BAB 4

1274 Kata
“Lelaki ini harus menjadi milikku,” batin Fiona masih dengan menatap lelaki tersebut. Setelah mengikat semua penculik tersebut. Fiona mendekati lelaki tersebut dan tersenyum-senyum malu. “Terima kasih telah menolongku,” kata Fiona sambil mengulurkan tangan putihnya yang kurus. Lelaki itu hanya menatapnya sekilas lalu mengangguk. “Tidak apa-apa,” kata lelaki itu cuek dan tidak memperdulikan Fiona. Lelaki itu hanya fokus menghubungi polisi terdekat untuk menangani para penculik. Tak lama kemudian. Beberapa polisi datang menangani kasus penculikan tersebut. Lelaki tersebut berbicara dengan polisi untuk memberikan keterangan mengenai kejadian tersebut sedangkan Fiona sedari tadi tak henti-hentinya menatap lelaki penolongnya yang entah siapa namanya. “Apa, Nona tidak apa-apa?” sebuah suara mengangetkannya. Fiona berbalik dan menatap bodyguard dan para pelayannnya yang baru saja datang dengan peluh membanjiri tubuh mereka. “Kalian pikir aku baik-baik saja! Kalian dari mana saja! Aku hampir diculik oleh beberapa orang yang tidak aku kenal!” bentaknya. Para bodyguardnya dan pelayannya terdiam menerima amarah dari Nona mudanya. “Maafkan kami,” ujar salah satu pelayan. “Maaf! Kau bilang maaf!” “Kalian pikir kata maaf kalian cukup! Kalian semua dibayar untuk menjagaku bukannya malah meninggalkanku!” masih dengan amarahnya yang membara. Bentakan Fiona membuat lelaki yang menolongnnya mendekat. “Ada apa?” katanya pelan. Mendengar suara lelaki yang menolongnnya mendekat. Fiona langsung memperbaiki penampilannya dan tersenyum pada lelaki tersebut. “Tidak apa-apa,” kata Fiona gugup. Ia tak ingin terlihat seperti wanita yang tukang marah di depan lelaki itu. Tak hanya itu, rupa lelaki itu sangat tampan dan membuatnya terpesona. Bahkan saat ia diselamatkan lelaki itu terlihat keren di matanya. Ia tak ingin melepas lelaki itu. Ia harus mendapatkannya. Fiona pun mendekat ke arah lelaki itu dan mengulurkan tangannya. “Terima kasih telah menolongku tadi. Ka_” “Sama-sama,” ujar lelaki itu singkat dan memotong perkataannya. Bukannya marah ia malah semakin terpesona dengan aura dingin yang diperlihat lelaki itu. “Dia semakin menarik,” batin Fiona dan tersenyum-senyum. “Kala_” “Aku pergi dulu,” ujar lelaki itu singkat dan memotong perkataan Fiona sekali lagi. Mau tidak mau Fiona menangguk dan membiarkan lelaki itu pergi sambil membawa gerobak nasi kuningnya. Saat lelaki itu telah menghilang dari pandangannya Fiona segera memberikan isyrat tangan pada salah satu pelayannya untuk mendekatinya. “Ada apa, Nona?” “Cari tahu siapa lelaki itu dan apa saja yang ia lakukan setiap hari.” “Baik, Nona.” “Dan satu lagi. Besok data yang aku minta harus ada di kamarku.” “Baik, Nona ...” lirih pelayan tersebut dan sedikit cemberut. Dalam hati ia merutuki majikannya yang suka memerintah. Tak lama kemudian mobil yang mereka tunggu pun datang. Fiona segera masuk ke dalam mobil sedangkan para pelayannya membantunya memasukkan barang belanjaan Fiona ke dalam mobil. Saat salah satu pelayan ingin ikut masuk. Wanita itu segera menghentikannya. “Apa yang kau lakukan?” “Aku juga ingin masuk, Nona? Bukankah seharusnya kita pulang bersama-sama?” tanya pelayan wanita tersebut dengan gugup. Di belakan pelayan itu juga terdapan beberapa bodyguar dan pelayan yang lain. Mereka ingin masuk ke dalam mobil. “Kalian semua. Naik angkot saja. Ini akibatnya jika meninggalkanku dan mengabaikan tugas kalian yang seharusnya menjagaku,” ujar Fioan sambil menyilangkan kedua tangannya di d**a dengan wajah sombong. “Tapi, Nona. Tuan besar memerintahkan kami untuk selalu ada di dekat Nona. Kami tak bisa membiarkan nona pergi sendiri.” “Aku tidak peduli. Salah sediri meninggalkanku tadi.” “Pak supir. Ayo segera jalan.” “Baik, Nona.” Mobil yang dinaiki Fiona pun bergerak dan melaju dengan kecepatan sedang. Saat mobil itu telah menghilang para bodyguard dan pelayan Fiona merutuk dan memaki-maki majikannya. Untungnya majikannya sudah pergi jadi mereka bebas untuk memaki. Karena majikan kecilnya itu tak akan tahu. “Sudah ... sudah Bu Rina. Sebaiknya kita cepat menyusul. Kalau kita terlambat dia pasti mengamuk.” “Emmm.” **** Tak