BAB 6

1663 Kata
Bel berbunyi menandakan jam pelajaran akan segera di mulai. Para siswa di sekolah itu segera berhamburan memasuki kelas mereka. Tapi tidak dengan seorang gadis yang mengendap-endap menuju kamar mandi yang lumayan jauh dari kelasnya. “Hei ... apa yang kau lakukan di sana? Apa kau tidak dengar? Bel sudah berbunyi seharusnya kau masuk ke kelasmu?” seorang lelaki paruh baya yang merupakan seorang guru di sekolah itu tak sengaja melihat Fiona yang diam-diam bejalan ke lain arah. Fiona menghentikan langkahnya, dalam hati ia merutuk kesal karena tertangkap basah oleh seorang guru. Fiona segera memasang wajah canggungnya dan berbalik menatap gurunya. “Maafkan aku, Pak. Aku hanya ingin ke kamar mandi sebentar aku sudah kebelet pipis. He he he ...” Melihat wajah Fiona seketika wajah lelaki paruh baya itu berudah drastis. Yang tadinya memasang wajah dingin kini memasang wajah ramah. “Ah. Ternyata Nak Fiona. Aku kira siapa. Ya sudah ... setelah ini cepat ke kelas yah. Sebentar lagi jam pelajaran dimulai,” ujar sang guru dengan nada ramah. “Iya, Pak.” Sang guru lelaki itu pun hanya bisa menghela napas saat melihat Fiona meninggalkannya. Ia sudah sangat hapal dengan prilaku Fiona. Ia sangat tahu apa yang akan siswanya itu rencanakan jika berada di kamar mandi. Jika bukan karena keluarga Fiona yang sangat kaya raya dia pasti akan menegur dan tak akan memaafkannya. Hanya saja keluarga Fiona sangat berpengaruh bahkan orang tua Fiona adalah salah satu donatur di sekolah ini. Jadi ia tak bisa berlaku keras dengan Fiona. “Ahh. Sudahlah biarkan saja dia pergi ...” desahnya malas lalu berjalan masuk ke sebuah kelas di mana ia akan memulai pembelajaran. **** “Ahh. Untung saja. Pak Doni membiarkanku pergi,” desah Fiona lega sambil mengelus-elus dadanya yang sempat berpacu sangat kencang saat ketahuan oleh seorang guru. Setelah mengatur napasnya dan kembali normal. Wanita itu segera melepas tas ranselnya lalu membuka isinya. Saat tasnya terbuka lebar. Wanita itu sedikit tersenyum saat melihat sepasang baju ada di dalamnya. Wanita itu segera mengeluarkan baju tersebut dan memakainya cepat. Setelah menganti pakaian wanita itu segera memasukkan baju seragamnya ke dalam tas. Lalu membuka pintu. Saat pintu kamar mandi terbuka. Wanita itu segera mengecek keadaan sekitar. Melihat ke arah kanan dan kiri. Mencari-cari apakah ada siswa atau guru yang lewat di sekitar wc. Saat merasaa situasi sudah aman. Wanita itu segera keluar dengan mengendap-endap layaknya seorang pencuri. Wanita itu terus melangkah diam-diam menuju belakan sekolah. “Wahh. Dindingnya sangat tinggi ...” desak Fiona sedikit kesal. Wanita itu pun bersandari pada dinding dan memikirkan cara untuk keluar dari sekolah. Lewat pagar sekolah tak memungkinkan karena ada pelayan dan bodyguardnya yang menjaga di depan. Ia tak bisa lewat ke sana kecuali jika ingin cari mati. Setelah beberapa menit berpikir keras cara untuk keluar. Sebuah ide pun terlintas di pikirannya. “Mau tidak mau aku harus manjat ... hanya ini jalan satu-satunya untuk keluar dan menemui Rian.” Fiona segera mencari sesuatu yang dapat memnatunya untuk memanjat. Lalu kedua matanya tertuju pada beberapa batu bata yang tak terpakai berserakan di tanah. Wanita itu segera membuka tasnya untuk mengambil kaos tangan. Ia tak ingin jari-jari indahnya kotor saat memegang batu bata tersebut. Setelah memakai kaos tangan Fiona segere menyusun batu bata tersebut satu persatu. Setelah tersusun rapi wanita itu segera memanjat. Sebuah senyumat tercetak kembali di wajahnya saat ia telah sampai di atas dinding. Namun, senyumannya berubah menjadi tatapan horror saat melihat pemandangan bawah kakinya. Awalnya ia sempat ragu untuk turun dan berencana untuk kembali ke semula karena takut. Tapi demi cinta yang ia berikan pada lelaki idamannya ia rela menahan ketakutannya. Ia harus berani dan kuat. Fiona segera menggerakkan tubuhnya dan mencoba untuk turun. Hampir lima belas menit ia mencoba turun. Dan alhasilnya ia malah berakhir bergelantungan di dinding karena takut lompat ke bawah mengingat jarak antara tubuhnya dan tanah sangat tinggi. “Tolongggg!!! Tolong!” Fiona terus berteriak meminta tolong. Sayangnya tak ada yang mendengar suaranya karena para siswa saat ini pasti telah sibuk dengan materi di kelas. Sedangkan para pelayan dan bodiguardanya ada di depan gerbang mereka tak mungkin mendengar jeritan minta tolongnya. Fiona terus bergelantungan dan meminta tolong. Hingga tiba-tiba saja tangannya tak kuat lagi menahat berat badannya. Fiona pun menutup kedua matanya saat ia melepas jari-jarinya pada dinding dan berdoa dalam hati semoga setelah ini tubuhnya baik-baik saja. Tepat saat itu juga seorang lelaki kebetulan lewat dan melihat Fiona. Sebelum Fiona jatuh ke tanah lelaki itu terlebih dahulu menangkap Fiona. Spontas tangan Fiona bergelantungan di leher lelaki tersebut. Tatapan keduanya bertemu. Tapi hitungan detik kemudian, lelaki itu melepas tangannya dan membiarkan Fiona terjatuh di tanah hingga menimbulkan jeritan kesakitan dari wanita tersebut. “Yakk! Apa yang kau lakukan? Sakit tahu!” pekik Fiona marah. “Tubuhmu sangat berat. Aku tak kuat mengangkatmu,” ujar lelaki tersebut tanpa ada rasa bersalah sama sekali. Wajah Fiona seketika berubah merah. Kata-kata lelaki itu tergian-gian di kepalanya. “Tubuhmu sangat berat.” “Tubuhmu sangat berat.” Sebuah kalimat yang sangat di benci oleh kau hawa. Dan lelaki itu menyebut kalimat laknat tersebut sungguh membuat Fiona seketika trauma. Darah wanita itu kian mendidih lalu ia berdiri dan mengeluarkan jurus andalannya yaitu memukul lelaki itu tepat di wajahnya. “Apa kau bilang! Kau bilang aku berat. Lancang sekali bicaramu! Kau i_” maki Fiona kesal. Tapi pukulan Fiona seketika berhenti saat melihat jelas siapa yang bediri di hadapannya. Dia adalah lelaki yang telah merebut hatinya. Lelaki yang membuatnya bolos sekolah hanya ingin mencarinya. Tak di sangaka lelaki itu muncul dengan sedirinya di hadapannya. “Ka ... kau...” Fiona tak bisa melanjutkan perkataannya karena terlalu gugup sekaligus tak percaya dengan apa yang ia lihat. “Sudah aku bantu kau malah memarahiku ... ya sudahlah aku pergi saja. Aku tak ingin berdebat denganmu.” Lelaki itu segera melangkah pergi meninggalkan Fiona. “Eiiit ... tunggu!” pekik Fiona menghentikan lelaki tersebut. Lelaki itu berhenti menatap Fiona dengan tatapan kesal. “Ada apa lagi sih.” Fiona berjalan mendekatinya. “Kau ... kau Rian kan?” “Dari mana kau tahu namaku?” “Ahh. Jadi benar! Kita benar-benar telah di takdirkan berjodoh. Ahh syukurlah aku menemukanmu dengan cepat.” “Apa sih yang kau bicarakan. Aku pergi dulu aku masih punya banyak kerjaan.” Lelaki bernama Rian itu kembali meninggalkan Fiona sediri. Rian kembali ke tempatnya di mana ia tinggalkan gerobak nasi kuningnya yang ada di seberang jalan. Lelaki itu segera mendorong gerobaknya dan berteriak nyaring untuk mencari pembeli. “Nasi kuning panas! Nasi kuning panas!” Hampir satu jam lelaki itu berjalan mencari pembeli. Tak menyadari Fiona yang sedari tadi mengikutinya secara sembunyi-bunyi. Tak hanya itu diam-diam Fiona mengambil foto Rian tanpa lelaki itu sadari. Karena terlalu fokus dengan kameranya Fiona tak sengaja menabrak dua preman yang kebetulan lewat. “Yak! Apa kau lakukan!” bentak salah satu preman. Bukannya minta maaf Fiona malah meninggalkan preman tersebut. Karena sejak kecil ia tak pernah mengatakan maaf pada seseorang. Melihat tingkah Fiona yang sangat keterlaluan. Salah satu preman segera menagkap tangan Fiona bahakan meremasnya tangannya hingga tercetak bayangan merah di tangan gadis tersebut. “Apa yang kau lakukan! Sakit tahu!” maki Fiona. “Apa sakit! ini ulahmu sediri. Seenaknya saja menabrak orang lalu pergi begitu saja. Kau pikir siapa.” “Apa kau tidak tahu!” “Aku tak tahu dan tak ingin tahu!” “Dasar preman tak tahu malu ...” maki Fiona lalu salah satu tangannya segera melayangkan sebuah pukulan telah di wajah preman tersebut. Alhasil pukulannya membuat dua preman tersbeut semakin marah padanya. “Kau ... berani sekali kau memukulku ...” preman itu sangat marah dan segera membalas pukulan Fiona. Tapi, sebelum tangan preman tersebut menyentuh wajah Fiona. Sebuah tangan menangkap tangannya dan menghentikannya. “Siapa kau! Mau jadi pahlawan kesiangan yah.” “Aku tak suka jika ada lelaki yang berlaku kasar pada wanita,” desis lelaki itu yang tak lain adalah Rian. Saat itu Rian sibuk melayani pembelinya hingga ia mendengar suara ribut. Saat ia berbalik ia melihat Fiona yang berantam dengan dua preman yang tak di kenal. “Berensek ...” salah satu preman segera melayangkan pukulan. Rian dengan cepat menghindar dan akhirnya terjadilah sebuah perkelahian antara Rian dan dua preman tersebut. Fiona melihat perkelahian tersbeut dengan mata berbinar-binar layaknya ia tengan melihat sebuah pertunjukkan action yang sangat seru. Fiona terus bersorak menyemangati Rian. Setelah beberapa menit berlalu perkelahian itu pun terhenti saat Rian telah memenangkan perkelahian tadi. Fiona segera mendekat. “Wahhh. Kau sangat keren ... kita benar-benar telah di takdirkan untuk bersama. Mulai sekarang kau harus menjadi milikku. Melayaniku dan menjagaku tiap hari ...” “Ha? Dengar yah. Aku tak mengenalmu. Dan juga sebaiknya kau pergi dari sini. Ada banyak preman di sekitar sini. Sangat berbahaya jika kau jalan sendiri.” Mendengar pekataan Rian malah membuat Fiona senang karena perkataan lelaki itu seperti tengah mencemaskannya. “Aku harus kerja. Sebaiknya kau cepat pergi dan pulang,” ujar Rian sebelum berbalik dan kembali ke gerobak nasi kuningnya. Beberapa pembeli segera membayar pesanannya lalu pergi satu persatu. Rian segera meninggalkan tempat tersebut dan mendorong gerobaknya. Lalu kembali berteriak mencari pembeli. Hingga tak terasa malam pun tiba. Jualannya sudah habis dan inilah waktunya ia pulang ke rumah. Rian terus melangkah mendorong gerobaknya kembali ke rumah hingga tiba-tiba langkahnya terhenti saat mendengar suara wanita yang terjatuh di belakannya. Saat ia berbalik ia mendapati Fiona terjatuh di tanah. Rian segera mendekati Fiona dan membantunya berdiri. “Apa kau tidak apa-apa?” “Emm.” melihat wajah Rian yang mencemaskannya membuat mata Fiona seketika berkacara-kaca. “Kau kenapa bisa di sini. Kenapa kau tidak pulang?” bukannya menjawab air mata Fiona malah keluar dan membentuk aliran sungai kecil di wajahnya. Seketika Rian panik. Entah ada apa dengan wanita di hadapannya yang tiba-tiba saja menangis. “Ada apa? Kenapa kau menangis?” “Hiskkk ... hiskkkk ... aku tak bisa pulang ... hiskkk .... kau tak tahu aku ada di mana ,... hiskkk ... aku tersesattt .... hiskkk ....” “Apa! Aku tersesat!” TBC  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN