"Halo!" Jawab Sinta.
Dari seberang telepon, seorang wanita berpakaian seksi sedang duduk santai diatas tempat tidur di sebuah hotel yang cukup mewah. Dia sedang menunggu pria yang menjadi 'Sugar Daddy' nya yang selama ini selalu memberikan uang untuk dirinya.
Maya tersenyum licik saat dia melihat berita tentang kedatangan Jeffery dari luar negeri dan dia memperkenalkan wanita cantik yang berada disampingnya itu sebagai tunangan.
Melihat itu, Maya terus tersenyum puas, karena dia selama ini tidak menyukai Sinta yang menurutnya sangat menyebalkan dan Sinta selalu merebut perhatian para pria tampan yang dia sukai termasuk bos nya yaitu Jeffery Alexander.
Kini, dia tertawa sangat puas ketika melihat jika Sinta pasti akan menangis darah dan penantian dia selama ini ternyata sia-sia, sehingga Maya ingin melihat ekspresi itu dengan nama sebagai teman kerja yang baik.
Apalagi, dia mendengar dari beberapa temannya, jika Sinta membutuhkan uang banyak untuk pengobatan neneknya dan itu adalah sebuah peluang besar yang Maya dapatkan, untuk menghancurkan kepolosan serta Sinta yang terkenal lugu itu.
"Ckckckck … wanita polos dan baik hati? Itu hanya panggilan yang tidak pantas untuk kamu Sinta! Kalau kamu polos, kenapa kamu bisa menjadi kekasihnya pak Jeff? Kalau kamu polos kenapa kamu lebih memilih pria tampan dan kaya seperti dia bukan pria lainnya yang memiliki jabatan lebih rendah darinya di kantor! Apakah itu yang disebut wanita polos?" Gumam Maya sambil menatap layar televisi dan ditangannya ada segelas anggur merah yang sudah dia minum setengahnya.
"Sinta! Kali ini, aku akan menunjukkan kepada mereka semua. Wajah kamu yang sebenarnya dan kepolosan serta kebaikan kamu itu, hanyalah palsu. Karena kamu sebentar lagi akan sama denganku, hahahaha … sama-sama menjadi w************n yang menjadi simpanan pria tua," ucap Maya sambil tertawa keras, lalu meminum habis anggur merah yang berada ditangannya itu.
Setelah itu, Maya pun memutar nomor Sinta, lalu meneleponnya dengan alasan ingin membantunya untuk mendapatkan uang yang dia butuhkan itu.
Kini, Sinta pun menjawab panggilan Maya dan Maya langsung tersenyum sendiri.
"Halo, Sinta! Apakah kamu baik-baik saja?" Jawab Maya yang kini, sedang berpura-pura menjadi teman yang baik.
Sementara itu, saat mendengar suara itu. Sinta langsung tersenyum karena masih ada yang memberi perhatian terhadap dirinya selain sahabatnya yang bernama Aisyah.
"Aku baik-baik saja. Aku … aku hanya ingin tahu, kenapa kamu menelepon aku? Bukankah kamu selama ini tidak pernah dekat dengan aku, Maya?" Ucap Sinta dengan bibir sedikit gemetar karena dia takut, kalau Maya tersinggung dengan ucapannya itu.
"Ahhh … hahahaha … iya kita memang tidak terlalu dekat tapi kita adalah teman kerja. Jadi, bolehkan aku memberi perhatian kepada temanku ini," ucap Maya kepada Sinta.
Mendengar itu, Sinta yang sedikit curiga dengan sikapnya Maya yang tiba-tiba baik padanya, mulai menghilang karena dia pikir, jika Maya memang sudah berubah dan dia bersikap baik terhadapnya.
"Oh, terima kasih Maya. Aku … aku minta maaf karena sempat mengatakan itu sama kamu," ucap Sinta yang mulai merasa tidak canggung lagi, lalu Sinta melanjutkan ucapannya lagi, "Oh ya! Maya, kenapa kamu tiba-tiba menanyakan keadaan aku? Apakah kamu sudah mengetahui semuanya yang aku alami malam ini?" Tanya Sinta yang merasa sangat penasaran dengan Maya yang tiba-tiba baik terhadap dirinya.
Maya pun menaruh gelas kosong yang ada ditangannya, lalu memainkan jarinya yang lentik sambil tersenyum sendiri.
"Iya, aku sudah mengetahui semuanya bahkan aku juga melihat tayangan itu barusan. Ternyata pak Jeff, sangat tega kepada kamu. Kamu menunggu dia selama tiga tahun tapi dia tidak menghargai penantian kamu selama ini. Haistt … pria memang sulit dipercaya dan kamu Sinta, kenapa kamu harus percaya padanya? Padahal kamu itu sangat cantik dan kamu … kamu pasti bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik daripada dia," ucap Maya yang berpura-pura merasa prihatin dengan nasib Sinta yang sial itu.
Mendengar itu, Sinta hanya menghela napas panjang dan air mata pun kembali jatuh dari sudut matanya.
"Sudahlah! Aku tidak mau membahas dia lagi. Dia sudah bahagia dengan wanita yang cocok dengannya dan hubungan kami, memang sejak awal sepertinya sudah salah. Jadi, mungkin … kami tidak ditakdirkan untuk bersama," ucap Sinta yang berusaha terdengar seperti wanita bijak, namun jauh di dalam lubuk hatinya, dia merasakan sakit yang luar biasa dan rasanya lebih sakit daripada luka luar yang sudah jelas bentuknya.
Mendengar itu, Maya hanya bisa menyunggingkan bibirnya dengan ekspresi mengejek, karena sifat inilah yang membuat Maya semakin membenci Sinta.
"Oh, jadi kamu hanya mau bersikap pasrah saja? Apakah kamu … tidak mau meminta penjelasan kepadanya? Mungkin saja … ada alasan lain kalau dia melakukan ini semua," ucap Maya yang sengaja menambah api ke dalam hatinya Sinta.
Tapi, Sinta tidak terpengaruh oleh ucapan Maya, karena dia sudah mengikhlaskan Jeffery dan Sinta hanya mau fokus untuk kesembuhan neneknya.
"Aku tidak mau menemui dia lagi dan semuanya sudah sangat jelas, jadi tidak ada lagi yang perlu aku tanyakan kepadanya. Sekarang, aku hanya ingin fokus untuk mencari uang demi kesembuhan nenekku dan hingga saat ini, aku … aku … aku belum mendapatkannya sama sekali," ucap Sinta dengan suara lirih dan air mata pun terus mengalir tiada henti.
Di sisi lain.
Maya mendengar itu semua dan dia kembali tersenyum, karena inilah yang dia tunggu sejak tadi.
"Apa? Nenek kamu … nenek kamu kenapa Sinta? Kenapa kamu membutuhkan uang untuk pengobatan nenek kamu? Apakah penyakit nenek kamu sangat serius?" Tanya Maya yang berpura-pura terkejut itu.
Sinta pun menghapus air matanya sambil menarik napas panjang, lalu menghembuskan nya secara perlahan.
"Hah! Nenekku mengalami penyakit yang sangat serius dan aku harus memiliki uang yang cukup besar, sedangkan aku tidak memiliki uang itu. Aku sudah mencoba untuk meminjam kepada teman-teman tapi tidak ada satu pun yang mau memberikan aku pinjaman itu. Kini, aku bingung harus berbuat apa? Jika saja ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang banyak dalam waktu cepat, aku pasti akan melakukannya. Apapun itu, demi nenek aku rela melakukannya," ucap Sinta yang sudah tidak memikirkan apapun lagi. Mau pekerjaan itu halal ataupun haram, Sinta sudah tidak peduli lagi. Asalkan neneknya bisa sembuh, Sinta akan melakukannya.
Apalagi, hatinya sudah mati untuk Jeffery dan Sinta sudah berjanji di dalam hatinya, jika dia tidak mau lagi merasakan namanya jatuh cinta. Karena cinta sudah menyakiti dirinya dan karena cinta itulah, dirinya hancur seperti saat ini dan dia tidak mau hal semacam ini terulang kembali dalam hidupnya.
Mendengar itu, Maya ingin tertawa puas, karena hal yang dia tunggu sejak tadi, akhirnya datang juga dan Maya ingin membuat Sinta sama seperti dirinya. Sama-sama menjadi wanita nakal dan juga wanita yang sudah tidak memiliki harga diri seperti dirinya itu.
Maya pun segera duduk tegak, karena dia harus serius dengan semua ini.
"Sinta, apa yang kamu katakan itu benar? Apakah kamu mau bekerja apapun asalkan bisa mendapatkan uang banyak?" Tanya Maya sambil menutup mulutnya untuk menahan tawanya.
Sinta pun menganggukkan kepalanya dan dia sangat yakin dengan ucapannya.
"Itu benar! Aku mau melakukan apapun, asalkan aku bisa mendapatkan uang itu. Aku dengar kalau kamu juga memiliki pekerjaan lain selain kerja di kantor dan penghasilan kamu pasti sangat besar," ucap Sinta dengan nada ragu tapi dia memang sangat membutuhkan uang itu.
"Errr … bolehkah aku bekerja seperti kamu. Aku … aku … aku benar-benar sangat membutuhkan uang itu. Hhhmm … Maya, bisakah aku …." Sinta belum selesai bicara, karena Maya langsung menyelanya.
"Tentu saja bisa, kamu itu sangat cantik, masih perawan dan juga pasti akan mendapatkan uang banyak karena kamu benar-benar memiliki penampilan yang sangat menarik," ucap Maya dengan penuh semangat. Karena dia juga pasti akan mendapatkan komisi besar jika berhasil menjual Sinta dengan harga tinggi, apalagi Sinta masih suci dan dia belum pernah disentuh oleh Jeffery sama sekali.
Mendengar itu, Sinta terdiam sejenak dan dia menggigit bibirnya. Karena dia tahu, jika yang Maya maksud adalah dia harus menjual tubuhnya serta kesuciannya yang dia jaga selama ini untuk uang yang dia harus dapatkan saat ini.
Sejenak, Sinta pun terus berpikir dan keraguan serta ketakutan terus menghantuinya.
Tapi, mengingat nyawa neneknya yang jauh lebih penting, Sinta pun harus melakukannya.
"Demi nenek, aku harus melakukannya. Aku tidak peduli jika aku … aku harus sama seperti Maya, aku sudah seperti ini dan hanya inilah jalan satu-satunya yang harus dia ambil," gumam Sinta yang terus meyakinkan dirinya, jika dia harus mengambil langkah ini, walaupun dia harus menanggung dosa besar, tapi Sinta merasa sangat rela asalkan nyawa neneknya, bisa dia selamatkan.
Hingga, pada akhirnya Sinta pun merasa mantap dengan keputusan yang dia buat dan Sinta pun menyetujui ajakan dari Maya.
"Baiklah, aku mau bekerja seperti kamu. Tapi, kamu yakin kalau aku bisa mendapatkan uang banyak? Ya minimal seratus juta, aku membutuhkan uang itu malam ini," ucap Sinta kepada Maya.
Mendengar itu, Maya langsung menyetujuinya karena wanita seperti Sinta, bukan hanya seratus juta. Dua ratus juta pun pasti akan banyak yang menginginkannya.
"Baiklah! Malam ini, kamu pasti mendapatkannya Sinta. Aku akan mengaturnya. Tapi, ini sudah jam sembilan malam. Apakah kamu mau, menemui aku malam ini dan kita bisa menyiapkan semuanya," ucap Maya sambil tersenyum puas.
Sinta kembali terdiam sejenak, dia pun berpikir jika dia tidak pergi malam ini, besok neneknya tidak bisa dioperasi tapi jika dia pergi, dia takut dengan bayangan dosa yang terus menghantuinya.
Perang batin pun terus bergejolak dan Sinta terus meyakinkan dirinya, jika langkah yang dia ambil kali ini adalah langkah yang benar.
"Aku harus pergi malam ini, ya! Aku harus pergi!" Ucap Sinta yang terus meyakinkan dirinya.
Setelah dia sudah benar-benar memantapkan hatinya. Sinta pun kembali berbicara dengan Maya.
"Baiklah, aku akan menemui kamu. Kamu berikan alamat kamu dan aku … aku akan segera ke sana," ucap Sinta kepada Maya.
Maya pun tertawa senang saat mendengar itu semua.
"Baiklah Sinta, aku menunggu kamu di hotel King nomor dua tujuh satu. Aku tunggu kamu dan … pria yang mau membeli kamu, juga menunggu di sana," ucap Maya sambil tertawa puas.
Dia sengaja mengatakan itu, karena pria yang dia maksud adalah pria tua yang kini menjadi 'Sugar Daddy' nya itu.
Sinta pun menganggukkan kepalanya dan secepatnya dia pun bangun dari posisi duduknya.
"Baiklah, aku akan segera ke sana dan pastikan, jika aku bisa mendapatkan uang itu malam ini," ucap Sinta yang terus menegaskan itu kepada Maya.
"Kamu tenang saja, om ku pasti bisa memberikan uang itu, karena dia adalah pria yang sangat kaya, benarkan om?" Ucap Maya yang kini melihat kearah pria tua yang baru saja datang untuk menghampiri dirinya dan dia tersenyum nakal layaknya pria tua yang benar-benar sangat m***m.
"Tentu saja sayang, apakah kamu mau memberikan wanita muda yang cantik dan juga masih suci?" Tanya pria tua itu kepada Maya.
Maya pun menganggukan kepalanya.
"Iya om, dia sangat cantik dan juga masih suci. Dijamin om pasti sangat puas dan malam ini, aku akan pergi dan dialah yang menggantikan aku," ucap Maya sambil bangun dari atas tempat tidur, lalu mencium bibir pria tua itu.
" Aku mau pergi sekarang dan om tunggu dia saja di sini, dia pasti datang," ucap Maya sambil mengedipkan mata nakalnya.
Pria tua itu pun tertawa sangat senang karena malam ini, dia bisa mencicipi barang baru yang dibawakan oleh wanita simpanannya itu.
"Baiklah sayang, om menunggu dia di sini dan kamu, jangan lupa! Suruh dia secepatnya ke sini," ucap pria tua itu dengan tatapan lapar seperti singa tua yang tidak makan selama satu bulan.
Maya pun menganggukan kepalanya dan dia kembali bicara dengan Sinta.
"Kamu dengar Sinta, kamu harus cepat datang, karena pria yang mau memberikan kamu uang sudah tidak sabar lagi, untuk menemui kamu," ucap Maya kepada Sinta.
"Baiklah, aku akan segera kesana. Kamu tenang saja, aku tidak akan kabur," jawab Sinta dan setelah itu, Sinta pun mengakhiri panggilannya. Karena dia harus bicara dengan perawat yang berada di rumah sakit itu, jika dirinya harus pergi malam ini dan menitipkan neneknya kepada mereka.
Setelah itu, Sinta pun bergegas menuju hotel king yang dikatakan oleh Maya.
Sedangkan Maya, dia pun tertawa sangat puas setelah bicara dengan Sinta, lalu dia memasukkan ponselnya ke dalam tas miliknya. Lalu melihat kearah pria tua yang sudah berbaring diatas tempat tidur, untuk menunggu kedatangan Sinta.
"Om, dia membutuhkan uang seratus juta. Setelah ini, om tolong berikan dia uang itu dan sisanya berikan saja padaku," ucap Maya sambil mengedipkan matanya.
Pria tua itu pun membalas senyuman Maya dengan senyuman pria c***l.
"Baiklah sayang, dia sangat murah dan itu sangat menguntungkan kamu dan juga om," ucap pria tua itu sambil tertawa sangat keras.
Karena biasanya, dia membeli gadis polos dan masih suci seperti Sinta, harus mengeluarkan uang hingga lima ratus juta. Jadi, baginya uang seratus juta adalah harga yang murah.
Setelah keduanya sepakat.
Maya pun pergi dengan perasaan sangat bahagia, karena selain menghancurkan harga diri Sinta dia juga mendapatkan banyak uang dari penjualan Sinta itu.
Sehingga, kebahagiaan Maya pun berlipat-lipat dan dia pergi menuju klub malam untuk bersenang-senang dan juga merayakan kebahagiaan yang dia dapatkan malam ini.
-bersambung-