lama kemudian Fiona pun tiba di rumah mewahnya yang terlihat seperti mension. Wanita itu keluar dari mobil dan beberapa pelayan pun mendekat dan membawakan barang-barangnya. Wanita itu berjalan masuk ke rumahnya sambil bersenandung senang sambil membayangkan lelaki yang membuat hatinya berdebar-debar. Ia sudah tak sabar ingin bertemu dengan lelaki itu sekali lagi. Setibanya di kamarnya wanita itu segera membaringkan tubuhnya di kasur dan menatap langit-langit kamar. Saat beberapa pelayan masuk membawakan barang-barangnya wanita itu tak bergeming. Ia tetap berada pada dunianya. Saat para pelayang selesai membereskan barang-barangnya wanita itu segera mendudukkan tubuhnya. Menatap satu persatu barang yang telah ia beli. “Kira-kira kalau aku bertemu dengannya harus pakai baju apa yah?” tanya Fiona dalam hati dengan wajah bingung. Karena sulit menentukan baju yang akan ia pakai saat pertemuan keduanya dengan lelaki pujaannya yang hingga saat ini belum ia tahu siapa namanya. Fiona pun memutuskan untuk bertanya pada beberapa pelayang wanita. Wanita itu segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. “Semua pelayan wanita yang ada di rumah ini segera temui aku di kamarku.” Setelah memberikan sebuah perintah wanita itu meletakkan kembali ponselnya. Dan dalam hitungan detik. Dua puluh pelayan wanita pun berjejer di hadapannya. “Ada apa, Nona?” tanya salah satu pelayan. Dalam hati ia berharap majikan kecilnya ini tak memerintahkan sesuatu yang konyol. Para pelayan itu menatap majikan kecilnya dengan tatapan gugup dan cemas. “Di antar baju-baju yang telah aku beli. Manakah baju yang cocok untuk aku pakai jika aku ingin bertemu dengan lelaki yang aku sukai?” “Haaa?” beberapa pelayan pun memekik kaget dan tak percaya dengan apa yang ia dengar. Apakah itu artinya majikan kecilnya kini sedang jatuh cinta? Para pelayan itu bertanya-tanya siapakah lelaki yang membuat majikannya jatuh cinta. “Apa yang kalian tunggu. Cepat pikirkan baju apa yang harus aku pakai. Dan juga aku ingin dengar pendapat kalian satu persatu cara menarik perhatian seorang lelaki.” Walau terkesan aneh dengan perintah majikan kecil mereka. Para pelayan itu tatap menjalankan perintah. Satu persatu dari mereka menjelaskan baju yang menurutnya cocok dan cara menjerat lelaki. Jam delapan malam, saat itulah semua pelayan kembali pada pekerjaannya masing-masing. Kini Finoa seorang diri di kamarnya. Salah satu tangannya memegang sebuah buku. Di mana buku itu adalah sebuah catatan-catatan penting dalam menjerat hati lelaki itu. Selama berjam-jam wanita itu terus memikirkan lelaki yang merebut hatinya hingga akhirnya ia pun tertidur pulas di mejanya. Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya dan seorang lelaki paruh baya berjalan masuk ke kamarnya. Keduanya pun tersenyum mendapati anaknya telah tertidur pulas. “Jika tidur seperti ini dia bisa masuk angin ...” lirih wanita peruh baya tersebut yang tak lain adalah ibu Fiona. Sedangkan yang ada di sampingnya yaitu ayah Fiona. Mereka baru saja pulang dari kantor. karena banyaknya pekerjaan hari ini membuat keduanya tak bisa pulang cepat. Paham dengan perkataan istrinya. Lelaki paruh baya itu segera mengangkat anaknya dan membaringkannya di kasur. Saat lelaki itu mengangkat Fiona. Sebuah buku terjatuh di lantai. Sang ibu segera mengambil buku tersebut. Sedangkan ayah Fiona segera menyelimuti anaknya sebatas d**a. “Tidur yang nyenyak yah sayang.” Lelaki paruh baya itu mengecup pelan dahi anaknya. “Apa itu, Ma?” tanya sang istri saat melihat istrinya memungut sebuah buku. “Aku tak tahu. Baru saja aku ingin membukanya.” Tanpa menunggu jawaban suaminya wanita itu segera membuka buku yang Fiona jatuhkan tadi. Dan saat itulah dua mata wanita membulat sempurna. “Ada apa, Sayang?” “Ini ... ini ...” karena sang istri tak kunjung menjawab. sang suami segera mengambil buku tersebut dari tangan istrinya dan melihat langsung apa yang istrinya lihat. Sata itulah dua matanya pun ikut membulat. Dan tak percaya dengan apa yang ia baca di buku anaknya. “Anak ... anak kita sepertinya sedang jatuh cinta.” TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN