Agung menatap nanar wanita yang bergelar seorang ibu itu. Dia sama sekali tidak menyangka sang ibu ternyata begitu tega padanya. Lelaki itu berusaha menguasai diri dari rasa kecewa yang begitu dalam. Senja turut serta merasakan pedihnya hati sang suami. Namun, takdir memang seakan mempermainkan mereka. Tidak ingin amarahnya meledak dan berujung menyakiti hati wanita yang sangat dia hormati itu, Agung membalik tubuhnya, kemudian pergi dari sana. Senja juga menatap kecewa ibu mertuanya. “Kenapa Mama selalu berada di pihak Abi? Bukankah Kak Agung juga anak kandung Mama? Senja sama sekali tidak habis pikir. Demi membahagiakan anak bungsu, Mama tega mengorbankan perasaan anak sulung Mama. Anak yang selama ini selalu berjuang untuk keluarga tanpa dukungan siapapun,” ucap Senja penuh kekec