Bab 14
Menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, sikap Mas Reino sikap bertambah berubah sejak aku menanyakan tentang lebam yang ada di lengannya. Memang setiap hari Mas Reino selalu pulang tepat waktu kerumah, aku pun mulai mengurangi kegiatanku. Kafe berjalan sangat lancar bahkan kami merencanakan membuka cabang baru lagi setelah cabang ketiga yang baru dibuka tahun lalu mendapat atensi positif dari para pelanggan.
Hari ini aku berencana ke dokter, karena seminggu ini kondisi ku sedang tidak fit. Seringnya mual muntah yang aku alami membuat nafsu makan menurun. Padahal sudah mengkonsumsi obat dan vitamin, namun tidak mengalami perubahan yang siknifkan.
Sesampai di rumah sakit aku menuju poli umum untuk registrasi ulang karena sudah melakukan pendaftaran online. Tidak menungu lama namaku di panggil oleh suster yang berjaga di poli umum.
“Ibu Jasmine” Suara perawat memanggil namaku .
“Iya, Sus.”
“Silahkan, Bu. Dokter Desta sudah menunggu.”
“Silahkan duduk Bu Jasmine, ada keluhan apa?” Tanya dokter dengan name tag Desta Irawan.
Aku menyebutkan semua keluhan yang selama satu minggu lebih ini aku alami. Dokter meminta aku untuk berbaring di hospital bed, kemudian memeriksa dengan stetoskopnya. Kemudian memintaku duduk di kursi depan meja kerjanya.
“Terakir menstruasi kapan Ibu Jasmine?”
“Bulan ini saya belum menstruasi, Dok. Biasanya tanggal 10, Dok. Tapi beberapa hari lalu saya sudah melakukan tes kehamilan menggunakan tespack namun hanya ada garis satu, Dok.”
“Begini saja Bu Jasmine, Ibu saya rujuk ke dokter kandungan, bagaimana? Biar diperiksa lebih detail. Biar nanti di bantu Suster Nina, biar Ibu tidak perlu daftar ke depan.” Kata Dokter Desta menjelaskan.
“Baik, Dok. Saya coba periksa ke dokter kandungan.”
“Tunggu sebentar ya, Bu. Saya hubungin dokter kandungan dulu.”
“Baik, Dok.”
Tidak menunggu lama, dokter Desta memanggil salah satu perawat yang ada di ruangannya.
“Suster Nina. Tolong antar Ibu Jasmine ke ruangannya Dokter Syifa, saya sudah menghubungi beliau.”
“Baik, Dok.” Jawabku berbarengan dengan suster Nina. Dokter Desta menganggukan kepalanya.
Sesampainya di depan ruang praktek dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) atau dokter SpOG, Suster Nina untuk duduk di kursi tunggu, sementara suster Nina menghampiri teman sejawat nya menyerahkan rekam medis atas namaku.
“Tunggu nama Ibu dipanggil ya, saya sudah sampaikan ke perawat yang bertugas. Saya permisi dulu ya, Bu.”
“Baik, Sus. Terimakasih.”
Kebetulan yang menguntungkan, hanya ada aku yang duduk di kursi tunggu, jadi tidak menunggu lama namaku pun di panggil oleh perawat yang bertugas.
“Ibu Jasmine, silahkan masuk.”
“Baik, Sus.”
“Selamat sore, Dok.”
“Sore, Bu. Silahkan duduk.”
“Apa keluhan yang di rasa, Bu Jasmine?” Tanya dokter yang mengenakan jas putih atau snelli dengan ramah.
“Begini, Dok…………………..” Mengalirlah semua cerita tentang rasa yang aku rasakan akhir-akhir ini, termasuk juga hasil tespack yang aku gunakan.
“Menstruasi selama ini lancar, Bu?? Terakhir menstruasi kapan??”
“Lancar, Dok. Terakhir itu tanggal sepuluh, Dok.”
“Apa pernah menggunakan a**************i sebelumnya?”
“Tidak pernah, Dok. Sejak menikah dua tahun lalu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.”
“Baik. Kalau begitu kita coba periksa menggunakan transduser, silahkan Ibu berbaring di bed.”
“Suster tolong dibantu.” Ucap Dokter dengan name tag Syifa Ayu, memerintah perawat yang mendapinginya. Dengan cekatan perawat itu membantuku, kemudian ijin untuk menyingkap baju yang menutupi bagian perut, kemudian memasangkan selimut menutupi nya.
“Kita periksa ya, Bu.” Ucap Dokter Syifa, kemudian mengoleskan gel di bagian perut, lalu menggerakan transduser kemudian menatap layar di depannya.”
“Ibu bisa lihat di layar LCD di depan ya.” Lanjut ucap dokter Syifa. Perutku terasa tak nyaman Ketika alat tersebut sedikit menekan, ada rasa mual yang kurasakan.
“Ibu, perhatikan titik hitam itu. Janin masih berbentuk embrio dan ukurannya sebesar biji wijen. Janin masih menempel pada dinding rahim bagian dalam. Perkiraan usia kehamilannya lima minggu ya, Bu.” Jelas dokter Syifa. Namun aku masih terdiam mencerna apa yang di ucapkan oleh sang dokter.
“Bu Jasmine.” Dokter Syifa memanggil namaku, karena melihat aku yang tak merespon ucapan sebelumnya.
“Jadi… Jadi saya hamil, Dok?” Dengan wajah kebingungan aku bertanya ke Dokter.
“Benar, Ibu sedang hamil, dan usia kandungannya lima minggu, kemungkinan itu yang membuat hasil tespack Ibu hanya garis satu. Karena usia kandungannya masih sangat muda.” Aku menitikan airmata mendengar apa yang di ucapkan dokter Syifa. Jadi aku di percaya untuk hamil lagi?
Suster membantu membersihkan gel yang ada di atas perut, kemudian memintaku untuk duduk di kursi di hadapan dokter.
“Selamat ya, Bu. Di jaga kandungannya. Makanan yang di konsumsi juga di jaga, hindari makanan mentah dan makanan yang di bakar. Konsumsi makanan-makanan yang kaya nutrisi. Ini saya resepkan vitamin dan juga penguat kandungan ya. Ada yan ingin ditayakan?”
“Tidak ada,Dok. Tapi untuk mual muntahnya ada obatnya kah, Dok?”
“Muntah dan mual di awal kehamilan itu wajar ya, Bu. Penyebabnya antara lain, Perubahan hormon, seperti peningkatan hormon estrogen dan human chorionic gonadotropin (hCG). Hormon-hormon ini dapat memengaruhi sistem pencernaan dan pusat mual di otak. Kemampuan indera penciuman yang meningkat, sehingga ibu hamil menjadi sensitif terhadap bau. Pembesaran rahim yang dapat menekan lambung. Jarak antara waktu makan malam dan makan pagi yang cukup panjang. Stres selama hamil. (sumber: https://www.google.com/search?q=penyebab+mual+muntah+pada+ibu+hamil+trimester+1).
“Sebisa mungkin hindari stress ya, Bu. Karena akan berpengaruh pada janin. Ini saya tuliskan di resep obat ya, Bu! Jadi ini ada tiga jenis, obat untuk mengurangi mual muntah, vitamin, dan penguat kandungan. Jangan lupa untuk minum s**u ibu hamil ya.” Panjang lebar dokter Syifa menjelaskan kepadaku. Meskipun bukan kehamilan pertamaku, namun baru kali pertama aku memeriksakan kandungan.
“Baik, Dok. Terimakasih banyak.” Kemudian aku berdiri menjabat tangan dokter dan beranjak keluar. Suster menyerahkan foto hasil USG dan selembar resep obat. Setelah mengucapkan terimakasih, aku berjalan ke apotek dimana letaknya sudah diberi taukan oleh suster.
***
Dengan senyum yang terus tersungging di bibir, aku mengemudikan mobil. ‘Sehat terus di perut Mama ya, Sayang. Kita berjuang Bersama. Bantu Mama di masa kehamilan ini ya, Sayang.’ Ucapku dengan mengelus perut yang masih rata ini.
Aku memarkirkan mobil di garasi, aku tak melihat mobilnya Mas Reino. Saat Bi Narti membukakan pintu rumah aku menanyakan keberadaan Mas Reino. Ternyata belum pulang. Tumben jam segini belum pulang.
“Bibi, masak apa?” Saat aku melewati ruang makan mencium aroma masakan yang menggoda lidah.
“Sop daging, Bu.” Aku menggerakkan kepala naik turun.
“Oke. Saya ke atas dulu ya, Bi, setengah jam lagi saya makan. Nanti kalau lewat, tolong panggil saya ya, Bi.”
“Baik, Bu.”
***
Jam menunjukkan pukul sepuluh, namun Mas Reino belum pulang juga. Tadi selesai makan, sudah aku coba menghubungi ponselnya, namun tak mendapat jawaban hingga layar ponsel menggelap dengan sendirinya. Ah ….. Kenapa perasaanku jadi nggak enak gini ya? Semoga tidak terjadi apa-apa. Karena badan sudah Lelah dan mata juga sudah terasa berat, akhirnya ku rebahkan badan di Kasur, tak menunggu lama akupun sudah terlelap. Aku terbangun di tengah malam dengan nafas terengah-engah karena memipikan sosok sosok anak laki-laki yang tersenyum ke arahku dan mengulurkan tangan untuk di gandeng, namun tanganku tak bisa menggapainya padahal jaraknya sangat dekat. Begitu aku bersentuhan dengan jari tangannya, tiba-tiba sosok anak laki-laki itu menghilang dan berubah menjadi sinar cahaya. Ini bukan pertama kali aku memimpikan sosok anak laki-laki yang wajahnya tak terlihat itu. Ya Tuhan, pertanda apakah ini?
~~*~~