Chapt 21. Panic, Heart Attack?

1938 Kata

            Caca tidak tahu harus berbuat apa. Dia menoleh ke arah Aiyaz, lalu berjalan mendekatinya. “Mas Aka … Embun menghubungiku?” Deg!             Dia mengarahkan ponselnya ke arah Aiyaz, hingga pria itu mulai memijit keningnya. “Astaga! Jangan dijawab!” pinta Aiyaz lalu menghela kasar napasnya.             Ada apa lagi ini, pikirnya. Si tiga anak macan itu justru mengganggu waktu sore mereka.             Caca juga enggan menjawab panggilan dari Embun. Sebab dia tidak mau jika mereka bertiga banyak bertanya dimana keberadaannya.             Karena dia lama menjawab, akhirnya sambungan telepon terputus. “Sudah putus, Mas.” Dia kembali mengarahkan ponselnya ke arah Aiyaz.             Dia melihat layar ponsel itu. Tapi tidak lama berselang detik, justru panggilan video muncul di

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN