperti yang dikatakan mama di rumah ini. "Iya ma. Lagi pula kita tidak pernah mengadakan acara apapun dirumah. Jika kita mengadakan di hotel bisa saja, tapi papa tidak tega meninggalkan Leah dirumah sendirian." "Bukankah jika kita mengadakan dirumah akan semakin membuat yang lain tahu keberadaan puteri kita pa? Bagaimana jika Leah diculik? Mama tidak mau hal itu terjadi." "Ma, Aleah gak apa-apa kok. Mau ditinggal sendiri atau harus berada dikamar semalaman. Leah bisa menjaga diri, mama gak perlu khawatir." Ujarku menenangkan Mama.  "Aleah, mama lebih memilih kamu sendirian dirumah ini tapi bisa aman dengan Chef Ajeng dan Bibi Sari dari pada membiarkan orang lain datang kerumah kita dan bisa saja menemukan kamu. Bisnis itu kejam sayang, Mama tidak mau kamu terlibat hal semacam itu." Pancaran mata Mama yang begitu sedih membuatku tak tega. Memang sejak awal, aku mengerti tentang diriku dan disembunyikan di istana ini aku tidak pernah diperkenalkan di publik atau kolega bisnis papa. Meraka hanya tahu bahwa keluarga Dakota hanya mempunyai seorang putera. Pada awalnya aku berpikir mengapa kedua orang tuaku begitu? Aku merasa itu tidak adil. Aku juga anak mereka tetapi mengapa tidak diakui. Tentu saja membuat hatiku sedih. Hingga akhirnya aku diberi penjelasan oleh mereka bahwa ini demi kebaikan ku. Meraka begitu menyayangi diriku hingga tak ingin aku dalam bahaya dan menjadi sasaran empuk untuk menjatuhkan papa. Bukan masalah harta yang mereka pikirkan tapi keselamatanku. Aku terharu mendengarnya lalu mencoba mengerti. "Mama Aleah tidak apa-apa sungguh. Leah akan kunci pintu kamar dan semua akan baik-baik saja sampai acaranya selesai." Perbincangan alot di sarapan pagi ini akhirnya usai dengan mama yang mengalah. "Non, Mom Willa sudah datang dan menunggu anda diruang belajar." Aku mengangguk dan pamit kepada tiga orang yng berati dalam hidupku itu. Melangkah pelan menuju lift kecil dirumahku ini dan menekan tombol menuju lantai tiga. Rumahku memang berlantai tiga, walau hanya ada empat orang anggota keluarganya, tetapi memang ruang ini sudah dirancang dengan matang. Di lantai satu tentu saja ada ruang tamu, ruang tengah, ruang keluarga, ruang makan, dapur dan aula besar yang berhadapan langsung dengan taman belakang rumah yang besar.  Di lantai dua hanya ada kamarku, kamar kak Frans, kamar Mama Papa, ruang kerja kak Frans dan Papa. Di lantai tiga ini katanya dibuat khusus untukku. Karena kondisiku yang tidak boleh keluar rumah di siang hari jadi semua fasilitas ada dilantai ini. Mulai dari ruang belajar khusus, ruang spa dan salon, ruang karaoke dan bioskop mini, ruang gym, dan lainnya. "Selamat pagi nona Aleah." "Selamat pagi Mom Willa, maaf membuat anda menunggu." Aku pun terduduk manis di tempat dudukku. "Tidak apa Aleah, bisa kita mulai pelajaran hari ini?" Aku mengangguk mantap. "Senin di minggu kedua ini kita akan belajar matematika sesuai dengan jadwal." "Oke mom." Vote and Comment guys!!! TheHalfsoul❤
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN