Bab Lima.

898 Kata
                                                                                          Naik Jabatan                                                                                                    *** Langit hitam tak membuat Drew menghentikan laju motornya, bahkan laki-laki yang tengah membonceng seorang perempuan itu malah melajukan motornya dengan kencang, mengabaikan rasa takutnya. “Drew ihhh, gerimisss,” rengekan perempuan itu membuat Drew malah menambahkan kecepatan motornya. Drew padahal bukan laki-laki yang suka membawa motor dengan cepat, bukan juga laki-laki yang suka ugal-ugalan, Drew termasuk laki-laki yang taat akan peraturan, ia juga tidak bertindak yang aneh-aneh, selama ini. Avita menyukai semua yang ada di diri Drew, semuanya, bukan satu dan dua hal saja, tapi Avita sudah berjanji menerima Drew apa adanya. Meeting kali ini begitu membosankan bagi Avita, ia hanya memutar-mutar polpen yang berada di tangannya, semua laporannya seperti biasa sudah ia kerjakan dengan begitu baik, juga benar. Tidak ada perubahan apa-apa, yang terlihat di wajah Avita, tapi tanpa seorang pun tahu hidup Avita kembali sunyi, hidup yang sunyi kembali tambah sepi saat kepergian Drew, ke luar kota lagi. Avita tidak tahu untuk apa, tapi yang pasti katanya untuk penelitian tugas kuliah. “Mbak Vita, dipanggil Pak Eddy,” suara dari depan kantor divisi Admin, membuat Avita meninggikan lalu merebahkan kepalanya lagi ke tempat asalanya. Meeting sudah berakhir sejak lima belas menit yang lalu, rata-rata pegawai yang mengikuti Meeting memilih untuk beristirahat, berbeda dengan Avita yang sudah menelungkupkan wajahnya di meja kerjanya. Tiba-tiba tatapan mata Avita membulat, ia meneguk slavinanya, apa yang salah dari dirinya hingga Pak Eddy memanggilnya khusus untuk ke ruangannya. Pak Eddy adalah teman dari keluarga Ayahnya, bahkan saat Avita masuk ke dalam perusahaan ini awalnya Pak Eddy sama sekali tidak tahu siapa Avita sesungguhnya, hingga satu kejadian membuat keluarga dari Ayah Avita mengatakan ia kenal dengan Pak Eddy, membuat Pak Eddy semakin menyayangi Avita, menganggap Avita sebagai anaknya, lebih-lebih ia mengetahui status Avita yang kini menjadi yatim piatu. Sentuhan dari teman di sampingnya membuat Avita bergegas berdiri, tanpa membawa satu berkas pun, satu kertas atau pun alat tulis. Saat  Avita melihat Mbak Rini duduk di depan ruangannya Avita hanya tersenyum, dan langsung membuka ruangan Pak Eddy tanpa ketukan mau pun salam. “Salam, Avita,” tegur Pak Eddy sambil menggelengkan kepalanya pelan, melihat kelakuan Avita yang tidak sopan itu. Avita hanya menyengir dan menggaruk kepalanya, ia lupa, saat Avita ingin duduk pintu ruangan Pak Eddy kembali terbuka, kali ini ruangan itu terbuka dengan ketukan sebelumnya, tidak seperti Avita tadi. “Manggil kamu, sama lamanya Pak Kusno bikin air,” sindir Pak Eddy, lalu beliau mengucapkan terima kasih kepada Pak Kusno saat meletakan air pesananya. Pak Eddy sudah menebak dari beberapa hari lalu, Avita memiliki masalah, terlihat sekali perubahan sikap perempuan itu, bahkan saat tadi Meeting, yang menurut pak Eddy itu cukup penting – karena membahas kenaikan gajih, serta naikinya pangkat karyawan, Avita malah tidak fokus, hanya raganya yang berada di sana, tidak dengan pikirannya. Pak Eddy juga tidak mellihat raut wajah bahagia Avita saat Meeting tadi, padahal Avita satu-satunya admin bawah yang mengikuti Meeting ini, Meeting yang cukup penting ini. “Kamu kenapa?” “Hah? Saya?” ulang Avita tak yakin dengan pendengarannya. Pak Eddy mengangguk, Avita tak sekali dua kali selama empat tahun ini bercerita dengan dirinya, tentang  Adiknya, dan tentang perasaanya selama ini, tak sekali dua kali juga untuk memangis di hadapan Pak Eddy, Pak Eddy malah merasa bahagia saat Avita mau mencurahkan isi hatinya kepada Pak Eddy. Pak Eddy sungguh sangat menyayangi Avita, Avita terlihat begitu tegar dengan kenyataan, ditinggalkan orangtuanya secara bersamaan, dalam usia yang sangat muda, bukan lah hal mudah yang harus dilalui oleh Avita dan adiknya. “I’m Fine Pak,” jawab Avita dengan senyumnya yang lembut. Pak Eddy mengangguk, ia yakin Avita tengah ada masalah, dan mungkin itu sangat sensitif hingga Avita tak mau membagi kepadanya, padahal Pak Eddy sangat tidak keberatan mendengarkan apa yang akan Avita ucapkan, mau pun itu masalah pribadinya sendiri, baginya Avita sudah seperti anak sendiri, ia tahu, kalau bukan orang sekitar yang memperhatikannya, siapa lagi? “Adik kamu, apa kabarnya?” kali ini Pak Eddy mencoba mencairkan suasana, setelah tersenyum lembut tadi, wajah murung Avita dengan penuh beban terlihat lagi. “Baik Pak, komunikasi sama dia juga baik.” “Enggak ada kendala, kan, biaya kuliahnya, lancar?” Entah kenapa Avita sangat terharu dengan pertanyaan Pak Eddy, oke Avita memang anak yatim piatu, tapi perusahaan orangtuanya masih dikelola oleh keluarganya, dan keuntungannya juga lumayan, tabungan Avita bekerja di perusahaan ini juga cukup lumayan. Biaya untuk menyekolahkan Aden bukan masalah besar bagi Avita, terlebih ia tak mempunyai tanggungan apa pun lagi selain Aden. “Avita,” panggil Pak Eddy lagi setelah Avita mengatakan perekonomiannya masih di batas aman. “Kamu, dinaikan menjadi kepala Adminitarsi per tahun 2019, selamat,” katanya yang mampu mengubah semua ekpresi di wajah Avita. Avita hanya menatap Pak Eddy terheran-heran, ia sama sekali tidak menyangka posisinya akan dinaikan seperti ini, ia memang mendengar Meeting yang tadi memang penting, tapi tak tahu bahwa dirinya akan menjadi kepala Adminitrasi di perusahaanya, terlebih di usianya yang masih muda. Masalah uang, masalah data, masalah hubungan dengan divisi lain, dan masalah-masalah lainnya, itulah tugas yang akan Avita hadapi nantinya. “Kok saya?” tanya Avita dengan nada tidak percaya. “Sudah keputusan, besok akan ada perayaan, dan ruangan kamu bukan di sana lagi, selamat ya Avita, saya harap kamu bisa mnegerjakan tugasmu dengan baik.” Setelah mendengarkan itu satu hal yang dilakukan oleh Avita, semua pikirannya tentang Drew menghilang seketika, ia semakin menyusun rencana-rencananya ke depan, menabung lebih banyak uang untuk biaya Aden nanti, membantu Aden mengurus perusahaan keluarganya nanti dan banyak hal, tak terkecuali, menjadi pendamping bagi Drew. Setelah ke luar dari ruangan Pak Eddy, Avita mengirimkan sebuah pesan kepada saudara laki-lakianya, pesan yang sangat mengejutkan bagi Aden di seberang pulau sana. My Brather. Satu bulan lagi kamu liburkan? Kita liburan? Kakak mau ke jogja, nemuin kamu, see you my brather. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN